tag:blogger.com,1999:blog-77354348003248414322024-02-19T20:56:43.098+07:00Cerita Hot DewasaKumpulan Cerita Dewasa Terbaru & Terbaik Sepanjang Masa.Cheongsamhttp://www.blogger.com/profile/11299785214346412888noreply@blogger.comBlogger70125truetag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-29957588968806002013-10-06T23:18:00.002+07:002014-01-27T15:21:11.889+07:00Cerita Hot Dewasa - Dokter Sandra yang Cantik<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/10/CeritaHD-Dokter-Sandra-yang-Cantik.html"><b>Dokter Sandra Yang Cantik.</b></a> San... hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat.<br />
<br />
"<i>Udah makan belum?</i>" suara merdu di seberang sana menyahut.<br />
<br />
"<i>Cie... illeee, perhatian nich</i>", aku menyambung dan, "Bodo ach", lalu terdengar tuutt... tuuuttt... tuuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup.<br />
<a name='more'></a><br />
Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Sandra yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu. <br />
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD- Dokter Sandra yang Cantik" class="gambar" height="144" src="http://4.bp.blogspot.com/_ZZIzn-FPXBw/SiP-czoPyTI/AAAAAAAAC_Y/FBoqMrqR5Uk/s200/288652243f21afc0e0168179a0cffc6a11a2ec7.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Dokter Sandra yang Cantik" width="200" /></div>Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Sandra sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. <br />
<br />
Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. <br />
<br />
Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Anton tapi aku juga tidak pasti.<br />
<br />
Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga.<br />
<br />
"<i>Siapa?</i>" tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata.<br />
<br />
"<i>Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul</i>", suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Lena rupanya.<br />
<br />
"<i>Ya</i>", sahutku sejurus kemudian.<br />
<br />
Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, "Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?" demikian resume singkat yang diberikan olehnya.<br />
<br />
"<i>San, elu makin cantik aja</i>", pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Sandra mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih.<br />
<br />
Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.<br />
<br />
"<i>Dok, tolong dok... jangan dipotong</i>", pintanya kepadaku memelas.<br />
<br />
Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua.<br />
<br />
"<i>Siapa nama Bapak?</i>" begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini.<br />
<br />
"<i>Praptono</i>", sahutnya lemah.<br />
<br />
"<i>Begini Pak Prap, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 - 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapih dan tidak compang-camping seperti ini</i>", begitu penjelasan aku pada mereka.<br />
<br />
Kira - kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.<br />
<br />
"<i>San, elu mau jadi operatornya?</i>" tanyaku setelah semuanya siap.<br />
<br />
"<i>Ehm... aku jadi asisten elu aja deh</i>", jawabnya setelah terdiam sejenak.<br />
<br />
Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Sandra mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku. <br />
<br />
Huh... aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan.<br />
<br />
Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Sandra. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. <br />
<br />
Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih.<br />
<br />
Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), "Ooopsss..." terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya.<br />
<br />
"<i>Ngapain lu di sini?</i>" tanyanya ketus.<br />
<br />
"<i>Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?</i>" tanyaku tak mau disalahkan begitu saja.<br />
<br />
"<i>Ya, udah keluar sana</i>", suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.<br />
<br />
Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Sandra tertunduk dan... ya ampun.... pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, "<i>San, pundak elu bagus</i>", bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. <br />
<br />
Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi.<br />
<br />
Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. "<i>Aaaccch... ach...</i>" desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. <br />
<br />
Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.<br />
<br />
Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, "<i>Aach... ach... ssshhh</i>", tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya.<br />
<br />
Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Sandra menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. <br />
<br />
Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya.<br />
<br />
Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. "<i>Ssshhh... acchh...</i>" Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. <br />
<br />
Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Sandra memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.<br />
<br />
Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, "<i>Ach... ach... ach...</i>" suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. <br />
<br />
Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar. <br />
<br />
"<i>Eeehhhm... ech...</i>" tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, "<i>Ach...</i>" pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya.<br />
<br />
Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, "<i>Fran... ugh...</i>" teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. <br />
<br />
Kutarik restleting celananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. <br />
<br />
Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Sandra meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, "<i>Fran...</i>" desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu.<br />
<br />
Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Sandra sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. <br />
<br />
Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana berwarna dadu dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. <br />
<br />
Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku. Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Sandra sudah mengangkang lebar tapi labia mayoranya masih tertutup rapat. <br />
<br />
Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan.<br />
<br />
Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. "<i>Eehhh... ach... ach... ehhh</i>", desahnya berkepanjangan. <br />
<br />
Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.<br />
<br />
"<i>Fran... ambilah...</i>" bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. <br />
<br />
Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Sandra tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. <br />
<br />
Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. "<i>Tunggu</i>", pintanya ketika aku ingin bergerak.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Sandra pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Sandra pun mulai dapat mengimbanginya.<br />
<br />
Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "<i>Yach... ach... eeehmm</i>", desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar. <br />
<br />
Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. <br />
<br />
Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Sandra kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. "<i>Eeeggghhh...</i>" jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, "<i>Crooot... crooot</i>", memberikannya kenikmatan yang luar biasa. <br />
<br />
Sebaliknya bagi Sandra terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku.<br />
<br />
Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua.<br />
<br />
"<i>Fran... thank you</i>", sesaat kemudian, "<i>Ehmmm... Fran aku boleh tanya?</i>" bisiknya perlahan.<br />
<br />
"<i>Ya</i>", sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya.<br />
<br />
"<i>Aku... gadis keberapa yang elu tidurin?</i>" tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. "<i>Yang pertama</i>", kataku meyakinkannya, namun Sandra mengerenyitkan alisnya. "<i>Sungguh?</i>" tanyanya untuk meyakinkan.<br />
<br />
"<i>Betul... keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil</i>", bisikku di telinganya. Sandra tersenyum manis.<br />
<br />
"<i>San, thank you juga</i>", itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap.Anonymousnoreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-47283183372044704592013-08-23T07:01:00.000+07:002013-08-23T07:01:35.504+07:00Cerita Hot Dewasa - Dinda dan Seks PertamanyaNama saya Dinda. Sebenarnya itu bukan nama asli saya, tetapi nama samaran yang diberikan Arthur dalam kisahnya di Arthur: Snow, Ski & Sex. Saya ingin membagikan juga kisah saya tetapi saya menumpang saja memakai account Arthur di 17Tahun.com. Menurut orang, wajah saya cantik sekali. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Saya sendiri tidak GR tapi saya merasa pria banyak yang ingin bersetubuh dengan saya. Saya senang saja karena pada dasarnya saya juga senang ML.<br />
<br />
Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-OSmjiCzdfJQ/UhakqIA-eiI/AAAAAAAAAQI/INFPa3FhdSY/s1600/CeritaHS-Dinda-dan-Seks-Pertamanya.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Dinda dan Seks Pertamanya" border="0" class="gambar" height="350" src="http://1.bp.blogspot.com/-OSmjiCzdfJQ/UhakqIA-eiI/AAAAAAAAAQI/INFPa3FhdSY/s320/CeritaHS-Dinda-dan-Seks-Pertamanya.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Dinda dan Seks Pertamanya" width="240" /></a></div>Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera. Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.<br />
<a name='more'></a><br />
Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..<br />
<br />
"<i>Gile, jembut Dinda lebat banget</i>"<br />
<br />
Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.<br />
<br />
"<i>Dicukur dong Dinda, enggak malu tuh sama celana dalam?</i>" kata Angki.<br />
<br />
"<i>Gue belum pernah cukur jembut</i>" jawabku.<br />
<br />
"<i>Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau</i>" kata Vera.<br />
<br />
Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.<br />
<br />
"<i>Kurang pendek, Dinda. Abisin aja</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Nggak berani, takut lecet</i>" jawabku.<br />
<br />
"<i>Sini gue bantuin</i>" kata Vera.<br />
<br />
Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.<br />
<br />
"<i>Bagus kan?</i>" kata Vera.<br />
<br />
Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.<br />
<br />
"<i>Dinda, elo masih perawan ya?</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Iya, kok tau?</i>"<br />
<br />
"<i>Vagina elo rapat banget</i>" kata Vera.<br />
<br />
Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.<br />
<br />
"<i>Ooh, Vera, geli ah</i>"<br />
<br />
Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.<br />
<br />
"<i>Memek kamu wangi</i>"<br />
<br />
"<i>Jangan Vera</i>" pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.<br />
<br />
Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya. Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera. <br />
<br />
Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..<br />
<br />
"<i>Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?</i>"<br />
<br />
Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang. Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.<br />
<br />
"<i>Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6</i>" kata Nia.<br />
<br />
"<i>Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya gede deh</i>" kata Angky.<br />
<br />
"<i>Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin kontol dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo</i>" kata saya sambil tersenyum.<br />
<br />
"Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny" kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.<br />
<br />
Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.<br />
<br />
"<i>Eh Dinda, beneran nih elo sering mikirin Alex?</i>"<br />
<br />
"<i>Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?</i>" tanya saya.<br />
<br />
"<i>Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Pernah kepikiran enggak mau ML?</i>" Vera kembali bertanya.<br />
<br />
"<i>Hah? Dengan siapa?</i>" tanya saya terheran-heran.<br />
<br />
"<i>Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu</i>"<br />
<br />
"<i>Ah gila loe Vera</i>" jawab saya.<br />
<br />
"<i>Mau enggak?</i>" desak Vera.<br />
<br />
"<i>Terus kamu sendiri gimana?</i>" tanya saya dengan heran.<br />
<br />
"<i>Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Ya boleh aja deh</i>" kata saya dengan deg-degan.<br />
<br />
"<i>Mau sekarang di rumahku?</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Boleh</i>"<br />
<br />
Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.<br />
<br />
"<i>Halo Dinda</i>" kata Alex sambil tersenyum.<br />
<br />
Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.<br />
<br />
"<i>Hayo, langsung aja. Jangan grogi</i>" kata Vera bagaikan germo.<br />
<br />
Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C. Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan.<br />
<br />
Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur. Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kontol Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kontol Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kontol Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kontol itu.<br />
<br />
Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.<br />
<br />
Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.<br />
<br />
Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ngentot dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kontol Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.<br />
<br />
Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kontol Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kontol Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.<br />
<br />
"<i>Aduh, tunggu dong, sakit nih</i>" keluh saya.<br />
<br />
Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. Kontol Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.<br />
<br />
"<i>Kamu diam aja, enggak usah bergerak</i>" katanya dengan galak.<br />
<br />
"<i>Jangan galak-galak dong, takut nih Dinda</i>" kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.<br />
<br />
Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.<br />
<br />
Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari kontol Alex.<br />
<br />
Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kontol Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.<br />
<br />
Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ngentot dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.<br />
<br />
Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi ngentot, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.<br />
<br />
Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kontolnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kontol Alex.<br />
<br />
Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kontol Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ngentot dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kontol Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.<br />
<br />
Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera.<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b>****</b></div><br />
Itu adalah pengalaman seksku yang sangat berkesan. Bertahun-tahun kemudian saya sering horny tetapi saya harus memendam perasaan itu karena belum tahu cara melampiaskannya. Dan sekarang saya merasa senang sekali karena akhirnya bisa merasakan kenikmatan bersetubuh baik dengan pria maupun wanita. Masing-masing ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri.Anonymousnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-51684350453165814902013-08-04T22:36:00.001+07:002013-08-04T22:58:05.855+07:00Cerita Hot Dewasa - Bergairah Melihat Isteriku Dengan Pria Lain<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/08/CeritaHD-Bergairah-Melihat-Isteriku-Dengan-Pria-Lain.html"><b>Bergairah Melihat Isteriku Dengan Pria Lain.</b></a> Istri saya berusia saat ini 34 tahun namun kalau dilihat dari postur tubuhnya yang mungil mungkin orang akan mengira dia berusia 20 tahunan sebut saja namanya Lia(samaran).Kulit istri saya putih dan kalau keluar rumah biasa mengenakan jilbab.Maklum istri saya termasuk orang yang taat beragama.<br />
<br />
Saya mempunyai fantasi seks melihat istri saya disetubuhi laki-laki lain.<br />
<br />
Setiap hari saya memikirkan cara agar fantasi saya itu bisa terlaksana.Kalau diberitahukan akan hal ini pada istri saya,jelas istri saya akan menolak mentah – mentah.Namun pertengahan juli lalu saya mendapat ide,saya akan menyuruh istri saya berobat dengan alasan supaya dapat punya anak lagi, kebetulan kami baru mempunyai anak satu berumur 10 tahun.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHrLHZpxqWjcMTs0Pmz0vtjnohRAK2y958ya0vT1LAEB1vcSJ0wXWlJesEzCHz7Uldqqw3e9A6qqwvbk2sZbQhqlUw7W3Nb5eBTevRXcZzQxS9nJoxJvNt6cy-w9EGr94W0w0Y3iyceEWX/s1600/cindy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="Bergairah Melihat Isteriku Dengan Pria Lain" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHrLHZpxqWjcMTs0Pmz0vtjnohRAK2y958ya0vT1LAEB1vcSJ0wXWlJesEzCHz7Uldqqw3e9A6qqwvbk2sZbQhqlUw7W3Nb5eBTevRXcZzQxS9nJoxJvNt6cy-w9EGr94W0w0Y3iyceEWX/s400/cindy.jpg" class="gambar" title="Bergairah Melihat Isteriku Dengan Pria Lain" width="295" /></a></div>Pada suatu malam sehabis kami bersetubuh, saya berbincang sama istri saya sambil tiduran.<br />
<a name='more'></a><br />
"Lia saya dapat info dari temanku kalau istrinya yang tidak pernah hamil dan bisa hamil sekarang setelah berobat ketabib", kataku memulai pembicaraan.<br />
<br />
"<i>Masa sih siapa tabibnya?</i>", balas istriku.<br />
<br />
"<i>itulah kalau kamu mau saya akan Tanya nama tabibnya, gimana!</i>".<br />
<br />
"<i>Kalau itu bisa berhasil apa salahnya kita coba</i>". Akhirnya istri saya setuju untuk berobat. Maka besoknya aku menemui temanku yang bernama amir yang usianya sekitar 50 tahunan namun masih kuat dan doyan ngewe.<br />
<br />
Kupilih dia karena nantinya istriku akan percaya kalau tabibnya sudah seumuran begitu.Singkat cerita kuceritakan maksudku sama temanku,mulanya dia menolak dengan alasan tidak enak sama saya namun setelah kudesak dengan alasan saya ingin punya anak maka dia akhirnya setuju.<br />
<br />
Maka kumulailah susun rencana dari tempat dan waktunya.kupilih hari minggu agar leluasa dan kupilih tempat di wisma.<br />
<br />
Sesuai rencana,hari minggu saya pergi ke wisma yang telah kita sepakati itu.setelah sampai di wisma tersebut, saya bertanya ke penjaga wisama tempat teman saya cek in.penjaga wisma menunjukan kamar yg saya maksud,lantas saya dan istri saya menuju kamar tersebut.<br />
<br />
"<i>permisi pak apa benar ini kamar praktek tabib amir?</i>" tanyaku ke temanku setelah saya bukakan pintu kamarnya.<br />
<br />
"<i>oh ya betul ada yang saya bisa bantu?</i>".<br />
<br />
"<i>silahkan masuk dulu</i>".<br />
<br />
Setelah saya dan istri saya masuk lantas saya menjalankan scenario yang telah saya dan temanku susun.<br />
<br />
"<i>Sekarang coba ibu baring dikasur itu nanti saya akan terapi"</i>, kata temanku menyuruh istriku tiduran di ranjang.<br />
<br />
setelah istri diranjang mulailah temanku terapi istri saya.Sesuai rencana saya akan kekamar sebelahnya untuk melihat yang terjadi tanpa istri saya tahu.<br />
<br />
"<i>Maaf pak saya tinggal dulu sebentar saya mau keluar dulu beli makanan</i>". setelah saya pamit juga sama istri saya, maka saya segera keluar kamar, namun bukan cari makanan tapi masuk kekamar sebelahnya yang telah dipesan sebelumnya. Setelah di dalam kamar saya mengintip ke kamar dimana istri saya sedang "diterapi" lewat celah yang telah saya buat sebelumnya.<br />
<br />
Kuperhatikan dengan seksama kejadian demi kejadian didalam kamar tersebut. Kulihat temanku lagi memegang jari kaki istri saya.<br />
<br />
"<i>Maaf bu bisa saya pijit semua tubuh ibu?</i>".<br />
<br />
"<i>Memangnya harus dipijit seluruh tubuh ya pak?</i>".<br />
<br />
"<i>iya bu memang cara pengobatan saya adalah pijit totok bu</i>".<br />
<br />
"<i>Tapi ibu harus ganti baju dulu dengan kain yang telah saya sediakan yang biasa pasien saya gunakan juga</i>". Tidak lama kemudian kulihat istriku masuk kekamar mandi, agak lama kemudian istriku keluar sudah berganti pakaian dengan kain yang dililitkan dari atas dada sampai betis.akemudian istriku baring kembali.<br />
<br />
Tampak temanku mulai memijit seluruh tubuh istri saya dari kaki sampai ke punggungnya.Ku perhatikan perbuatan temanku itu dengan perasaan berdebar,menanti apa yang terjadi selanjutnya."Bu maaf sebelumnya,saya harus memijat kemaluan ibu karena itu termasuk syarat penyembuhannya.saya sudah bicarakan dengan suami ibu, dan beliau tidak keberatan, tapi jika ibu keberatan juga nggak apa-apa namun terapi ini tidak dilanjutkan karena tidk akan berhasil".<br />
<br />
Nampak kulihat istri diam, tidak lama dia berucap <br />
<br />
"<i>baiklah pak kalau memang itu syaratnya dan suami saya telah mengijinkan</i>". <br />
<br />
Kemudian kulihat temanku mulai memijit kemaluan istri saya.Mula-mula dari luar kain namun kemudian tangannya mulai masuk ke dalam kain istri saya.<br />
<br />
Istri saya Nampak kaget namun temanku menjelaskan tentang perbuatannya semata-mata proses penyembuhan, istri saya pun diam kembali.Posisi istriku pada saat itu sudah baring terlentang.Temanku dengan remasan yang teratur mulai meremas memek istriku, kulihat mata istriku terpejam dengan napas agak memburu.Memang istriku itu kalau kupegang memeknya langsung naik nafsunya.<br />
<br />
"<i>Maaf bu yah boleh saya buka kainnya?</i>".Istriku mengangguk dan mulai membuka kainnya. <br />
<br />
DAR! Saya jadi kaget dan heran kenapa istriku yang selama ini paling tidak mau kelihatan bagian tubuhnya sama orang lain, tapi sekarang dia pasrah membuka kainnya didepan laki-laki yang baru dia kenal.apa karena dia ingin punya anak atau karena sudah nafsu atau itu akibat rayuan temanku? Ah masa bodoh yang penting aku nikmati saja, desahku.<br />
<br />
Kini istri ku terbaring tanpa sehelai benangpun ditubuhnya.kulihat mata temanku melotot melihat tubuh istriku.<br />
<br />
"<i>Saya pijat yah bu teteknya supaya nanti kalau habis melahirkan air susunya banyak</i>." Tanpa menunggua jawaban istri saya tangan temanku sudah memegang tetek istriku. <br />
<br />
Ketika tangan temanku menyentuh teteknya, istriku terkejat entah kaget atau apalah.Lama temanku memijat memek istriku secara bersamaan membuat istriku tanpa sadar mendesah dan tangannya memegang sprei dengan kuat.sekitar 15 menitan berlalu kudengar temanku bicara.<br />
<br />
"<i>Bu proses hampir selesai tinggal satu tahap lagi</i>".<br />
<br />
"<i>Ibu coba telepon bapak agar kesini karena syaratnya sambil saya memasukkan nanti air bertuah, Ibu harus memegang kontol</i>".<br />
<br />
Istriku duduk dan meraih ponselnya, tidak lama ponsel ku berbunyi. Cepat-cepat saya keluar kamar menuju luar takut istri saya tahu saya ada dikamar sebelah.<br />
<br />
"<i>yah haloo kenapa Lia</i>".<br />
<br />
"<i>Diamana sekarang? Pak tabib nyuruh kamu kesini</i>".<br />
<br />
"<i>Duh maaf aku lagi di bengkel,ban motorku pecah trus bengkelnya tidak punya stok jadi dia lagi pergi cari</i>". jawabku berbohong.<br />
<br />
"<i>kira-kira masih lama?</i>".<br />
<br />
"<i>sekitar 1 jam lagi</i>".<br />
<br />
"<i>nanti saya bilang sama pak tabib, hati-hati dijaln</i>". Balas istriku dan mematikan hpnya.<br />
<br />
Saya buru kembali kekamar dan mengintip lagi.<br />
<br />
"<i>Wah tidak bisa bu ini mesti sekarang kalau kelamaan nantinya efeknya tidak bagus</i>".<br />
<br />
Kudengar temanku berbicara. Atau gini aja bu. Saya harap ibu jangan salah arti,Ibu pegang aja punya saya sebagaim penggantinya".Kata temanku sambil membuka celanana tanpa menunggu jawaban istriku. Istriku melotot ketika melihat kontol temanku keluar dalam keadaan tegang. yang dia heran pria seumur temanku masih mampu tegak dengan kokoh dan yang lebih heran istriku termasuk saya, kontol temanmu itu panjang dan besar kayak punyanya pemain BF.<br />
<br />
Temanku memegang tanggan istriku dan mengarahkan untuk menggenggam kontolnya sambil bicara.<br />
<br />
"<i>Pegang ini bu dan bayangkan ini punya suami ibu</i>".<br />
<br />
Tanpa bicara Istriku memegang kontol temanku dengan gemetar.<br />
<br />
Kulihat temanku kembali meremas memek istriku namun kali ini sambil memasukkan jari tangannya."oooh paaaa….k". <br />
<br />
lenguh istriku tanpa sadar mengerang.Tanpa sadar juga istriku bukan lagi hanya memegang, tapi kini kulihat mulai mengocok pelan kontol temanku.10 menit berlalu mereka melakukan hal itu,dan tiba-tiba temanku bicara.<br />
<br />
"<i>Bu tolong jawab dengan jujur jangan bohong pertanyaaan saya. Ibu mersa puas selama ini dengan suami ibu?</i>".<br />
<br />
"<i>tidak pak, saya jarang puas soalnya suami saya cepat keluar</i>".<br />
<br />
"<i>berapa kali ibu melakukan persetibuhan dengan suami ibu?</i>". <br />
<br />
"<i>tidak tentu pak, kadan hanya satu bulan sekali</i>".<br />
<br />
"<i>Pantas ibu susah punya anak soalnya punya ibu didalam ini ada yang menghalang</i>". bisik temanku sambil menusukkan jarinya kememek istriku.<br />
<br />
"<i>ibu mau punya anak?</i>". tanya temanku keistriku. <br />
<br />
"<i>ya pak mau</i>".Jawab istriku.<br />
<br />
"<i>Tapi syaratnya nih berat bu</i>".<br />
<br />
"<i>apa itu pak</i>".<br />
<br />
"<i>Saya mesti menjebol yang menahan di dalam vagina ibu</i>".<br />
<br />
"<i>Lakukanlah pak kalau memang itu syaratnya</i>".<br />
<br />
"<i>Tapi bu menjebolnya mesti pakai kontol saya,kira-kira ibu mau?</i>".<br />
<br />
Kulihatn istri diam sesaat berpikir. <br />
<br />
"<i>Lakukan pak tapi cepat yah soalnya suamiku nanti keburu datang. Kulihat teman ku mulai naik ke tempat tidur,istriku diam menanti dengan perasaan tidak menentu.Kulihat temanku mulai memegang kontolnya dan mengarahkan ke memek istriku.BLeess….. pelan-pelan kontol temanku masuk ke vagina istriku.</i>"<br />
<br />
"<i>ooohhh….. pak pelan pak</i>". <br />
<br />
Mataku melotot melihat pemandangan itu,hati bercampur aduk nafsu,cemburu dan penasaran menjadi satu.Aku lihat istriku menikmati genjotan temanku,itun terlihat dari matanya yang merem melek serta kulihat pantatnya mengikuti goyangan temanku.Kulihat lagi kini mereka saling memagut bibir sekalai-kali tangan temanku meremas tetek istriku.Hampir setengah jam mereka bergelut dengan posisi yang berganti.<br />
<br />
Kadang istriku diatas kadang gaya anjing mereka lakuakn sampai akhirnya.<br />
<br />
"<i>aaaahh…h pak aku mau keeellluuuaaarrrrrrr……….</i>" Erang istriku.<br />
<br />
"<i>kontolmu enak pak terrrr…uuuu….sssssss aaaa….hhhh……erang lagi istriku.</i>" Kau juga bu mau keluuuuuuu…aaaaaaa…rrr. .CRooot …croooot Akhirnya merekan sama – sama mencapai klimaks secara bersamaan.<br />
<br />
Aku keluar dari kamar sebelah dan menuju keluar.Aku duduk didepan wisma sambil merokok untuk menunggu mereka selesai.Sekitar 5 menit kemudian aku telpon istri ku bahwa aku sudah seelsai dibengkel dan kembali ke wisma.<br />
<br />
Itulah pengalaman pertama melihat istriku di setubuhi laki – laki lain, sejak itu aku ingin kembali mengulangnya namun dengan pria lain.<br />
<br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script>Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-8361090430642326892013-04-08T20:00:00.001+07:002013-04-08T20:00:09.271+07:00Cerita Hot Dewasa - Aku, Isteri dan Mantan Pacarku<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/04/CeritaHD-Aku-Isteri-Mantan-Pacarku.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Aku, Isteri dan Mantan Pacarku.</b></a> Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel 'S', kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J. Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).<br />
<br />
Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. <br />
<a name='more'></a><br />
Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona "<i>Maya..</i>" kataku setengah gugup. "<i>Ayo masuk,</i>" pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2tYDJkaa3kUh5Ravt-pf9TJsDRhP6HVXXrS4oWeCq9pld8cy59cipAClDV7GMpaUvhzbLRv7sB2KFHxY2emNrYG5_-4BIjpBw92Cy4U3P2uaL-PdEswcHEFhsIkhyphenhyphenLMPS9T7eiYwxJnIr/s1600/foto_narsis_igo_sma_bugil_hot_14.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="Aku, Isteri dan Mantan Pacarku" border="0" class="gambar" height="186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2tYDJkaa3kUh5Ravt-pf9TJsDRhP6HVXXrS4oWeCq9pld8cy59cipAClDV7GMpaUvhzbLRv7sB2KFHxY2emNrYG5_-4BIjpBw92Cy4U3P2uaL-PdEswcHEFhsIkhyphenhyphenLMPS9T7eiYwxJnIr/s200/foto_narsis_igo_sma_bugil_hot_14.jpg" width="200" /></a></div>Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.<br />
<br />
"<i>Ini Maya, Mah kenalin,</i>" mereka pun saling berjabat tangan.<br />
<br />
"<i>Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?</i>" kata Maya kemudian.<br />
<br />
Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,<br />
<br />
"<i>Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!</i>"<br />
<br />
Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, "<i>Aaahh.. aahh..</i>" dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. <br />
<br />
Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. "<i>Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus..</i>" Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.<br />
<br />
"<i>Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih..</i>" lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, "<i>Bleess.. sleepp..</i>" begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. <br />
<br />
Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang "<i>Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh..</i>" Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, "<i>Enak Mas cairan istrimu ini,</i>" katanya. <br />
<br />
Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, "<i>May, aku pengen..</i>" Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.<br />
<br />
Lalu "<i>Bleess..</i>" penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. "<i>Jilati Mas..</i>" pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. <br />
<br />
Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, "<i>Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh..</i>" cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan "<b>dildo</b>", aku dan istriku baru tahu waktu itu.<br />
<br />
Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. <br />
<br />
"<i>May.. terus..</i>" Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, "<i>Aauugghh..</i>" teriak istriku. "<i>Enak Mas.. lebih enak dari punyamu..</i>" katanya, aku hanya tersenyum. <br />
<br />
Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, "<i>Bleess..</i>" Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.<br />
<br />
Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, "<i>Ahh.. May.. sayang..</i>" Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. <br />
<br />
Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. <br />
<br />
Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, "<i>Aagghh sa.. kit..</i>" istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, "<i>Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la..</i>" kembali cairan panas menyerang penisku.<br />
<br />
Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. <br />
<br />
Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.<br />
<br />
Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga.<br />
<br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script>Anonymousnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-54407629793336724172013-04-07T10:52:00.004+07:002013-04-07T10:55:27.089+07:00Cerita Hot Dewasa - Memperkosa Adik Kelasku<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/04/CeritaHD-Memperkosa-Adik-Kelasku.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Memperkosa Adik Kelasku.</b></a> Aku duduk di kelas 3 SMU saat ini. Namaku Nia, lengkapnya Lavenia, aku sangat terkenal di sekolah, teman-teman kagum akan kecantikanku, apalagi cowok-cowok, yang sering mengusilli aku dengan menggoda, aku sih cuek saja, soalnya aku juga senang sih. Aku punya sebuah "geng" di sekolah, Manda dan Lea adalah teman-teman dekatku. Kemanapun aku pergi mereka seperti biasanya selalu ada.<br />
<br />
Tahun ajaran baru kali ini sudah tiba, banyak adik-adik kelas baru yang baru masuk kelas 1. Sherry Andhina, nama gadis itu, ia baru duduk di kelas 1, tetapi ia sudah terkenal di sekolah ini. Bahkan ia bisa menyaingiku. Memang dia cantik, lebih cantik dari aku, kulitnya putih bersih terawat, dengan wajah agak kebule-bulean dan rambut sebahu, tubuhnya juga bagus, sintal, dan sexy. Baru 2 bulan bersekolah, nama Sherry sering jadi bahan pembicaraan cowok-cowok kelas 3 di kantin, ada yang naksir berat, bahkan kadang-kadang mereka suka berbagi fantasi seks mereka tentang Shery. Sherry tidak seperti aku, ia gadis pendiam yang nggak banyak tingkah. Mungkin itu yang membuat kaum cowok tergila-gila padanya.<br />
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmCp9OJcEkz2czT_oY8d13_lXwuwPyoo7UajrpK21PXrb0ukC67z4Rd_r1HZR5yxqdQp6FwWWWiIIIvMhiVmGZ_ELo444TKpqBVG-Z7BOhTX3FvL4iIIBA8RtSD6RhwXqjoie6rpxhsUhh/s1600/ops.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Memperkosa Adik Kelasku" border="0" class="gambar" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmCp9OJcEkz2czT_oY8d13_lXwuwPyoo7UajrpK21PXrb0ukC67z4Rd_r1HZR5yxqdQp6FwWWWiIIIvMhiVmGZ_ELo444TKpqBVG-Z7BOhTX3FvL4iIIBA8RtSD6RhwXqjoie6rpxhsUhh/s320/ops.jpg" width="240" /></a></div>Semakin hari Sherry semakin terkenal, keegoisanku muncul ketika kini aku bukan lagi jadi bahan pembicaraan cowok-cowok. Kekesalanku pun memuncak kepada Sherry, akhirnya aku, Manda dan Lea merencanakan sesuatu, sesuatu untuk Sherry. Seperti aku, Sherry juga anggota cheerleaders sekolah, siang itu aku menjalankan rencanaku, aku bohongi Sherry untuk tidak langsung pulang sekolah nantinya, karena akan ada latihan cheers yang mendadak, ia menolak, namun dengan segala upaya aku membujuknya sampai ia mau.<br />
<br />
Sore itu, sekolah sudah sepi, tersisa aku, Manda, Lea, Sherry dan 4 orang penjaga sekolah. Aku pun mulai menjalankan rencana ku.<br />
<br />
"<i>Kak, sampai kapan Sherry mesti nunggu disini?</i>"<br />
<br />
"<i>Udah tunggu aja, sebentar lagi!!</i>"<br />
<br />
Sherry mulai kelihatan cemas, ia mulai curiga terhadapku.<br />
<br />
"<i>Sudah beres Non</i>" Tejo si penjaga sekolah melapor padaku.<br />
<br />
"<i>Oke</i>" jawabku.<br />
<br />
Rencana ini sudah kusiapkan dengan matang, sampai aku membayar 4 penjaga sekolah untuk mau bekerja sama denganku, bukan hal yang berat bagiku, aku anak orang kaya.<br />
<br />
"<i>Ya udah, ikut gue sekarang!!</i>" perintahku untuk Sherry.<br />
<br />
Dengan ragu-ragu, Sherry mengikuti aku, Lea dan Manda. Kubawa ia ke ruang olahraga sekolah, tempat dimana kita biasa latihan cheerleaders.<br />
<br />
Sherry menangis karena bentakan dari aku, Manda dan Lea, ia terlihat ketakutan, tetapi kami terus menekannya secara psikologis, sampai ia menagis.<br />
<br />
"<i>Sherry salah apa Kak?</i>" ia menangis terisak-isak.<br />
<br />
"<i>Lo baru masuk sekolah 2 bulan aja udah banyak lagak, lo mau nyaingin kita-kita yang senior? hormatin dong!!</i>" bentakku<br />
<br />
"<i>Nggak kok Kak, Sherry nggak begitu</i>"<br />
<br />
"<i>Nggak apaan? Nggak usah ngebantah deh, Lo mau nyaingin kita-kita kan?!</i>" Lea menambahkan bentakanku.<br />
<br />
Setelah puas membentak-bentak Sherry, aku memberi tanda kepada Manda. Tak lama kemudian 4 penjaga sekolah yang sudah kuajak bekerjasama itu masuk ke ruang olahraga, mereka adalah Tejo, Andre, Lodi dan Seto. Dari tadi mereka sudah kusuruh menuggu di luar. Sherry saat itu terkejut dan sangat ketakutan.<br />
<br />
"<i>He.. he.. he.. ini dia Non Sherry yang ngetop itu</i>" Seto berujar sambil tersenyum menyeringai.<br />
<br />
"<i>Cantik banget, sexy lagi..</i>" tambah tejo.<br />
<br />
Sherry gemetaran ia terlihat sangat takut.<br />
<br />
"<i>Sikat aja tuh!!</i>" perintahku pada 4 pria itu.<br />
<br />
"<i>Oke, sip bos!! He.. he.. he..</i>" Tejo menyeringai.<br />
<br />
Manda yang dari tadi diam mulai menyiapkan sebuah kamera handycam yang memang bagian dari rencanaku. Seto mencengkram tangan kanan Sherry, sementara Lodi mencengkram tangan kirinya. Tubuh Sherry mereka seret ke atas sebuah meja sekolah. Sherry terlihat sangat ketakutan ia pun menangis sambil menjerit-jerit minta tolong.<br />
<br />
"<i>Gue duluan ya</i>" Tejo mendekati Sherry.<br />
<br />
Aku hanya tersenyum melihat keadaan Sherry sekarang, aku puas melihat ia ketakutan.<br />
<br />
"<i>Mau apa Pak? Tolong saya, ampun Pak?</i>" Sherry memohon ampun.<br />
<br />
Tapi Tejo sudah tidak perduli lagi dengan permohonan Sherry, ia sudah dibakar oleh nafsu. Perlahan Tejo mendaratkan tangannya menyentuh payudara Sherry, Sherry menjerit ketakutan. Tanpa menghiraukan teriakan Sherry, Tejo meremas-remas payudara Sherry perlahan-lahan.<br />
<br />
"<i>Yang kenceng Jo!!</i>" perintahku.<br />
<br />
Tejo mengeraskan cengkramannya di buah dada Sherry. Sherry berteriak, ia nampak kesakitan, dan aku pun sangat menikmati ekspresi wajah Sherry saat itu. Dipenuhi nafsu yang membara, Tejo membuka seragam SMU sherry kancing demi kancing sampai payudara Sherry yang tertutup BH terlihat.<br />
<br />
"<i>Gila!! Seksi banget nih toket, putih banget!!</i>" sahut Tejo sambil tertawa gembira.<br />
<br />
Perlahan Tejo menyentuh kulit payudara Sherry, Sherry pun terlihat gemetaran.<br />
<br />
"<i>Tolong jangan Pak!!</i>" sahut Sherry memelas.<br />
<br />
Seluruh orang di ruangan ini sudah tidak sabar lagi menyuruh Tejo menanggalkan penutup payudara Sherry itu. Tejo pun akhirnya melepas BH yang menutupi keindahan payudara Sherry itu. Aku tergelak menahan ludah, payudara Sherry indah sekali, mulus, bersih dengan puting yang merah muda merekah, seksi sekali pikirku.<br />
<br />
"<i>Abisin aja Pak!!</i>" Lea meminta Tejo dengan wajah cemburu, ia sepertinya iri pada keindahan payudara Sherry.<br />
<br />
"<i>Ok Sherry sayang, tenang aja ya? Nggak sakit kok, dijamin nikmat deh..</i>" Tejo berseloroh, ia terlihat bernafsu sekali seperti halnya Lodi dan Seto yang masih memegangi tangan Sherry supaya ia tidak melawan, sementara Andre berdiri dibelakangku sambil memperhatikan dengan nafsunya.<br />
<br />
"<i>Jangan Pak!! ampun Kak!! tolong Sherry..</i>" Sherry memohon dengan wajah pasrah, namun aku tidak perduli.<br />
<br />
Sama sepertiku, Tejo juga tidak perduli dengan permintaan Sherry. Tejo mulai memainkan tangannya di payudara Sherry, ia mulai meremas perlahan-lahan sambil sesekali mengelus dan menekan-nekan puting payudara Sherry dengan jarinya. Lodi dan Seto tidak ketinggalan, mereka menikmati mulusnya kulit lengan Sherry dengan mengelusnya dan terkadang mencium dan menjilatinya, aku pun mulai merasa panas.<br />
<br />
"<i>Ah.. cukup Pak.. ampun Kak..</i>" Sherry mulai mendesah.<br />
<br />
Tejo kian bernafsu, ia memutar-mutar jarinya di sekitar puting payudara Sherry, akupun bisa membayangkan apa yang dirasakan Sherry ketika bagian sensitifnya dirangsang, ia pasti merasa kenikmatan.<br />
<br />
Melihat suasana yang panas itu, Andre akhirnya turun tangan, pria hitam bertubuh gendut itu maju mendekati Sherry. Andre dan Tejo saling berbagi payudara Sherry, kiri dan kanan, dengan nafsu mereka mulai memainkan lidah mereka menyapu kulit payudara Sherry dan menjalar dengan liar di sekitar puting payudara Sherry, kadang mereka melakukan hisapan dan gigitan kecil di puting payudara Sherry. Sherry mendesah sambil ketakutan, terlihat ia baru pertama kali diperlakukan seperti itu. Manda pun beraksi merekam seluruh kejadian yang menimpa payudara Sherry dengan seksama melalui handy cam-nya.<br />
<br />
Tejo menurunkan ciuman dan jilatannya ke perut Sherry yang juga indah dan mulus, aku cukup terkejut melihat pusar Sherry yang ditindik itu, terlihat seksi. Setelah puas mencium dan menjilati daerah pusar Shery. Tejo berhenti dan menyuruh Andre yang sedang menikmati puting payudara Sherry berhenti. Tejo lalu mulai menyingkap rok sekolah Sherry, sambil mengelus paha Sherry. Ia memainkan jarinya menelusuri halusnya paha Sherry yang mulus dan putih itu. Tangan Tejo perlahan naik menyentuh selangkangan Sherry yang ditutup celana dalam pink itu.<br />
<br />
"<i>Jangan Pak!! Ampun!!</i>" Sherry memohon pada Tejo. Andre pun ikut mendekat ke Tejo.<br />
<br />
"<i>Wah, Celana dalam Non Sherry lucu sekali..</i>" ejek Andre.<br />
<br />
Tejo yang sudah sangat nafsu perlahan membuka celana dalam Sherry. Tak berapa lama kemudian, Celana dalam itu sudah terlepas dari tempatnya.<br />
<br />
"<i>Wow Non Sherry!! Vaginanya indah banget!!</i>" Tejo tampak bersemangat.<br />
<br />
Vagina Sherry memang terlihat terawat, daerah selangkangannya putih, bersih, dan Sherry sepertinya tidak suka dengan rambut-rambut yang tumbuh di sekitar vaginanya, ia membiarkan vaginanya tertampang mulus tanpa rambut kemaluan. Perlahan tangan Tejo dan Andre menjelajahi paha, dan sekitar selangkangan Sherry. Sherry hanya bisa menggeliat kesana kemari menghadapi rangsangan itu.<br />
<br />
Tak lama kemudian tangan Tejo dan Andre, tiba di bagian vital Sherry. Dengan nafsu membara, Andre membuka bibir vagina Sherry, sementara Tejo memasukkan jarinya kedalam liang vagina Sherry. Perlahan jari tangan Tejo menyolok-nyolok vagina Sherry, dan makin lama gerakannya makin cepat. Tubuh Sherry nampak menegang, sambil mendongakkan wajahnya, Sherry mendesah perlahan.<br />
<br />
Tejo dengan pandai memainkan kecepatan jarinya menyolok-nyolok vagina Sherry, sementara aku dan teman-temanku memperhatikan kejadian itu. Setelah hampir 2 menit jari Tejo menembus liang vagina Sherry, dari bibir vagina Sherry kulihat cairan kewanitaan yang keluar, rupanya Sherry terangsang.<br />
<br />
"<i>Wah Non, terangsang nih? Enak ya? Mau lebih cepat?</i>"<br />
<br />
"<i>Jangan Pak, tolong!!</i>" Sherry memohon.<br />
<br />
Tejo tidak mempedulikan permohonan Sherry, Jarinya keluar masuk vagina Sherry dengan cepat.<br />
<br />
"<i>Ahh.. stop Pak!! Tolong..!</i>" Sherry kelihatan sangat terangsang, namun ia berusaha melawan.<br />
<br />
"<i>Ahh..!</i>" Sherry vaginiak pelan, sepertinya ia hampir mencapai orgasme sambil menahan kesakitan di lubang vaginanya.<br />
<br />
"<i>Payah lo!! Baru segitu aja udah mau orgasme.. cuih.. </i>" aku meledek Sherry, aku membayangkan jika aku dalam posisi Sherry, pasti aku akan lebih lama lagi orgasme.<br />
<br />
"<i>Dasar perek amatir, baru gitu aja udah mau orgasme!!</i>" Lea ikut mengejek.<br />
<br />
Tejo menghentikan jarinya yang menyolok-nyolok vagina Sherry, nampaknya ia belum mau Sherry mencapai puncaknya. Namun aku sudah tak sabar, dendam di dadaku terus membara ingin mempermalukan Sherry. Kutarik jari Tejo keluar dari vagina Sherry, lalu kudorong tubuhnya menjauhi Sherry.<br />
<br />
"<i>Lho Non.. saya belum puas nih..</i>" Tejo terlihat bingung.<br />
<br />
"<i>Sabar dulu!! Nanti lo dapat giliran lagi!!</i>" bentakku pada Tejo.<br />
<br />
Saat kulihat Sherry dihadapanku, nafsu dan amarahku membara. Aku tak tahan lagi, kujongkokkan tubuhku hingga wajahku tepat menghadap vagina Sherry. Tertampang jelas keindahan vagina Sherry di mataku, bibir vaginanya yang memerah karena gesekan jari Tejo dan cairan yang membasahi sekitar selangkangannya membuat aku menahan ludah. Perlahan kudekatkan wajahku ke vagina Sherry, dan kucium harum vagina Sherry, Ia terlihat sangat merawat daerah vitalnya ini. Dengan penuh nafsu dan dendam, perlahan kubasuh vaginanya dengan lidahku.<br />
<br />
Semua yang ada disitu spontan terkejut, dan Sherry terlihat sangat kaget.<br />
<br />
"<i>Waduuh.. Non Nia ternyata juga mau ngerasain vagina Non Sherry ya?</i>" Andre berseloroh meledek.<br />
<br />
"<i>Bilang dong Non dari tadi, kalo gini saya malah jadi tambah horni nih..</i>" Tejo menimpali.<br />
<br />
Aku tak perduli dengan ledekan Tejo dan Andre, yang kupikirkan hanya satu, aku ingin membuat Sherry malu di tanganku.<br />
<br />
"<i>Aaah.. Kak.. mau apa Kak? Jangan Kak..</i>" Sherry mulai merasa terangsang lagi, perlahan kurasa otot selangkangannya menegang. Kubasuh vagina Sherry dengan jilatan lidahku, dan kujalari daerah selangkangannya dengan ciuman dan jilatan erotis. Kutelusuri bibir vagina Sherry dengan lidahku, sambil kubuka liang vaginanya dengan jariku supaya lidahku dengan leluasa menjalar di daerah sensitifnya.<br />
<br />
Tak berapa lama kutemukan klitoris Sherry, perlahan kujilat dan kuberi dia hisapan-hisapan kecil dari mulutku. Semua laki-laki yang ada diruangan ini kurasa sangat beruntung menyaksikan dua bunga sekolah ini terlibat aktivitas seksual.<br />
<br />
"<i>Ahh.. ah.. ah..</i>" Sherry tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya bisa berteriak kecil merasakan rangsangan di klitorisnya. Perlahan tubuh Sherry menggelinjang kesana kemari, keringatnya makin deras membasahi tubuh dan seragam sekolahnya. Sampai akhirnya kurasakan vagina Sherry memuncratkan cairan-cairan kewanitaan yang menggairahkan membasahi mulutku, tanpa kusadari akupun terangsang dan menghirup cairan kewanitaan Sherry dalam-dalam.<br />
<br />
Hampir 5 menit kunikmati vagina Sherry, daerah selangkangannya sudah sangat basah, sama seperti tubuhnya yang dibanjiri keringat. Sherry hanya bisa mendesah pasrah sambil menikmati rangsanganku. Tak berapa lama, kurasa otot vaginanya menegang, Sherry agak terhentak, lalu kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pundakku, ia hampir mencapai puncak. Saat itu pula kuhentikan jilatanku, lalu menarik nafas istirahat. Sherry terkulai lemas, tubuhnya tergeletak tak berdaya diatas meja sambil perlahan mencoba mengumpulkan nafas. Tejo, Seto, Lodi dan Andre hanya bisa terpaku menatap aku dan Sherry, sementara Lea dan Manda terlihat puas melihat "siksaan"ku terhadap Sherry. Aku berdiri setelah istirahat sejenak.<br />
<br />
"<i>Gilaa!! Non Nia hebat!! Saya jadi horni banget nih lihat cewek lesbian kayak gitu</i>" Seto angkat bicara.<br />
<br />
Kutatap Sherry yang terkulai lemas dengan pandangan nafsu dan dendam.<br />
<br />
Kulebarkan kedua kaki Sherry sampai ia mengangkang. Kutarik pinggulnya sampai sisi meja. Kali ini akan aku buat ia orgasme. Kutanggalkan rok sekolahku lalu kulepas celana dalamku. Semua pria yang ada disitu tergelak menahan ludah, menanti kejadian selanjutnya. Kubuka seragam sekolahku karena udara sudah sangat panas, sambil kutanggalkan BH-ku, begitu juga dengan Sherry, kubuat ia telanjang bulat.<br />
<br />
Posisi kaki Sherry yang mengangkang membuat vaginanya melebar, membuka bibir vaginanya, dan itu membuatku terangsang. Kuangkat kaki kiriku keatas meja, lalu kudekatkan selangkanganku ke selangkangan Sherry. Posisi tubuhku dan Sherry Seperti dua gunting yang berhimpitan pada pangkalnya. Dengan nafsu yang membara kugesekkan vaginaku dengan vagina Sherry yang masih terkulai lemas itu.<br />
<br />
"<i>Hmm.. aah.. cukup Kak.. aah..</i>" Sherry mendesah memohon padaku.<br />
<br />
Tanpa perduli pada Sherry, aku yang sudah dibakar nafsu terus melaju. Sementara Pria-pria yang ada disana mulai mengeluarkan kemaluan mereka kemudian melakukan onani sambil menyaksikan aku dan Sherry. Semakin lama semakin kupercepat gesekkan vaginaku, sambil kulihat wajah Sherry yang cantik itu dengan nafas memburu, membuatku kian terangsang. Tubuhku dan Sherry bergerak seirama, kurasakan keringat mengucur dari tubuhku, serta vaginaku kian basah oleh cairan kewanitaanku yang bercampur dengan cairan kewanitaan Sherry. Selama hampir 5 menit kupacu tubuh Sherry, dan tiap detik pun kurasakan kenikmatan dan rasa dendam yang terbayar.<br />
<br />
Di tengah deru nafasku yang saling memacu dengan nafas Sherry, tiba-tiba kumerasa sesosok tubuh besar memelukku dari belakang. Ternyata itu Andre, pria hitam bertubuh gendut itu sudah telanjang bulat dan memeluk tubuhku sambil memainkan jemarinya di puting payudaraku.<br />
<br />
"<i>Saya juga ikutan ya Non Nia? Habis Non Nia bener-bener hot sih</i>" permintaan Andre kuturuti tanpa menjawab, sebab jarinya yang memilin puting payudaraku semakin membuat aku berenang dalam lautan kenikmatan.<br />
<br />
Kulirik Sherry yang menarik nafas terengah-engah dan kulihat tubuhnya mulai menggelinjang merasakan kenikmatan. Kupercepat gerakanku, sambil mencoba untuk mengatur nafas, tiba-tiba sebuah benda kurasa menyentuh pantatku lalu menelusup diantara belahannya. Aku mendengar Andre melenguh, ternyata benda itu adalah penisnya yang menegang dan berusaha meyodok lubang anusku.<br />
<br />
"<i>Non Nia, saya nggak tahan lagi nih..</i>" permintaan Andre kupenuhi, kubiarkan penisnya masuk ke lubang anusku.<br />
<br />
Dengan sedikit hentakan, penis Andre menerobos masuk anusku. Kurasakan benda itu berukuran besar, memenuhi lubang anusku.<br />
<br />
"<i>Aaah.. lobang Non Nia masih rapet banget nih..</i>" Andre mencoba menekan pinggulnya untuk memasukkan seluruh batang penisnya. Sambil terus kupacu tubuh Sherry, Andre juga mulai memompa penisnya di lubang anusku. Tak berhenti, Andre menjelajahi bagian atas tubuhku dengan tangannya.<br />
<br />
Kejadian ini berlangsung hampir 7 menit sebelum, Sherry berteriak kencang memperoleh puncak kenikmatannya. Tak berapa lama kemudian giliranku dan Andre yang mencapai orgasme bersamaan, ditandai semburan spermanya di lubang anusku. Aku sangat lelah, tubuhku basah oleh keringat, namun aku sangat puas, puas karena dendamku terbayar dan puas atas kenikmatan yang kuperoleh tadi. Kubiarkan Sherry beristirahat selama kurang lebih 5 menit, sampai akhirnya "penyiksaan" ini dimulai lagi.<br />
<br />
Aku duduk menjauh dari Sherry, kali ini kuputuskan menjadi penonton saja. Tongkat komando kini dipegang Lea, ia kini yang memerintah semua yang ada disitu. Tejo, Lodi dan Seto mendekati tubuh Sherry yang tergeletak tak berdaya. Lea memberi tanda pada Seto yang dijawab dengan anggukan kepalanya. Seto memegang pinggul Sherry yang lemas itu kemudian memutar tubuhnya. Posisi Sherry kini telungkup dengan memperlihatkan bulatan pantatnya yang padat berisi.<br />
<br />
"<i>Nah, Non Sherry siap-siap ya!</i>" Seto berujar sambil mengangkat pinggul Sherry sampai ia dalam posisi menungging. Sherry cuma bisa menunggu siksaan apa lagi yang akan diterimanya dengan pasrah. Meski tubuh Sherry tampak lemas, ia masih saja menggairahkan. Seketika saja Sherry mendesah pelan, Seto dengan nafsunya meremas bongkahan pantat Sherry sambil mengelusnya.<br />
<br />
"<i>Hajar aja!!</i>" perintah Lea.<br />
<br />
Setelah mendengar perintah Lea, Seto yang sudah menunggu dari tadi langsung melesakkan penisnya yang menegang itu ke lubang vagina Sherry. Wajah Sherry terlihat terkejut sambil menahan sakit. Ukuran penis Seto yang besar memaksa masuk ke lubang vagina Sherry yang rapat itu. Sherry berteriak tiap kali Seto mendorong penisnya masuk.<br />
<br />
"<i>Vagina Non Sherry rapet banget nih, aahh..</i>" Seto berkata sambil mendorong penisnya lagi memasuki vagina Sherry.<br />
<br />
Setelah seluruh penis Seto masuk dalam lubang vagina Sherry, seto berhenti sejenak, ia membiarkan Sherry mengambil nafas sejenak. Namun Seto tidak membiarkan Sherry berlama-lama, perlahan-lahan ia mulai memompa penisnya didalam vagina Sherry. Gerakan Seto makin cepat, deru nafas Sherry dan Seto terdengar keras dibarengi gerakan mereka yang seirama. Sambil terus memompa penisnya, Seto memainkan tangannya menjelajahi pantat dan pinggul Sherry yang basah oleh keringat. Sekali lagi Lea memberi tanda, Seto mempercepat lagi gerakannya, membuat tubuh Sherry bergerak kian liar. Tejo maju menghampiri Sherry, ia berdiri di depan wajahnya. Tejo mengangkat tubuh Sherry sampai ia dalam posisi merangkak.<br />
<br />
"<i>Aaah.. cukup Pak.. ah..</i>" Sherry memohon pada Tejo.<br />
<br />
Dengan senyum mengejek Tejo memaksa Sherry membuka mulutnya. Dengan nafsu yang membara ia memaksa penisnya masuk ke bibir mungil Sherry.<br />
<br />
"<i>Ayo isep penis saya Non!! isep!!</i>" Paksa Tejo.<br />
<br />
Karena ketakutan, Sherry dengan pasrah menerima batangan penis Tejo menembus bibirnya. Besarnya penis Tejo nampak memenuhi seluruh mulut Sherry. Tak bisa kubayangkan betapa puasnya Tejo, ketika gadis SMU secantik Sherry kini sedang mengulum penisnya.<br />
<br />
Dari jauh kulihat Sherry menangis, airmata jatuh ke pipinya, ia merasa terhina dan jijik. Dendamku benar-benar terbalas, Sherry benar-benar menderita. Dibalik semua itu aku juga merasa kasihan padanya. Tejo mulai memompa penisnya, melakukan gerakan maju mundur dihadapan wajah Sherry. Kini mulut dan vagina Sherry telah dipompa dua batang penis. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, membuat tubuh Sherry terlihat berkilau seksi. Hanya Lodi saja yang belum menikmati Sherry, kini ia naik keatas meja, lalu memposisikan dirinya diatas punggung Sherry seolah-olah ia sedang menaiki kuda. Lodi meletakkan penisnya diatas punggung Sherry, sambil kemudian ia gesekkan. Tangan lodi menjelajah kedua payudara Sherry yang tergantung.<br />
<br />
Tiga orang itu sekaligus menikmati tubuh Sherry, tak bisa kubayangkan perasaan Sherry saat ini. Vagina, mulut, punggung, payudara, hampir seluruh bagian tubuhnya dirangsang. Kulihat Seto berejakulasi di dalam liang vagina Sherry, sperma yang melimpah keluar dari penis Seto mengalir keluar melalui liang vagina Sherry, seketika itu juga Sherry bergumam sembari menaikkan pinggulnya, ia berorgasme. Setelah Seto puas membasahi vagina Sherry dengan spermanya, giliran Lea menggantikan posisi Seto. Dengan liar, Lea menjilati vagina Sherry yang masih basah oleh sperma Seto.<br />
<br />
Selang berapa menit kemudian Tejo berejakulasi, ia berteriak kencang memanggil nama Sherry sembari memuncratkan spermanya di wajah Sherry, kulihat Sherry menerima semburan sperma itu di sekitar bibir dan pipinya, bahkan ia menelannya, mungkin Sherry sudah pasrah dan memilih untuk menikmati kejadian ini.<br />
<br />
Setelah Tejo, giliran Lodi berejakulasi diatas punggung Sherry. Sperma lodi nampak membasahi kulit punggung Sherry yang putih mulus. Andre yang dari tadi diam, bergerak menggantikan Lea yang kini merubah posisi Sherry menjadi terlentang, lalu memegangi tangan Sherry keatas.<br />
<br />
Penis Andre yang ekstra besar itu menembus vagina Sherry, dan dengan liar memompa tubuh Sherry. Sherry yang sudah sangat lelah hanya mendesah pelan sambil menikmati. Hampir 10 menit Andre memompa penisnya didalam vagina Sherry sampai akhirnya gerakan Andre dipercepat, Sherry berteriak, pinggulnya naik, tubuhnya nampak bergetar, ia kembali berorgasme. Tidak lama kemudian Andre berejakulasi di luar vagina Sherry, ia membiarkan spermanya jatuh membasahi selangkangan Sherry.<br />
<br />
Suasana sunyi hanya terdengar desah nafas Sherry yang mencoba mengatur kembali nafasnya. Tubuhnya basah oleh keringat, selangkangannya dipenuhi sperma, Sherry hanya tergeletak diatas meja itu. Kubayar uang yang kujanjikan pada Tejo, Andre, Seto dan Lodi. Mereka lalu pergi meninggalkan ruangan ini dengan senyum puas.<br />
<br />
"<i>Nah, sekarang kapok kan lo?</i>" bentak Lea kepada Sherry.<br />
<br />
"<i>Makanya jangan macam-macam, kalo lo bilang-bilang kejadian ini sama siapapun, rekaman video tentang lo bakal gue sebar luas!! Terus lo bisa jadi bintang porno terbaru dan terkenal, he.. he.. he.. </i>" ancamku pada Sherry.<br />
<br />
"<i>Sekarang lo bilang!! Gimana rasanya tadi?! Ayo jawab!!</i>" bentak Lea.<br />
<br />
"<i>Kok diem aja?! Ayo jawab tolol!!</i>" bentakku.<br />
<br />
"<i>Enak Kak..</i>" jawab Sherry ketakutan.<br />
<br />
"<i>Enak?! lo seneng dientot?!</i>" bentak Lea lagi.<br />
<br />
"<i>Iya Kak.. enak sekali.. nikmat..</i>" Sherry menjawab.<br />
<br />
"<i>Lo mau lagi?!</i>" Manda yang dari tadi diam kini bicara.<br />
<br />
"<i>Ma..mau Kak.."</i> jawab Sherry.<br />
<br />
Aku, Lea dan Manda saling berpandangan sambil tersenyum. Ya, akhirnya Sherry kini menjadi bagian gengku, geng gila seks yang suka sekali mencari kenikmatan, haus akan hal-hal berbau seks. Dan si cantik Sherry, adik kelasku menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam petulangan seks ku selanjutnya.<br />
<br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-59301696086025131092013-02-18T02:06:00.004+07:002013-02-18T02:06:37.319+07:00Cerita Hot Dewasa - Tukar Guling<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Tukar-Guling.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Tukar Guling.</b></a> Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.<br />
<br />
Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ8aykNjls0F8xe2rvr1vgncgfhgH4ODMkrISRdpslnNVugDOuF4DodGiOff00xWlDnJbf-xItOmr1tZh1U848R-JU4EThvi7LVMi_O4apu9KhbZTgPvrAt6iO33VdnCr7Q5Rvb0VjBUSq/s1600/cap.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Tukar Guling" border="0" class="gambar" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ8aykNjls0F8xe2rvr1vgncgfhgH4ODMkrISRdpslnNVugDOuF4DodGiOff00xWlDnJbf-xItOmr1tZh1U848R-JU4EThvi7LVMi_O4apu9KhbZTgPvrAt6iO33VdnCr7Q5Rvb0VjBUSq/s200/cap.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Tukar Guling" width="187" /></a></div>
Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.<br />
<br />
Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.<br />
<br />
Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.<br />
<br />
Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. <br />
<br />
Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.<br />
<br />
Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.<br />
<br />
Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.<br />
<br />
Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.<br />
<br />
"<i>Ohh.. Sshh...</i>" suara desisan isteriku berulang-ulang.<br />
<br />
Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.<br />
<br />
"<i>Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..</i>".<br />
<br />
Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.<br />
<br />
"<i>Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..</i>"<br />
<br />
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.<br />
<br />
"<i>Ahh...</i>"<br />
<br />
Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. <br />
<br />
Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.<br />
<br />
Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.<br />
<br />
"<i>Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..</i>".<br />
<br />
Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.<br />
<br />
"<i>Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..</i>"<br />
<br />
Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.<br />
<br />
Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.<br />
<br />
"<i>Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..</i>"<br />
<br />
Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.<br />
<br />
"<i>Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh.."</i><br />
<br />
Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.<br />
<br />
"<i>Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..</i>"<br />
<br />
"<i>Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..</i>"<br />
<br />
"<i>Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh</i>"<br />
<br />
Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.<br />
<br />
Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.<br />
<br />
"<i>Sudah sering kejadianya Mbok?</i>" tanyaku. Dia mengangguk.<br />
<br />
"<i>Maafkan isteriku yah</i>"<br />
<br />
Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.<br />
<br />
"<i>Ayo ke kamarmu Mbok.</i>"<br />
<br />
Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.<br />
<br />
Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. <br />
<br />
Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.<br />
<br />
"<i>Ehhmm.. Eehhf..</i>"<br />
<br />
Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.<br />
<br />
"<i>Ehh.. Ehhshs..</i>"<br />
<br />
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.<br />
<br />
"<i>Ehhss.. Ehhss.. Oohh...</i>" tergolek kanan kiri kepalanya.<br />
<br />
Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.<br />
<br />
"<i>Oohh.. Paakk.. Oohh..</i>"<br />
<br />
Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.<br />
<br />
"<i>Esshh.. Ehhss.. Oohh...</i>" desahnya berulang-ulang.<br />
<br />
Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul<br />
<br />
Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.<br />
<br />
"<i>Oohh.. Paakk.. Ohh..</i>"<br />
<br />
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.<br />
<br />
"<i>Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..</i>"<br />
<br />
Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.<br />
<br />
"<i>Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.</i>"<br />
<br />
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.<br />
<br />
"<i>Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs...</i>" begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.<br />
<br />
Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.<br />
<br />
Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>****</b></div>
<br />
Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.<br />
<br />
Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>TAMAT</b> </div>
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script>Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-16189872178337527072013-02-17T22:25:00.000+07:002013-02-17T22:25:00.376+07:00Cerita Hot Dewasa - Tante Gue yang Bohaiii<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Tante-Gue-yang-Bohaiii.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Tante Gue yang Bohaiii.</b></a> Hi, kenalin nama gue dede, saat ini gue kuliah di salah satu pts yang lumayan gede, di wilayah selatan jakarta, tepatnya depok. Gue punya pengalaman unik dan menarik yang mungkin ini pengalaman mengasyikan gue yang pertama, dan mungkin gak akan gue lupain. Kalian pernah baca ceritanya iwan kan ? nah dia itu ade sepupu gue, dan tinggal bareng gue, dan gue sama dia udah kayak kakak beradik kandung.<br />
<br />
Ceritanya waktu pesta natal keluarga tahun 1997 di kampung halaman semua keluarga ngumpul. Pokoknya natal tahun itu semarak banget, semua keluarga gue yang di indonesia dan manca negara pada dateng. Ditengah-tengah pesta natal itu, gue ketemu sama salah satu tante sepupu gue, dia anaknya adek kakek gue dari bokap,namanya wiwi umurnya kira-kira 31 tahun. Dulu waktu gue SD dia udah SMA kelas satu, dia pernah pacaran sama salah satu oom ade nyokap gue. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Tante-Gue-yang-Bohaiii.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Tante Gue yang Bohaiii" border="0" class="gambar" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiif2qyxfedT9S5TuaHQEwrZA79XtDVzr5ndRTPIYVBOHDfMwSmrW-389FmRIr6UtRCojnNQFqI98h_x4_FFyjsCployja9P-Ypu5jevwUWqkRN1T2T2rxAQ2DvaJNkascCOvhrrcE0Znrq/s320/IGO-Cute-Sexy-Toge-+(10).jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Tante Gue yang Bohaiii" width="212" /></a></div>
Dulu dia emang terkenal karena kecantikannya. Tapi emang keluarga bokap gue terkenal CW-nya cakep-cakep, dan tante wiwi adalah salah satu dari yang terbaik, artinya cantik muka dan body-nya. Dan sekarang waduh, makin ciamik, dada melimpah gue kira-kira 36-C, pinggang ramping dan pinggulnya kalo kata orang kampung gue songgeng alias montok dan nongol, lehernya jenjang, kulit kuning langsat, rambut ikal sebahu warna hitam legam, alis tebal, dan yang bikin gue lherrrrrrr adalah bulu di tangan dan kakinya, mmmmmhhhhhhh.<br />
<br />
“<i>eh, siapaya namanya …..eeeeeeee…….oiya dede ya ? waduh apa kabar, selamat natal ya !</i>”, sapanya. itulah sapaan pertama yang gue dapat dari tante wiwi. “<i>baik tante, selamat natal juga !</i>”, jawab gue, dan kami saling bersalaman dan sun pipi, serrrrr wangi parfum dan halus kulitnya tercium jelas sama gue. “<i>iya makasih ya, sekarang udah selesai belum kuliahnya ? tante sekarang pindah ke Indonesia lho !</i>”.”<i>mulai kapan dan kenapa tante, emang ‘gak kerasan tinggal di Belgi ?</i>”, tanya gue. “<i>januari ini, bukan gak kerasan tapi kamu tahu dong, tante sampe sekarang kan belum punya anak, kata dokter oom dan tante kecapean, jadi tante sama oom sepakat untuk sementara kami ke indonesia dulu, ya ….itung-itung istirahat lah.</i>”. “<i>o gitu, iya lah tante, biar lebih semarak kalo ada si kecil.</i>”, jawab gue. Belagu ya gue, kaya orang tua ! “<i>de, sepulang ke jakarta nanti bisa engga kamu bantu tante nyari rumah ? soalnya oom kan masih sibuk ngurus ke pulangan kami, jadi kemungkinan sehabis tahun baru oom kembali lagi ke Belgi, kamu ada mobil kan ?</i>”.”<i>boleh tante, kalo soal kendaraan sih ada.</i>”.”<i>ok, maksih ya sebelumnya</i>.”, jawab tante wiwi.<br />
<br />
Singkat cerita, gue balik ke jakarta ‘n gue janjian sama tante wiwi buat nyari rumah. Gue jemput dia di rumah salah satu tante gue, dan kami jalan. “<i>kemana nih kita tante ?</i>”, tanya gue. “<i>enaknya kemana ya de, tante dan oom pengen yang suasananya ‘gak terlalu rame, yang tenang gitu, dan kalo bisa udaranya masih bersih dan aksesnya gampang.</i>”. “<i>wah kalo gitu dideket tempat iwan aja tante, di cibubur kan banyak perumahan tante, apalagi di sebrang toll.</i>”. “<i>ya udah, kita kesana aja.</i>”. gue arahin mobil gue kearah toll menuju lokasi. <br />
<br />
Cari-cari seharian akhirnya tante wiwi naksir di salah satu komplek-nya ciputra group. “<i>gimana de menurut kamu ?</i>’. “<i>ya terserah tante dong, bagusnya tante tanya oom dulu.</i>”, “<i>iya deh nanti malem tante tanyaain.</i>”. gue anterin tante wiwi pulang.”<i>entar tante hubungi kamu ya de, soalnya kalo jadi rumah yang ma oper kredit tadi, kita kayaknya kudu nyari furnitur dan kelengkapan rumah, gak ganggu kamu kan ?</i>”. “<i>enggak lah tante, lagian kuliah juga masih kosong</i><b>"</b>. “<i>makasih ya.</i>”, jawab si tante sambil sun pipi gue, serrr.<br />
<br />
Pagi jam 7 telfon berdering dan tante wiwi kabarin kalo suaminya setuju dengan rumah pilihan kemarin, dan dia ngajakin nyari peralatan rumah tangga, karena akad jual beli baru dilaksanain senin minggu depan. Kami jalan ke arah jl. Fatmawati, karena di sana emang banyak toko dan show room meubel. <br />
<br />
Siangnya kami makan siang sambil ngobrol-ngobrol. “<i>gimana tante menurut penilaian tante ?</i>”, tanya gue.”<i>gimana ya, bagus-bagus semua sih, tapi kan tante udah pegang referensinya, jadi kalo nanti tante mutusin pilih, tante tinggal telfon.</i>”. “<i>o..</i>”,jawab gue singkat.”<i>de, jum’at besok kamu ikut week-end ya, soalnya tante een ngajakin, refreshing katanya, ajak iwan juga.</i>”.”<i>boleh juga tuh tan, tapi kalo iwan diajak di rumah kelamaan kosong tan, khawatir !</i>”. “<i>terserah deh kamu atur aja.</i>”<br />
<br />
Besoknya kami berangkat ke puncak buat week-end. Iwan ditinggal. Di villa yang cukup gede dengan 4 kamar, halaman luas. Kolam renang, plus tempatnya yang masuk kedalam dan dibukit itu membuat suasana asyik banget. Jam 10 malem selesai makan di simpang raya kami langsung kembali ke villa. <br />
<br />
Gue pake jacket, sambil ngerokok, gue duduk di teras belakang. Gak lama muncul tante wiwi pake kimono handuk, abis mandi keliatannya. “<i>dingin-dingin gini koq mandi sih tan ?</i>”, tanya gue.”<i>iya abis lengket sih, lagian kan ada water heater.</i>”.katanya sambil ngeringin rambut dia angkat satu kakinya dan dinaikin ke kakinya yang lain. <br />
<br />
Ala mak, gue bisa ngeliat paha mulusnya. Setelah kering rambutnya tante wiwi masuk, gue ngikutin …di belakangnya. Gue ke dapur buat bikin kopi. Abis bikin kopi gue bawa kopi ke ruang tengah. Pas lewat depan kamar tante wiwi gue ngeliat pemandangan yang sangat aduhai. Pintunya yang ngebuka dikit bikin gue bisa ngintip, bener-bener yang gue ceritain tadi diatas dia yang lagi siap-siap pake baju, baru pake CD sementara dadanya masih terbuka membuat toketnya yang gede bebas terpampang. <br />
<br />
Buru-buru gue berlalu, dan bergabung sama tante een dan oom bambang serta anak-anaknya yang lagi nonoton tv. Ngobrol sebentar tante een minta izin buat ngelonin anak-anaknya, sementara oom bambang minta izin buat istirahat. Wal hasil tinggal gue yang nonton tv, gue pindah duduk ke kursi panjang yang tadi didudukin sama oom bambang dan tante een biar gue nontonya gak miring.<br />
<br />
Kira-kira 5 menit gue nonton sendiri, tante wiwi keluar sambil bawa segelas jeruk panas dan duduk di samping gue. Mhhhh aroma wangi tante wiwi segera menyeruak memenuhi seisi ruangan. Tante wiwi saat itu pake kimono sutra warna merah cerah, yang bikin gue horny adalah dadanya nampak ‘gak pake apa-apa di dalemnya. Kira-kira jam 12 malem gue pamit istirahat. “<i>ya udah, di matiin aja tv-nya tante juga mau istirahat.</i>”. kami jalan beriringan menuju kamar masing-masing, kamar gue depan-depanan sama kamar tante wiwi dibagian belakang, kamar gue dibelakang kamar anak-anaknya tante een sementara tante wiwi dibelakang kamar tante een.<br />
<br />
Pas ngelewatin kamar tante een terdengar suara-suara aneh. Gue noleh kearah tante wiwi, dan tante wiwi naro telunjuknya di depan bibirnya. “<i>Ssssttttt, jangan berisik, kamu ambil kursi organ kesini, kita intip.</i>” Katanya sambil senyum. <br />
<br />
Gue anggukin kepala. Gue ambil kursi itu dan gue taruh perlahan-lahan di depan pintu kamar. Tante wiwi diluar dugaan segera naik untuk menyaksikan adegan apa yang tengah berlangsung, dan gue yang di bawah dengan jelas dan gamblang menyaksikan kemulusan betis tante wiwi plus bulu-bulu halus-nya yang lebat. <br />
<br />
Titit gue gak kuat dan pelan tapi pasti mulai ngaceng. Tante wiwi gak lama mulai meletakkan tangannya didepan permukaan selangkangannya dan mengusap-usapkan telapak tangannya disana. Ngeliat gelagat begitu gue gak buang-buang kesempatan, gue raba betis indahnya, dan diluar dugaan tante wiwi gak bereaksi, malahan dia ngerenggangin kakinya dan gue liat tangannya mulai dengan agak kasar ngusap permukaan selangkanggannya sambil mulutnya mengeluarkan suara desisan,”<i>sssssssssssssssshhhhhhhh</i>”.<br />
<br />
Ngeliat tante wiwi mualai naik gak cuma tangan gue yang ngusap betis indahnya, tapi juga bibir dan lidah gue. Gue telusuri betisnya turun kebawah, sampe punggung kaki nya, gue pindahin ke kakinya yang lain dan gue jelajahi juga. Desisan tante wiwi mulai berubah jadi erangan, dan tangannya enggek cuma beraksi di permukaan selangkangannya, tapi juga tangannya yanglain mulia ngeremes toketnya sendiri. <br />
<br />
Sementara aksi gue gak cuma di betis kepala gue udah mulai menyusup kebalik kimononya, jadilah aksi gue sekarang menelusuri daerah pahanya. Setelah aksi bibir dan lidah gue mendekati daerah selangkanganya, tangan tante wiwi yang tadi dipake ngegosok selangkangannya sekarang pindah ke kepala gue. Dia teken kepala gue dan usap-usap rambut gue, sesekali dia jambak rambut gue sambil ngerapetin kakinya. <br />
<br />
Gue jilatin buah pantatnya yang ranum sambil kedua tangan gue beraksi ngeremas buah pantat doi yang lain sementara tangan gue satunya lagi gue pake buat ngebelai daerah selangkangannya. Gue pindahin aksi gue buat ngegarap buah pantatnya yang lain. Gue sibakin CD mini tante wiwi, gue renggangin kakinya, dan gue nikmati belahan pantatnya.<br />
<br />
Setelah gue mulai sesak napas ‘n kegerahan gue keluarin kepala gue dari balik kimononya. Gue geserin kaki tante wiwi supaya dia bisa geser, dan gue naik. Sejurus kemudian terpampang didepan mata gue pemandangan yang bikin gue makin horny. Tente wiwi dibawah lagi megap-megap sambil narik-narik rambutnya sendiri, dia angkat kedua kakinya dipundak oom bambang, sementara oom bambang asyik mompa tante een dari atas sambil mulutnya menikmati toket tante een yang lumayan bagus, meskipun udah punya anak dua. Gua gak mau tinggal diem, gue lingkerin tangan gue kepundak tante wiwi, dan langsung gue usap-usap bagian dadanya. <br />
<br />
Gak lama tangan gue yang kiri myusul, gue susupin kebalik kimononya dan segera gue dapetin segunduk daging yang teramat kenyal rasanya di tangan gue, dan tante wiwi bales dengan gigit-gigit kuping gue. Lagi asyik ngetune putting toket kiri tante wiwi tante wiwi beranjak turun. Dan ternyata yang dilakukan tante wiwi adalah ngelepasin iket pinggang gue,ngelapas kancing celana jeans gue dan nurunin zipper-nya. Dia tarik jeans gue selutut, tapi cuma jeansnya doang. <br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script><br />
Gak lama terasa hangat permukaan CD gue, dan terasa juga lidah bermain di permukaan CD gue naik turun, terasa juga titit gue digigitin naik turun, kayak oppi andaresta main harmonika. Udah itu terasa CD gue diturunun juga sementara di dalam kamar posisi sudah berganti, tante een memegang kendali naik turun sambil kedua tangannya megangin tangan oom bambang yang lagi asyik ngeremesin toket gede tante een.<br />
<br />
Hangat dan lembab terasa di palkon gue, pas pandangan gue turunin ternyata tante wiwi lagi asik jilatin palkon gue, terus turun kebatang kontol gue …naik turun, dan akhirnya biji peler gue dikulumnya juga. Dikemotnya kedua biji peler gue. ada perasaan mules sewaktu kedua biji peler gue di emut sama tante wiwi, abis mulut tante wiwi itu mungil banget, jadi kalo disekaligusin jadi beradu satu sama lainnya. Bosen ngulumin biji peler gue tante wiwi masukin batang peler gue kemulutnya, di emutnya, disedotnya kenceng banget. <br />
<br />
Lalu tante wiwi maju mundurin mulutbya, sambil tangankirinya maenin biji peler gue, sementara tangan kanannya meremas buah pinggul gue. Tante wiwi lepasin isapanya, tapi palkon gue langsung jadi sasaran, kali ini palkon gue di garuk-garuk pake gigi atasnya. Waduh, rasanya sangat luar biasa ! geli, gatel, dan laen- laen rasa enak semuanya campur jadi satu.<br />
<br />
Dari dalam kamartante een dan oom bambang mengerang sangat keras, dan rupanya mereka baru saja mencapai puncak gunung bersama- sama.<br />
<br />
Gak kuat gue kelamaan berdiri, gue angkat kepala tante wiwi, gue turun dan gue benerin posisi celana gue, gue tarik tante wiwi gue dekap dia dipelukan gue dan langsung gue serbu bibir mungilnya yang udah merekah menantang buat di gasak. Tante wiwi bales serbuan gue dengan gak kalah semangatnya. Lidah kami menjelajah rongga mulut masing-masing lawan. <br />
<br />
Waktu lidah tante wiwi menjelajah rongga mulut gue lidah itu gue gigit, gitu juga sebaliknya. Ternyata tante wiwi udah kecapean dari tadi, ”<i>de, kita pindah kekamar yo !</i>”, ajaknya. Gue sih nurut aja. Gue serbu lagi bibirnya, gue angkat tubuhnya gue gotong kekamarnya. <br />
<br />
Gue taruh dia diatas kasur, dan tanpa buang waktu gue lucutin pakean gue sendiri. Selanjutnya setelah gue bugil gue naek ke ranjang dan bibir tante wiwi kembali gue nikmati. Tangan tante wiwi gak tinggal diam digenggamnya kontol gue sambil diusap dan di kocok perlahan dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya peluk gue. <br />
<br />
Gitu juga gue gak mau kalah, sementara tangan kiri gue nyanggah beban tubuh gue, tangan yang kanan gue ajak buat jalan-jalan diatas dada tante wiwi. Didalam kamar baru tahu gue bahwa tante wiwi adalah jenis manusia yang seang melepaskan perasaan horny-nya dengan sebebas-bebasnya. Buktinya sewaktu toketnya gue remes danputingnya gue pilin dari mulut yang masih gue kulum, gumamannya terdengar sangatkeras. ”<i>mmmmmmmmmmhhhhhhh……….mmmmhhhhhhhhhgggggg</i>g”. apalagi sewaktu lidah gue bermain di belakang telinganya, erangannya makin menjadi.<br />
<br />
Tante wiwi dengan tangannya ngebimbing gue untuk menikmati permukaan lehernya yang jenjang dan ada sedikit lipatan lemaknya. Gue jilat dan gue kecup bagian leher tante wiwi sampe gak ada jengkal yang tersisa, “<i>uuuuhhhhhh ……..sssssssssshhhhhhh……..mmmmmmhhhhhh</i>”. Sekarang gantian.<br />
<br />
Tangan kanan gue dipake nyangga tubuh gue sementara tangan kiri gue gue pake buat membelai,meremas dan memilin bukit tante wiwi yang munjung dan udah keras dari tadi. Sekarang sasaran gue adalah pundak tante wiwi, dan kedua siku gue gue pake buat nahan berat badan gue, supaya kedua toket tante wiwi bisa gue remes bareng. <br />
<br />
Pada saat jelajah lidah gue udah nyampe di ujung selepetan bima-nya, gue sibakin kimono tante wiwi bagian dadanya, dan ……eng-ing-eng jelaslah sekarang didepan mata gue sepasang toket terindah yang pernah gue liat, karena sebelumnya tokrt CW-CW gue kalah bagus sama toket tante wiwi. Gue gak sabar gue langsung gigit putting-nya yang sebelah kanan dan tante wiwi berteriak<br />
<br />
“<i>aaaaaaahhhhhhhhkk……..ssssshhhhh………aadddduuuhhh …eeennnnhhhaaaaakkkkhh.</i>” . gue sedot pentil itu dengan keras, semakin keras gue sedot semakin menjadi erangan dan teriakan tante wiwi. Habis sudah kedua permukaan toket tante wiwi gue garap, tante wiwi dekap kepala gue di belahan toketnya, sementara kedua lengannya nyanggah toketnya, hal ini membuat muka gue tenggelam disela-sela toket-nya yang indah. Yang paling mengesankan adalah sewaktu gue bikin cupang di bawah putting kiri tante wiwi, tante wiwi berteriak sambil ngejewer kedua kuping gue.”<i>hah……… ooooohhhhhhhhh ……… ggggggghhhhhhh……… uuuussssssss…. .aaaaaaaahhhhhhh</i>”. sehabis itu jelaslah bekas cupangan gue di toketnya.<br />
<br />
Setelah puas aku garap kedua bueh toketnya, tante wiwi mwnurunkan kepala gue, gua jilati permukaan perutnya, pas nyampe puser gue kecup dan gue jilat pusernya sementara kedua tangan gue gue susupin dibelakang pinggul nya dan segera gue remes abis kedua bongkah pantatnya.<br />
<br />
“<i>adddduuuuhhhhhhh dddeee….kkamu koq kayaknya uudaaaaaahhhh ppppeeengalamannnnn banget sssiiihhhhh</i>”, begitu erangan tante wiwi kira kira sewaktu gue kecup dan gue jilatin pusernya. Jilatan gue terus turun kebawah, sebelim mulutgue nyampe di selangkangannya, CD mini tante wiwi gue turunin pake kedua tangan gue, gue tarik lepas CD itu. ohhhh…rumput yang tumbuh disitu begitu lebatnya, sehingga gue nyaris gak bisa lihat belahan memeknya !<br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script><br />
Yang pertama kali adalah gue merumput disitu, gue jilatin jembut itu sampe rapi, karena dari fakta yang gue liat kayaknya tante wiwi adalah salah satu jenis manusia yang senang membiarkan jembutnya tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya campur tangna dari luar. Setelah jembut itu rapi, aku kuakkan jembut yang berada disekitar bibir memek tante …wiwi, barulah sekarang gue liat belahan bibir memek tante wiwi. Bibir memek itu ternyata masih bersih, belum menghitam. Ngeliat pemandangan kayak gitu, kontan tangan dan bibir gue kompakan buat ngerubutin tante wiwi punya memek.<br />
<br />
“<i>aaaaaaaahhhhhhh…….. aaaddddduuuuhhhhhhh…….. ssssshhhhhh……. aa aaaggggghhhhhhh……. yyeeeeessssss….. ttteruuuuuuuuuuussssssshh hhhhgggggghhhhhhh</i>”. tante wiwi teriak-teriak sewaktu gue masukin jari tengah gue ke memeknya dan ibu jari gue menggesek itilnya dan lidah gue jilatin permukaan bibir memek nya. ”<i>uuuuhhhhhhh……..uuuuhhhhhhh……..yyyaaaaaaaaa……..ssssshhh hhhhhhh….</i>.”. desahan dan erangan tante wiwi semakin menjadi ketika dengan ganas gue gigit-gigit itilnya. Dan dengan gak kalah ganas tante wiwi ngejambak rambut gue , dia desekin ke selangkangannya, sementara pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sambil bikin gerakan memutar.<br />
<br />
”<i>mmmmmmhhhhhhhyyyyyyymmmmmmm ………sssssshhhhhhhhhhh …….. yyyyyaaaaaaaa ……</i>”. Begitu terus dan terus tante wiwi berputar dan berteriak. “<i>de….hhhhhh…..sini titit kamu kasih tante ……</i>.”, pintanya, dan terjadilah pertempuran 69 yang sangat seru, karena tante wiwi dan aku sama-sama rakus. Setelah 8 menitan bertempur 69 tante wiwi mengejan dan berteriak dengan sangat keras, ”<i>deeeeeeee …….aaaahhhhhh ……… aaadddddduuuuuhhhhh ………. Tanttttttttteeeeeeee …….gak …….. kuattttthhhhh …….. </i>“, jeritan tante wiwi disertai dengan merapatnya kedua paha, serta dicakar-cakarnya buah pantat gue. 1 ½ menit tante wiwi menjepit kepala gue, sampe akhirnya dia terkulai, sementara aku terus dengan aksiku menjilati setiap tetes air yang mengalir dari lubuk vagina tante wiwi. ”<i> De udah sayanggggghhhhh ……. Addddduuuhhhhhh ……. geliiiiiiiiiii ……</i>”<br />
<br />
Tante wiwi manjatuhkan diri dan terlentang pasrah sambil narik napas panjang pandangan matanya menerawang ke langit- langit kamar. “<i>De, kamu udah sering melakukan yang kayak begini ya ?</i>”, tanyanya sambil ngelirik ke gue. ”<i>Ah, enggak juga tante, mungkin udah dari sononys kali.</i>”, jawab gue sekenanya. “<i>gak mungkin, buktinya kontol kamu tante sedot kenceng banget koq kontol kamu tenang-tenang aja.</i>”, sanggahnya. “<i>oh jadi tante pengen saya cepet nyampe klimax ?</i>’. “<i>ya enggak juga sih, ……. Ih kamu nakal ya !</i>”, katanya sambil memiringkan badan dan ngegelitikin gue. Lama kami bercanda sambil bergumul kayak anak kucing, capek, kita berdua masing-masing diem sambil tarik napas dalem-dalem.<br />
<br />
Ngeliat tante wiwi terlentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, Gue yang emang udah kesetanan gak tahan, gue kangkangin dia dan langsung gue arahin rudal gue ke lobang memeknya, gue entot ! Kontol gue gue selipin disela-sela bibir memeknya, perlahan-lahan gue tusuk dan ……. “<i>oooohhhhhhhhhggg ……..ehhhhhhhh ………. </i>“. Kontol gue perlahan tapi pasti mulai amblas. <br />
<br />
Setelah amblas seluruhnya gue tarik napas dalam-dalam dan kembali bibir tante wiwi gue lumat, sambil gue grepe kedua toketnya. Setelah tenang aku mulai angkat perlahan-lahan batang kontol gue, pas tinggal kepalanya doang yang nyisa gue teken lagi, “<i>uuuuhhhhh …… </i>“, kembali tante wiwi mendesah. Lama-lama kayuhan gue semakin lancar, maju mundur, kadang- kadang gue puterin kayak orang lagi ngebor, dan tante wiwi mengerang keras.<br />
<br />
“<i> hhhhhhhhhhmmmmmmm ……..oooooouuuuuuuuughhhhhhhhhhh </i>“. rupanya dia menyukainya. Gue terus goyang, pas gue capek, tante wiwi ambil inisiatip. Dia peluk gue erat dan berguling kesisi kanan. Sekarang dia naek turun diatas gue, “<i>ooooohhhhhhh …. Aaddddddduuuuuhhhhh taaaannnntttthhhhh …. Ttteeeerrrrruuussss</i>”, erang gue sambil tangan gue remes toket dia keras banget. “<i>uhhh ….. uuuuuhhhh …. Uuuhhhh …. Yyyyyeeeeessss …. Yyyyyeeeessss</i> ‘, jeritnya sambil kedua tangannya ngejambak-jambak rambutnya sendiri. Leleah naik turun tante wiwi peluk gue sambil kiss gue, gue lingkerin tangan gue ke belakang, gue jamah bongkahan pantatnya dan gue mulai tusuk dia dari bawah. <br />
<br />
“<i> mmmmmmhhhhh …. Mmmmhhhh</i>”, gue tusuk terus. Gak lama tante wiwi bangkit dan kembali naik turun. Dia cengkeram lengan gue kenceng banget, ngeliat keadaan kayak gitu gue langsung pro-aktif, gue juga gak mau kalah, tusukan gue dari bawah gue tambah frekwensinya, dan hasilnya ……….. gak lama tante wiwi menggenjot pantatnya dengan gila sambil teriak-teriak, “<i>aaaaaaahhhhh ….. oooohhhh ….. ooooohhhhh …. Tante mau sssssssssaaaaammmmppppp ……..</i>”, belum selesai ngomong gitu tante wiwi teken keras-keras pantatnya kebawah, terasa otot-otot memeknya berkontraksi dengan sangat keras, dia jatuhkan diri diatas badan gue. <br />
<br />
Dengan napas masih memburu dia kecup dan lumat bibir gue, “<i>hhhhuuuhhhh, kamu hebat banget sih de, sama CW kamu atau sama perek kamu biasanya hah ?</i>”.”<i>enggak koq tante, ya baru sama tante aja sekarang.</i>”. “<i>alah, sama setiap CW yang kamu tidurin juga …jawabanya pasti sama.</i>”, katanya sambil ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih tante wiwi masuk lagi kekamar.<br />
<br />
Didepan pintu kamar mandi gue sergap dia, gue angkat satu pahanya dan gue tusuk sambil gerdiri. ”<i>aduh kok ganas banget sih kamu !</i>”, katanya setengah membentak. Gue gak mau tahu, gue dorong dia ke dinding gue hajar terus memeknya dengan rudal gue. mUlutnya gue sumbat, gue lumat dalem-dalem. Setelah tante wiwi mulai terdengar lenguhannya, gue gendong dia sambil pautan kontol gue tetep di pertahankan. Gue bawa dia ke meja rias yang berbentuk Consol, gue letakan tantatnya diatas meja itu. Sekarang gue bisa lebih bebas ngentot dia sambil menikmati toketnya. <br />
<br />
Sambil gue ayun, mulut gue dengan sistematis menjelajah bukit didadanya, dan seperti biasanya (dan ini juga yang biasanya dilakukan CW) dia teken belakang kepala gue ke dadanya, dan gue turutin, abis emang enak dan nikmat banget. “<i>aaaaaahhhh ……….. ssssssshhhhh ……. Oooohhhhh …… uuuuuuuuggggghhhh …… mmmmmhhhh.</i>”, tante wiwi terus meracau.<br />
<br />
Bosen sengan posisi gitu gue cabut kontol gue dan gue suruh tante wiwi nungging. Sambil kedua tangannya megangin bibir meja. Dalam keadaan nungging gitu tante wiwi keliatan lebih aduhai ! bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang bikin gue gak tahan. Gue pegang kontol gue dan langsung gue arahin memeknya. Gue gesekin ke itilnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Gak sabar gue tusukin sekaligus. <br />
<br />
Langsung gue kayuh, dan dalam posisi ini tante wiwi bisa lebih aktif memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. ”<i>aaaahhhhhh ddddeeeeee ttttaaaaannnnnteeeee mmmmoooo ….. kkkeeeee lllllluuuuarrrrr lagggiiii…….</i> “, racaunya. Tante wiwi goyangnya menggila dan gak lama tangan kananya menggapai kebelakang, dia tarik pantat gue supaya menusuk lebih keras lagi. Gue layani dia, sementara gue sendiri emang kerasa udah deket. Tante wiwi mwngwrang dengan sangat keras sambil jepit tool gue dengan kedua pahanya. Gue tetep dengan aksi gue. <br />
<br />
Gue raih badannya yang keliatan udah mulai mengendur. Gue peluk dari belakang, gue taruh tangan gue dbawah toketnya, dengan agak kasar gue urut toketnya dari barwah ke atas dan gue remes dengan keras. ”<i>eennngghhhhh …..oooohhhhh ……ohhhhhhh …….aaaaaaahhhhhhhhh</i>”, gak lama setelah itu bendungan gue jebol, gue tusuk keras banget, dan peju gue nyemprot lima kali didalem.<br />
<br />
Dengan gontai gue iring tante wiwi kembali keranjang, sambil gue kasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika gue liat jam didinding menunjukan jam 02.07. wah lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, gue pikir. “<i>tante, tante memek dan permainan tante ok banget !</i>”, puji gue. “<i>makasih juga ya de, kamu juga hebat……..</i>”. suatu pujian yang biasa gue terima ! Selanjutnya bisa ditebak, sampe sekarang gue masih suka berbagi kenikmatan setiap ada kesempatan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>TAMAT</b> </div>
Anonymousnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-24854834804481772862013-02-16T22:25:00.000+07:002013-02-16T22:25:00.641+07:00Cerita Hot Dewasa - Berawal Dari Menghayal<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Berawal-Dari-Menghayal.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Berawal Dari Menghayal.</b></a> Cerita ini di mulai waktu saya masih duduk di kelas 1 SMA di kota B. Usia saya sekarang 33 tahun, berarti kejadian ini terjadi 16 tahun yang lalu.<br />
<br />
Panggil saya Kadek, ketika itu saya mempunyai kelompok belajar yang selalu rutin belajar di salah satu rumah teman kami, Bima. Saya, Bima, Hendra, Julian dan Rizki setiap akan ulangan selalu belajar berkelompok sambil menginap, karena anak kelas satu masuk sekolah selalu pada siang hari.<br />
<br />
Teman saya, Bima, memang dari keluarga yang lebih dibanding teman-teman yang lain. Dia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara (2 pria dan 2 wanita), dari ayah seorang pejabat Depkeu.(drs.E) dan Ibu dosen fakultas sastra di universitas negeri di kota B, yang biasa kami panggil Tante N. Otomatis kami selalu tidur, makan dan mandi di sana, malah kalau keluarga drs.E berpesiar, kami suka diajak.<br />
<br />
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Berawal-Dari-Menghayal.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Berawal Dari Menghayal" border="0" class="gambar" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG8Hao9bi5L66XH-qPQblBrONiEL1RfThI28gB3qm-fxACpPx_nP20TJWYSJiCwMms9IhevB_Gq23nCTGZbnhmJPMKGjJiFEyu4-OZO5R1eNncAuDtBTyU7bHrEktQjXO3slmUOFnRbRih/s320/r2av3qgd9mju_t.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Berawal Dari Menghayal" width="213" /></a>Bila Bima sedang di bawah (karena kamarnya memang di lantai 2), kami selalu membicarakan sangkakak no.3 yang bernama E. Hal-hal yang dibicarakan tidak lain adalah wajah yang good looking serta body yang aduhai disertai kulit putih mulus terawat. Tapi anehnya, saya kok lebih suka memperhatikan Tante N, yang diusia 42 tahun lebih menimbulkan hasrat serta fantasi-fantasi seksual yang membuat perasaan risih. Karena walau bagaimanapun Tante N adalah ibu kandung dari teman baikku. Jadi, saya hanya bisa berkhayal dan tidak berani cerita pada orang lain.<br />
<br />
Karena keluarga drs.E adalah pencinta sport, maka setiap weekend selalu diisi dengan kegiatan berolahraga, terutama olah raga tennis. Karena saya cukup mahir bermain tennis, saya selalu diajak untuk bermain tennis. Karena saya dianggap paling jago, maka saya sering berpasangan dengan Tante N apabila bermain double. <br />
<br />
Selain badan Tante N yang proporsional dengan tinggi badan sekitar 165 cm, pakaian tennis Tante N memang sexy dengan rok pendek serta atasan model tank top, pelukan-pelukan serta sentuhan, apabila kami memenangkan game membuat hati saya berdebar-debar dan hasrat seksual terhadap Tante N semakin menjadi-jadi. Malah, setiap selesai bermain tennis saya bermasturbasi dengan membayangkan wajah Tante N serta bersetubuh seperti film BF yang biasa saya tonton.<br />
<br />
Pada hari Sabtu di bulan Januari, karena saya tidak memiliki pacar, saya sering berkeliling kota dengan mobil ayah untuk menghabiskan malam panjang sendirian. Karena teman-teman belajar saya semua pada ngapel, termasuk Bima. "<i>Ah Sial.</i>." ketika baru saja lewat rumah keluarga drs.E, mobil terbatuk-batuk seperti habis BBM. Padahal hujan begitu lebat di luar dan SPBU terdekat kira-kira 2 km dari lokasi tempat mobil saya tepikan di bahu jalan. Akhirnya, saya memutuskan untuk meminjam telepon ke rumah Bima, untuk menelepon ayah atau siapa saja untuk membantu kesulitan gara-gara lalai terhadap yang namanya BBM.<br />
<br />
Ketika saya tiba di rumah Bima, sambil hujan-hujanan suasana rumah tampak sepi, tidak ada mobil atau pun suara televisi yang menandakan adanya kehidupan. Dengan hati lemas saya pijit bel rumah 2 kali, "<i>Tingtong.. tingtong..</i>" Tidak lama kemudian terdengar jawaban dari dalam rumah. "<i>Siapa..?</i>" Hati saya berdebar, karena saya sangat mengenal suara itu.<br />
<br />
Kemudian saya menjawab, "<i>Kadek, Tante.. maaf malam-malam Tante.<b> </b>Saya mau pinjam telepon, mobil saya mogok, Tante.</i>" Terdengar gerendel pintu berbunyi, dan ketika pintu terbuka tampak sebuah sosok yang sangat saya kenal, sosok yang selalu hadir disetiap fantasi seksual saya. "<i>Aduh Kadek kenapa? kasian malam-malam gini hujan-hujanan, ayo cepat ke kamar Bima, kalo udah selesai ke ruang makan yach! Tante buatin minuman hangat.</i>" Sambil mengeringkan badan dan mengganti baju, masih terbayang siluet badan Tante N ketika tadi membuka pintu, yang membayang dari gaun tidur yang tipis.Dalam hati saya bertanya, "<i>Kok sepi sekali, yang lain pada ke mana yach.</i>"<br />
<br />
Sambil menghirup coklat panas yang dihidangkan Tante N, akhirnya saya beranikan untuk bertanya.<br />
<br />
"<i>Tante, Oom, Bima dan yang lain pada ke mana? Keliatannya rumah kok sepi sekali.</i>"<br />
<br />
"<i>Ini lho, adiknya Oom yang di J, sedang sakit, karena si Mbok juga lagi pulang, terpaksadech Tante jadi hansip dulu. Eh.. kamu jadi telepon nggak.</i>"<br />
<br />
"<i>Eh iya Tante, kok jadi lupa nih.</i>"<br />
<br />
"<i>Makanya, jangan suka ngelamun, dari tadi Tante perhatiin kamu kok bengong terus, ada apa sih?</i>"<br />
<br />
"<i>Nggak ada apa-apa kok Tante!</i>"<br />
<br />
Saya langsung bergegas ke ruang keluarga, dan segera telepon ke rumah. Saya coba berulangkali tetap telepon tidak bisa aktif. Tiba-tiba terdengar suara Tante N, "<i>Bisa nggak Dek? Kalo hujan begini biasanya jaringan telepon di sini memang suka ngadat.</i>"<br />
<br />
"<i>Udah deh, kamu tidur sini aja, Tante juga jadi ada yang nemenin.</i>"<br />
<br />
"<i>Iya Tante.</i>"<br />
<br />
Setelah itu, saya dan Tante N segera beranjak untuk meneruskan obrolan di ruang keluarga. Sebelum saya sempat duduk di sofa, Tante N berkata, "<i>Dek, tolong dong Tante ajarin lagu Turkish March-nya Bethoven, Tante masih kagok tuh perpindahan jari-jarinya.</i>"<br />
<br />
"<i>Kapan Tante?</i>"<br />
<br />
"<i>Ya sekarang dong! Kapan lagi coba kamu punya waktu untuk ngajarin Tante.</i>"<br />
<br />
Kemudian kami menuju piano dan duduk sama-sama di kursi piano yang tidak terlalu lebar. Karenasaya mengajari perpindahan jari-jari tangan, otomatis saya selalu memegang jari tangan Tante N yang halus dengan kuku-kuku yang terawat dengan baik. Jantung saya terasa makin lama makin berdebar, apalagi setiap menarik nafas harum tubuh Tante N, sepertinya memenuhi rongga dada dan membuat adik kecilku mengeras secara perlahan.<br />
<br />
"<i>Kamu kok suaranya bergetar Dek, lagi nggak enak badan yah?</i>"<br />
<br />
"<i>Nggak kok Tante, saya hanya..</i>"<br />
<br />
"<i>Hanya apa hayo! nggak mau ya lama-lama temenin Tante, atau kamu udah ada janji malem mingguan.</i>"<br />
<br />
"<i>Saya nggak punya pacar kok Tante, nggak kayak Bima ama yang lainnya.</i>"<br />
<br />
Sambil terus duduk berdekatan, tiba-tiba kepala Tante N bersandar pada bahuku dan bertanya, "<i>Dek, Tante mau tanya apa Bima pernah cerita nggak kalo ayahnya punya istri lagi yang jauh lebih muda dari Tante, usianya sekitar 25 tahunan lah.</i>"<br />
<br />
"<i>Masa sih Tante, keliatannya Tante sama Om mesra-mesra aja!</i>"<br />
<br />
Ketika tangan Tante N bergeser untuk bertumpu pada pahaku, secara tidak sengaja menyentuh adikku yang sejak tadi makin mengeras saja dan membuatku berteriak kecil, "<i>Ah..</i>" Sambil Tante N memandangku yang tertunduk malu dengan wajah sendu dan sensual, Tante N kembali bertanya, "<i>Dek, kamu udah pernah berhubungan seksual belum?</i>"<br />
<br />
"<i>Be..be..be..lum pernah Tante!</i>"<br />
<br />
"<i>Mau nggak Tante ajarin? sebagai ganti kamu ngajarin piano sama Tante.</i>"<br />
<br />
Saya diam seribu bahasa, dan tiba-tiba bibir Tante N telah menyerbu bibirku secara bertubi-tubi sambil lidahnya terus berusaha menjilat dan meracau, "<i>Ah..ah..ah..</i>" Sambil terus mencium bibirku, tangan Tante N terus meremas telinga dan rambutku.<br />
<br />
Tiba-tiba Tante N berkata, "<i>Dek! kita pindah ke kamar yuk..</i>"<br />
<br />
Sambil bibir kami terus berpagutan, kami pindah ke kamar tidur dan langsung merebahkan badan dengan badanku ditindih Tante N. Selanjutnya Tante N segera melucuti baju tidurnya dan membentanglah suatu pemandangan indah, payudara yang proporsional (kira-kira 36B) denganputing warna merah maron dengan dibungkus kulit putih yang mulus tanpa cacat, dan yang lebih lagi adalah selangkangan dengan bulu-bulu hitam yang tidak begitu lebat dengan belahan merah muda yang mempesona. <br />
<br />
Dalam keadaan masih bengong, tiba-tiba tangan Tante N menarik tanganku danlangsung dibimbingnya ke arah payudaranya. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saya langsung meremas dengan halus sambil memilin puting susunya yang makin tegak dan mengeras.<br />
<br />
"<i>Ah.. ah.. ah.. terus Dek, buat Tante puas Dek..</i>" Sambil terus meracau Tante N segera melucuti seluruh bajuku, dan mulai meraba-raba daerah selangkanganku serta mulai meremas adikku yang terasa nikmat sekali.<br />
<br />
"<i>Punya kamu besar juga ya Dek</i>"<br />
<br />
"<i>Boleh nggak Tante jilatin biar makin besar?</i>"<br />
<br />
"<i>Emangnya Tante mau gitu..?</i>"<br />
<br />
Lansung posisi Tante N berubah dan mulai turun perlahan dengan terus menjilati tubuhku, dari leher, dada, perut, dan tiba-tiba kurasakan cairan hangat mulai membasahi batang dan kepala adikku. Dan ketika saya memberanikan diri untuk melihat, rupanya kemaluanku sedang dijilati Tante N, kadang-kadang dikulumnya sambil kurasakan kepala kemaluanku menyentuh ujung kerongkongan Tante N.<br />
<br />
Tiba-tiba Tante N merubah posisinya, sambil terus mengulum dan menjilat kemaluanku, Tante N memutar badan dengan selangkangannya menghadap wajahku. Terlihatlah suatu pemandangan indah, bulu hitam dengan belahan merah dan segumpal daging merah kecil yang berkilau. "<i>Jilat Dek, jilat Dek,</i>" pinta Tante N. Tanpa sungkan-sungkan dan membantah, langsung saja kuarahkan lidahku untuk menjelajah sambil terus menghirup harumnya kemaluan Tante N yang bagaikan candu itu.<br />
<br />
Usai kegiatan saling menjilat, Tante N segera berbaring dan memintaku untuk bangkit sambil tangannya terus menggenggam adikku dan dituntunnya ke arah kemaluannya. "<i>Masukkan Dek, masukkan Dek!</i>" pinta Tante N, seperti anak kecil yang sedang merengek-rengek. Sesuai permintaanku, segera Tante N menekan tubuhku hingga adikku terarah dengan sempurna, dan terasalah suatu rasa yang sensasional ketika kulit kemaluanku bersentuhan dengan dinding kemaluan Tante N yang sudah basah dengan cairan hangatnya. "<i>Ah.. ah.. ah..</i>" suaraku dan suara Tante N memecah kesunyian dandinginnya malam. Sambil saya terus memompa Tante N tidak lupa saya meremas-remas seluruh tubuh Tante N yang memelukku dengan goyang pinggul yang seirama.<br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script><br />
Tanpa berkata apa-apa, Tante N membantingku dan tiba-tiba Tante N telah menduduki tubuhku dan mulai bergerak turun naik memutar. Saya semakin takjub saja melihat kedua payudara Tante N seperti bergejolak untuk memuntahkan isinya. Sambil kami terus meracau dengan kata-kata yang menunjukkan kepuasan, Tante N memintaku untuk membalikkan badannya ke posisi semula sambil memintaku untuk memompa lebih cepat. <br />
<br />
Lalu kurasakan kemaluanku semakin berdenyut dan kemaluan Tante N juga kurasakan hal yang sama. Tidak lama kemudian tubuh kami mengejang, dan seperti di komando kami berteriak, "<i>Ah.. ah.. ah..</i>" sambil dari kemaluanku kurasakan keluar cairan nikmat dengan denyut kenikmatan dari dalam kemaluan Tante N dan kami saling berpelukan dengan erat sambil terus menikmati kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.<br />
<br />
Usai adegan yang tak mungkin kuhapuskan dari ingatanku, Tante N bertanya, "<i>Kamu suka Dek? Mau kan lain kali kita ulangi lagi.</i>"<br />
<br />
"<i>Mau Tante.. kapan pun Tante mau, saya akan meluangkan waktu untuk Tante.</i>"<br />
<br />
Tidak lama kemudian kami tertidur sambil terus berpelukan hingga keesokan harinya.<br />
<br />
Rekan-rekan pembaca, usai kejadian itu kami masih terus melakukan affair. Hal ini berakhir ketika saya menikah 4 tahun yang lalu. Beliau berkata, "<i>Jangan hianati istrimu, karena Tante sudah merasakan bagaimana dihianati suami.</i>"<br />
<br />
Sampai sekarang kami masih berhubungan baik, bersilaturrahmi dan saling memberi spirit di saat kami merasa jatuh. Saya sangat menghormati hubungan ini, karena pada dasarnya saya sangat menghargai Tante N sebagai istri dan ibu yang baik.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>TAMAT</b> </div>
Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-49645521699131588202013-02-15T22:25:00.000+07:002013-02-15T22:25:00.154+07:00Cerita Hot Dewasa - Aku Diperkosa Teman Suamiku<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Aku-Diperkosa-Teman-Suamiku.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Aku Diperkosa Teman Suamiku.</b></a> Sebut saja namaku Christine, aku berasal dari kota S. Pendidikanku cukup baik, aku selalu berhasil dengan baik dalam tiap pelajaran, bahkan aku dapat lulus dari perguruan tinggi dengan IP yang sangat baik. <br />
<br />
Tetapi itu semua tidak menjamin kebahagiaan, aku dididik dengan pendidikan yang kolot, serius, sehingga aku cenderung menjadi orang yang kuper dan pendiam. Namun itu tidak menyulitkanku dalam hal perjodohan, karena banyak orang mengatakan bahwa aku cantik, dan memiliki mata yang bundar, aku tidak terlalu memahami apa yang mereka katakan, namun kebanyakan pria yang mendekatiku mengatakan hal serupa.<br />
<br />
Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel lagi.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Aku-Diperkosa-Teman-Suamiku.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="Aku Diperkosa Teman Suamiku" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSTtfuE6C5KMFIJnkw9Sd2SmIwArU0d8uyUPxmpZaO3Ax9PjsBD1DfwEFiILmlO016GtRz66eab7UU_K0-2PHlVGAX7Nj4Q7h8IeaQyZJphALzN5NZhlYcpnq1xDk0cbhfeikcZNYqOeSO/s320/tante-nakal-hot-syur-+(4).jpg" title="Aku Diperkosa Teman Suamiku" width="231" class="gambar"/></a></div>Selama beberapa tahun, hubungan kami baik-baik saja, kami dikaruniai dua orang anak, dan kami sangat berkecukupan di bidang materi. Namun kadang-kadang tidak semuanya berjalan lancar, ternyata suamiku tidak bisa lagi memberi nafkah batin kepadaku, ternyata dia mengalami problem impotensi, karena overworking. Tetapi saya tetap mencintainya karena dia jauh dari perselingkuhan dan dia sangat perhatian kepadaku.<br />
<br />
Walaupun dia sudah tidak dapat lagi memberiku kepuasan, namun saya tetap menahan diri dan mencoba untuk tidak berselingkuh. Semuanya berjalan dengan baik sampai akhirnya datang Roni. Dia adalah rekan bisnis suamiku sejak lama, namun aku baru sekian lama dapat berjumpa dengannya, dia seusia suamiku, menurutnya dia dan suamiku berpartner sejak mulai bekerja, kami kemudian menjadi dekat karena dia orangnya humoris.<br />
<br />
Dasar laki-laki tampaknya dia cukup tanggap dengan keadaan suamiku yang tidak mampu lagi memuaskan diriku sehingga akhirnya dia akan membawaku ke jurang kehancuran, aku dapat merasakan matanya yang jalang bila melihatku, terus terang saja aku merasa risih namun ada sensasi birahi dalam diriku bila dipandang seperti itu, aku tidak tahu mengapa, mungkin karena aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu, walaupun ketika masih mojang aku mempunyai banyak kenalan pria.<br />
<br />
Suatu saat dia menelepon dari hotelnya, dia menyuruhku menjemput suamiku yang katanya minum-minum sampai mabuk, aku ingat waktu itu masih pagi betul, memang suamiku kadang lembur sampai malam sekali, sehingga aku tidak tahu kapan dia pulang. Betapa bodohnya aku, aku menyadari suamiku tidak pernah minum alkohol, entah mengapa ajakan Roni seperti hipnotis sehingga aku tidak curiga sama sekali.<br />
<br />
Akhirnya aku sampai di hotel GS tempat Roni menginap, aku memasuki kamarnya dan dengan muka tak berdosa dia memaksaku untuk masuk, tanpa curiga aku cepat-cepat masuk dan mencari suamiku, namun ketika aku sadar dia tidak ada tiba-tiba mulutku dibekap dari belakang, napasku sesak sampai aku pingsan, entah apa yang terjadi selanjutnya, aku merasa ada kegelian di dadaku, seseorang mengelus-elus dan meremas-remas bagian dadaku. <br />
<script src="http://kumpulblogger.com/scahor.php?b=192646&onlytitle=1" type="text/javascript"></script><br />
Pelan-pelan aku terbangun, kulihat Roni sedang memainkan payudaraku. Oh, betapa terkejutnya aku, apalagi mendapati diriku terebah di tempat tidur dengan hanya baju atasan yang sudah terbuka dan BH-ku yang sudah dibuka paksa. Aku menyuruhnya melepaskanku kudorong dorong badannya tetapi dia tak bergeming.<br />
<br />
Dia memegangi kedua tanganku dan menekuk kedua lenganku dan menaruhnya di samping kepalaku, sehingga aku praktis tidak bisa apa-apa, genggamannya terlalu kuat, dia tertawa kecil dan menciumi kedua puting payudaraku, aku menolak tapi entah kenapa aku merasa risih birahi. Kemudian dia memasukkan penisnya ke bagian kemaluanku, aku meringis-ringis dan berteriak, rasanya sakit sekali.<br />
<br />
Tetapi aku sepertinya justru menginginkannya, di tengah pergumulan itu aku menyadari bahwa penis suamiku sebenarnya terlalu kecil, aku pelan-pelan merasakan kenikmatan, dasar lelaki tampaknya Roni sangat pintar mengambil kesimpulan, aku pasrah pada kemauannya, ketika dia membalikkan badanku sampai seperti merangkak, dia sangat agresif, tetapi aku dapat mengimbanginya karena sudah lama aku tidak merasakan ini. <br />
<br />
Dia kembali menusukkan penisnya di kemaluanku dan meremas-remas payudaraku. Ahh, memang aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang bahkan suamiku sendiri tidak pernah memberikannya. Kemudian merasa tidak puas dengan baju bagian atasku yang masih menempel, dia melepaskannya, sambil kemudian membuat posisiku seperti duduk dipangku olehnya.<br />
<br />
Seperti kesetanan aku secara otomatis mengikuti irama kemauannya, ketika kedua tangannya memegang perutku dan menggerakkannya naik turun aku secara otomatis mempercepat dan memperlambat gerakanku secara teratur, dia tersenyum penuh kemenangan, merasa dia telah membuat ramalan yang jitu. Kurasakan dia kembali meremas-remas dadaku ketika dia merasa aku dapat mengambil inisiatif. <br />
<br />
Sungguh seperti binatang saja aku, melakukan hal semacam itu di pagi hari, di mana seharusnya aku ada di rumah mempersiapkan sarapan dan mengurus anak-anakku. Sempat kurasakan tiada selembar benangpun menempel di tubuhku kecuali celana jinsku di sebelah kanan yang belum terlepas seluruhnya, tampaknya Roni tidak sempat melepasnya karena terlalu terburu nafsu.<br />
<br />
Akhirnya dia menyuruhku mengambil posisi telentang lagi dan dia mengangkat dua kakiku direntangkannya kedua kakiku ke arah wajahnya dan dia mulai memainkan penisnya lagi, dan kurasa dia sangat menaruh hati kepada payudaraku, karena kemudian dia mengomentari payudaraku, menurutnya keduanya indah bagaikan mangkuk. Hmm, aku sungguh menikmatinya karena suamiku sendiri tidak pernah memberi perlakuan spesial pada kedua payudaraku ini, paling dia hanya meremas-remasnya. <br />
<br />
Tetapi apa yang dilakukan Roni benar-benar sungguh mengejutkan dan memuaskan diriku, dia menghisap putingku dan memainkannya seperti dot bayi. Hanya sebentar rasanya aku mengalami orgasme, aku merasa lelah sekali dan kehabisan nafas sampai akhirnya dia juga sampai ke situ.<br />
<br />
Setelah itu aku merasa sangat marah dan menyesal kudorong Roni yang masih mencoba mencumbuku, kumaki dia habis-habisan. Tampaknya dia juga menyesal, dia tidak dapat berkata apa-apa. Roni kemudian hanya duduk saja sementara aku sambil menangis memakai kembali seluruh pakaianku. Aku mencoba menenangkan diri, sampai kemudian Roni mengancamku untuk tidak mengatakan hal ini kepada suamiku, dia kembali menekankan bahwa bisnis suamiku ada di tangannya karena dia adalah pembeli mayoritas sarang burung walet suamiku. <br />
<br />
Aku membenarkannya karena suamiku pernah berkata bahwa Roni adalah koneksinya yang paling penting. Aku bingung olehnya, baru-baru ini ketika dia pulang ke kotaku, dia kembali memaksaku melakukan lagi hal serupa, bahkan dia pernah berkata bahwa suamiku sudah menyerahkan diriku padanya karena dia merasa tidak mampu lagi memuaskan diriku.Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-69960433840235944632013-02-14T23:37:00.000+07:002013-02-14T23:37:34.528+07:00Cerita Hot Dewasa - Nikmatnya Diperkosa<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/02/CeritaHD-Nikmatnya-Diperkosa.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Nikmatnya Diperkosa.</b></a> Untuk mempersingkat waktu, maka saya akan langsung saja menceritakan cerita baru. Namun perlu diingat bahwa ini hanya sebuah cerita fiktif dan bukan cerita nyata. Dilarang keras untuk berpikir bahwa cerita ini nyata. karena cerita ini memang fiktif belaka.<br />
<br />
Namaku Winie, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur 15 tahun sedang yang bungsu berumur 13 tahun. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBIHAfjj9xnSjLRj8Aa7grx2gyc9b4hPOSiXYCZUsRrY6z1n6fbtosmLR3F4QNN1CFr_FXb3P0qYeuSJgFBoikZHpbP55C2pjjzbR_wlBE20-RdoIictaHO_ia35yb7YOLP7rEVi-QBDi/s1600/model-majalah-popular-joza+(5).jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Nikmatnya Diperkosa" border="0" class="gambar" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBIHAfjj9xnSjLRj8Aa7grx2gyc9b4hPOSiXYCZUsRrY6z1n6fbtosmLR3F4QNN1CFr_FXb3P0qYeuSJgFBoikZHpbP55C2pjjzbR_wlBE20-RdoIictaHO_ia35yb7YOLP7rEVi-QBDi/s320/model-majalah-popular-joza+(5).jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Nikmatnya Diperkosa" width="211" /></a></div>
Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku. Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran. Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya.<br />
<br />
Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.<br />
<br />
Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada. Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.<br />
<br />
Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, "<i>Ouh… ngapain kamu di sini!</i>" sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.<br />
<br />
"<i>Jangan ngeliatin… sana cepet keluar!</i>" bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.<br />
<br />
Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku.<br />
<br />
"<i>Aris… Saya sudah bilang cepat keluar!</i>" bentakku lagi dengan mata melotot.<br />
<br />
"<i>Silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!</i>" ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.<br />
<br />
Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.<br />
<br />
Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.<br />
<br />
"<i>Mas… jangan!</i>" kataku dengan suara gemetar.<br />
<br />
"<i>Hua… ha… ha… ha…!</i>" suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.<br />
<br />
"<i>Jangan…!</i>" jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.<br />
<br />
Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu. Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi.<br />
<br />
"<i>Aris… Jangan… jangan… mas…</i>" kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.<br />
<br />
Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.<br />
<br />
"<i>Saya ingin mencicipi ibu…</i>" bisiknya dekat telingaku.<br />
<br />
"<i>Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.</i>" katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.<br />
<br />
"<i>Tapi saya majikan kamu Ris…</i>" kataku mencoba mengingatkan.<br />
<br />
"<i>Memang betul bu… tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas…</i>" balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.<br />
<br />
"<i>Hhh mmm uuhhh,</i>" desah nafasnya memenuhi telingaku.<br />
<br />
"<i>Tapi malam ini bu Winie harus mau melayani saya,</i>" katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.<br />
<br />
Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya. Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu.<br />
<br />
"<i>Aris… jangan Ris… jangan!</i>" ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya.<br />
<br />
Namun Aris, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku.<br />
<br />
"<i>Ouh… zzzt… Euh…</i>" desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.<br />
<br />
Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.<br />
<br />
"<i>Masss… Eee</i>" rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku. Tangan mas Aris terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.<br />
<br />
Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing.<br />
<br />
"<i>Ouh… Winie… wajahmu cukup merangsang sekali Winie…!</i>" ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.<br />
<br />
Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, "<i>Ouh… mas…</i>" rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya.<br />
<br />
Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah. "<i>Bruk…</i>" tiba-tiba tangan mas Aris melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku. Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu.<br />
<br />
"<i>Aris… sudah… sudah… ouh… ampun Aar.. riss…</i>" rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya.<br />
<br />
"<i>Ouh… Ris…</i>" desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.<br />
<br />
"<i>Sabar Win…, saya suka sekali dengan lendirmu sayang!</i>" suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.<br />
<br />
Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Aris lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu.<br />
<br />
"<i>Bu Winie…, saya entot sekarang ya… sayang…</i>" bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah. "<i>Eee…</i>" pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.<br />
<br />
"<i>Tenang sayang… tenang… dikit lagi… dikit lagi…</i>"<br />
<br />
"<i>Aah… sak… kiiit..!</i>" jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya. Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku.<br />
<br />
Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, "<i>Ouhhh…</i>"<br />
<br />
Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.<br />
<br />
"<i>Sialan kamu Ris!</i>" ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.<br />
<br />
Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.<br />
<br />
"<i>Kamu gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!</i>" ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.<br />
<br />
"<i>Bagaimana kalau aku hamil nanti?</i>" ucapku lagi dengan nada kesal.<br />
<br />
"<i>Tenang bu Winie.., saya masih punya pil anti hamil, bu Winie.</i>" ucapnya dengan tenang.<br />
<br />
"<i>Iya… tapi kan udah telat!</i>" balasku dengan sinis dan ketus.<br />
<br />
"<i>Tenang bu… tenang… setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi bu Winie enggak usah khawatir bakalan hamil bu,</i>" ucapnya malah lebih tenang lagi.<br />
<br />
"<i>Ouh… jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ris…</i>" ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya.<br />
<br />
"<i>Bagaimana bu Winie…?</i>"<br />
<br />
"<i>Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ris…</i>" kataku masih dengan nada kesal dan gemas.<br />
<br />
"<i>Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?</i>" tanyanya lagi sambil membelai rambutku.<br />
<br />
Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali.<br />
<br />
"<i>Kok ngak dijawab sich!</i>" tanya supirku lagi.<br />
<br />
"<i>Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Aris!</i>" kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.<br />
<br />
"<i>Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!</i>" ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku. Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding. Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu. Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Aris supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.<br />
<br />
Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun Lux cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya. Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.<br />
<br />
"<i>Ah… mas…</i>" pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.<br />
<br />
Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun Lux cair itu menjadi semakin berbusa.<br />
<br />
Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.<br />
<br />
"<i>Saya akan bawakan makanan ke sini yach!</i>" ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.<br />
<br />
Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal. Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.<br />
<br />
"<i>Biar saya yang suapin bu Winie yach!</i>" ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.<br />
<br />
"<i>Kamu yang masak Ris!</i>" tanyaku ingin tahu.<br />
<br />
"<i>Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!</i>" kata supirku.<br />
<br />
"<i>Ayo dicicipi!</i>" katanya lagi.<br />
<br />
Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.<br />
<br />
"<i>Bolehkan saya memanggil bu Winie dengan sebutan mbak?</i>" tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.<br />
<br />
"<i>Boleh saja, memang kenapa?</i>" tanyaku.<br />
<br />
"<i>Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.</i>"<br />
<br />
<i>Kalau saya boleh manggil Mbak Winie, berarti bu Winie eh… salah maksudnya Mbak Winie, panggil saya Bang aja yach!</i>" celetuknya meminta.<br />
<br />
"<i>Terserah kamu saja </i>" kataku.<br />
<br />
"<i>Sudah nggak capai lagi kan Mbak Winie!</i>" sahut supirku.<br />
<br />
"<i>Memang kenapa!?</i>" tanyaku.<br />
<br />
"<i>Masih kuatkan?</i>" tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.<br />
<br />
Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati. Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>TAMAT</b></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-979919756148376632013-02-03T23:58:00.000+07:002013-02-04T00:06:48.648+07:00Cerita Hot Dewasa - Perawan Siswi Primadona<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Perawan-Siswi-Primadona.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Perawan Siswi Primadona.</b></a> Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, disaat itu di sebuah SMU Negeri terkenal dikota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya. Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Perawan-Siswi-Primadona.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Perawan Siswi Primadona" border="0" class="gambar" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7_nWqzrrpDxWSInXUOMMoe4AS1q4UYzvg18VxzqGR9bNLKHBwavVt6MhUep0x8bPuUL4M_I1nI2jPW7vubn34v3pSTBOBdUmZ164tlJmmcnzEep1wCcEhcr1Ko0iy10A4PKNiahgr3iM/s320/smu.jpg" width="240" /></a></div>Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. <br />
<br />
Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganjaditembak mati oleh aparat.<br />
<br />
Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlahpekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusain-kusain pintu-pintu kelas disekolah ini. <br />
<br />
Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden.Diantara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Akusangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.<br />
<br />
Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal diatas lutut sehingga pahanyayang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnyapun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.<br />
<br />
Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namunperasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata.Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannyadisaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya.Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah akumenikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Akuingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda.<br />
<br />
Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu,dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Darimerekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun akutahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnyabaru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnyayang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. <br />
<br />
Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara danpaskibra disekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwadia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yangdiselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal dinegeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.<br />
<br />
Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggotapaduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadisyang terakhir kalinya masih tersisa didalam sekolah ini, yang sedangasyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnyatelah meninggalkan halaman sekolah. <br />
<br />
Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbangaku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikatdengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kaingombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada dibagian belakang bangunan sekolah ini.<br />
<br />
Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda Wulandari, gadis cantiksang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafaldengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya dikalaselesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jamdari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halamansekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam olehkain gombal yang kusumpal di mulutnya. <br />
<br />
Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Perawan-Siswi-Primadona.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Perawan Siswi Primadona" border="0" class="gambar" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP0K-DkLt8XRdm_XfAUeLbW2M-JckPppR8ytMgP3Z_ZWYmEJ9gO7ulOH8m8WBF9ajensJkWshLlC-7T3MacNJTHFQ7LtnlGepN9lToLwjrIWZiJJ-4Zs69lmTnJFowg6UYJnTNd_WP4qc/s1600/cewek-telanjang-abg-bugil-anak-sma-smu-gadis-mesum-bokep-9.jpg" width="240" /></a></div>Posisinya kini bersujud dihadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat didalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi. <br />
<br />
Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik didalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.<br />
<br />
Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya didalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah disaat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-85102617927293137802013-01-28T09:04:00.002+07:002013-01-28T09:04:42.064+07:00Cerita Hot Dewasa - Pemetik Perawan<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Pemetik-Perawan.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Pemetik Perawan.</b></a> Kisah ini adalah kecabulan nyata yang dilakukan seorang guru SMP pada belasan murid perempuannya. Seperti dituturkan Mardi pada penulis, telah diedit tanpa mengaburkan keaslian maknanya.<br />
<br />
Mardi adalah lelaki berusia 35 tahun yang masih juga ngejomblo dan pekerjaan sehari-harinya sebagai guru di SMP swasta di kota S*****(Edited).<br />
<br />
Kenapa tetap ngejomblo?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsxNRG5ZjRZ3f8G20WS_M3xFxBKYP06XJZjpkEKz_zFOcquyr2qNchFe1Iw4s_PpE888HDFfq-tl_y3MLopCgxCvDL9Wf0q7mf7IT4ox16jySK4RYP0-RzK5eo_IperSpIW36Wi7umPBI/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Pemetik Perawan" border="0" class="gambar" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsxNRG5ZjRZ3f8G20WS_M3xFxBKYP06XJZjpkEKz_zFOcquyr2qNchFe1Iw4s_PpE888HDFfq-tl_y3MLopCgxCvDL9Wf0q7mf7IT4ox16jySK4RYP0-RzK5eo_IperSpIW36Wi7umPBI/s1600/images.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Pemetik Perawan" width="185" /></a></div>
Ceritanya diusia belasan dulu, Mardi pernah dikecewain Mustinah, gadis kampung idamannya yang kemudian kawin dengan bandot tua bernama Muksin, juragan tanah di kampung itu. Setelah merantau dan menjadi guru di kota S, Mardi juga pernah beberapa kali menjalin asmara, misalnya dengan Susi, karyawati disebuah hotel di kota S. Tapi, Mardi pun jadi kecewa setelah tahu kalau Susi tak lebih hanyalah wanita panggilan yang tubuhnya sudah seringkali dijamah lelaki hidung belang. Sedangkan dengan Erna, anak kepala desa di kota S, orangtua Mardi dikampung kurang sregg, jadi Mardi terpaksa hengkang meninggalkan Erna. Takut kualat sama ortunya.<br />
<br />
Di kota S, Mardi tinggal dikompleks pengajar di SMP swasta itu. Nah kelakuan bejat Mardi mulai terjadi dua tahun terakhir, dan semakin menjadi-jadi karena selama itu tak pernah ketahuan.<br />
<br />
Awalnya, suatu pagi Mardi bingung sekali harus bagaimana. Semalam sebelumnya, ia bersama beberapa teman bujang disekitar kompleks pengajar habis melototin adegan layak sensor dari VCD miliknya. Gambaran adegan porno yang ditontonnya membuat libido Mardi terus melonjak dan butuh tersalurkan, sementara istri belum punya. Mau belanja ke lokalisasi, Mardi takut kepergok kenalan. Profesi sebagai guru yang patut digugu dan ditiru tentu saja melarangnya secara sosial untuk melakukan itu.<br />
<br />
"<i>Ayo Linda, kamu maju kedepan dan kerjakan tugas ini dipapan,</i>" perintah Mardi pada muridnya. Pagi itu Mardi mengajar matematika untuk kelas satu. Jumlah murid kelas 1A hanya 30 orang, yang cowok 10 dan cewek 20. Begitu dapat perintah Mardi, Linda maju kedepan untuk mengerjakan perintah pak guru Mardi.<br />
<br />
"<i>Sudah pak.., sudah selesai,</i>" kata Linda setelah mengerjakan tugas dipapan tulis. Mardi bangkit dari duduknya, dan mengamati tugas yang dikerjakan Linda.<br />
<br />
"<i>Wah., kamu ini pasti tidak pernah belajar ya? Kok ini salah semua.. Sini kamu Linda, bapak beri hukuman,</i>" Mardi sedikit melotot meminta muridnya mendekat.<br />
<br />
Linda adalah gadis ABG berusia 13 tahun. Bagi Mardi, murid yang satu ini cukup manis dan cantik, walaupun masih ABG alias bau kencur. Body Linda yang mulai remaja membuat daya tarik tersendiri bagi Mardi, apalagi tubuh bongsor Linda membuat susu yang baru tumbuh terlihat sexy tak ber BH.<br />
<br />
"<i>Nih.. Lain kali belajar yang rajin ya..,</i>" Mardi mencubit bokong Linda dengan gemas sampai gadis cilik itu meringis kesakitan.<br />
<br />
"<i>Ampun pak guru.. Iya besok saya belajar,</i>" Linda takut sekali dimarahi pak guru Mardi.<br />
<br />
"<i>Anak-anak yang lain, kalau kalian tidak belajar maka kalian akan bernasib sama kayak Linda. Nah Linda, jam istirahat nanti kamu menghadap pak guru ya, kalau nggak ada diruang guru kamu cari bapak dirumah,</i>" perintah Mardi lagi, Linda merunduk ketakutan. Setelah jam pelajaran Matematika selesai, Mardi kembali kerumahnya yang hanya beberapa meter dari sekolah. Kelas 1A kemudian diajar bu Westi untuk pelajaran IPA.<br />
<br />
Kesempatan jam istrirahat satu jam lagi dinanti Mardi dirumahnya, akal bulusnya mulai disusun untuk dapat melampiaskan nafsu yang terpendam pada Linda.<br />
<br />
"<i>Teng.. Teng.. Teng,</i>" bel istirahat berbunyi, anak-anak SMP terlihat berhamburan keluar untuk beli aneka jajanan dikios-kios sekitar sekolah.<br />
<br />
Diruang tamu rumahnya, Mardi menunggu Linda datang. Dan betul saja, beberapa menit setelah lonceng berbunyi Linda terlihat menuju rumah pak guru Mardi.<br />
<br />
"<i>Ayo masuk Linda, duduk disini,</i>" kata Mardi begitu Linda sampai.<br />
<br />
"<i>Iya pak guru,</i>" Linda langsung duduk dikursi di depan Mardi.<br />
<br />
"<i>Nah sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ini terlambat sekali berpikirnya, apa dirumahmu banyak pekerjaan yang harus kau lakukan, atau memang kamu malas belajar hah?</i>" Mardi berlagak marah membuat Linda ketakutan.<br />
<br />
"<i>Eh.. Anu pak.., saya kalau dirumah memang repot jagain adik yang masih kecil, jadi sering lupa belajar, maaf pak guru,</i>" Linda tertunduk.<br />
<br />
Mardi tersenyum simpul melihat Linda yang ketakutan, ia pun segera berpikir untuk menggarap murid bongsor itu. Mardi kemudian menjelaskan pada Linda kalau dirinya bisa pintar secara instan tak perlu belajar, tentu saja itu akal-akalan Mardi.<br />
<br />
"<i>Kalau kamu mau, kamu harus datang kesini nanti sore biar bapak kasih tahu rahasia pintarnya</i>," kata Mardi meyakinkan.<br />
<br />
"<i>Mau pak.. Saya mau sekali asal bisa pintar dan jadi juara,</i>" jawab Linda lugu. Waktu pun disepakati, Linda akan datang jam 5 sore untuk menerima rahasia ilmu dari pak guru Mardi.<br />
<br />
Mardi sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menggarap tubuh Linda sore itu. Ia tahu benar kalau sore itu kompleks pengajar yang hanya tiga rumah akan sepi karena pak Mad dan bu Westi ada acara arisan keluarga. Mardi tak ikut karena belum berkeluarga.<br />
<br />
"<i>Tok.. Tok.. Tok,</i>" pintu rumah terdengar ketukan.<br />
<br />
"<i>Eh kamu Linda.. Kok cantik sekali kamu..,</i>" Mardi menyambut Linda dengan genit.<br />
<br />
"<i>Jadi kan bapak kasih ilmunya?</i>" tanya Linda dimuka pintu.<br />
<br />
"<i>Jadi dong, ayo masuk kamu,</i>" Mardi menuntun Linda masuk kerumahnya, setelah itu pintu utama ditutup rapat. Linda pakai rok sekolah sebatas lutut dipadu kaos ketat warna pink, membuat susu yang baru tumbuh nampak tersembul kedepan.<br />
<br />
"<i>Nah sekarang bapak mau kasih rahasia pintar, tetapi kamu janji dulu untuk tidak cerita kepada siapapun. Soalnya, kalau murid yang lain tahu mereka akan cemburu dan minta ilmu itu juga, nanti kamu banyak saingan dan susah jadi juara, mau kan?</i>" kata Mardi.<br />
<br />
"<i>Iya.. I.. Iya pak saya janji,</i>" jawab Linda lugu.<br />
<br />
"<i>Oke kalau begitu, sekarang kamu duduk disini ya, biar bapak kasih ilmunya,</i>" Mardi menyuruh Linda duduk di bangku kayu, Linda menurut saja.<br />
<br />
Setelah Linda duduk, Mardi mendekat dan berbisik-bisik ketelinga kanan Linda.<br />
<br />
"<i>Kalau mau pintar, telingamu harus dijilati seperti ini,</i>" kata Mardi, lidahnya langsung menyapu daun telinga Linda berkali-kali sambil tangannya memegangi kepala Linda.<br />
<br />
"<i>Aduh.. Geli pak guru.. Geli sekali,</i>" Linda kegelian berusaha berontak.<br />
<br />
"<i>Geli ya?, ya memang begitu, tahan sedikit ya,</i>" Mardi berhenti sebentar untuk meyakinkan Linda, tapi jilatan itu dilanjutkan lagi setelah Linda mengangguk. Puas menjilati telinga Linda, jilatan Mardi turun keleher Linda, dan tangannya ikut turun juga mengusap dan sedikit meremasi susu baru tumbuh milik Linda.<br />
<br />
"<i>Engghh geli pak guru..,</i>" Linda menepis tangan Mardi, Mardi pun menghentikan aktifitasnya.<br />
<br />
"<i>Eh kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak?</i>" kata Mardi sedikit melotot dan berlagak marah. Linda jadi takut.<br />
<br />
"<i>Iya pak, mau,</i>" jawab Linda tertunduk.<br />
<br />
"<i>Baiklah, telingamu sudah bapak bersihkan. Nah sekarang kamu buka bajumu dan mandi gih di kamar mandi itu, tapi jangan pakai sabun, biar bapak yang nyabunin nanti. Mengerti?</i>" Mardi memerintah lagi. Linda yang anak kampung menurut saja, tak menaruh curiga.<br />
<br />
Gebyar.. Gebyur.. Linda mulai mandi telanjang. Pintu kamar mandi tak ditutup, dan Mardi menikmati tubuh telanjang Linda dari pintu itu.<br />
<br />
"<i>Sudah pak guru, sekarang sabunnya mana?</i>" tanya Linda.<br />
<br />
Tubuh Linda yang beranjak remaja membuat nafsu Mardi naik. Susu yang baru tumbuh dan vagina Linda yang belum berbulu dipandangi Mardi bergantian, lalu Mardi mendekati tubuh berkulit putih itu.<br />
<br />
"<i>Ehm.. Bapak sabuni badanmu ya,</i>" tanpa menunggu jawaban Linda, Mardi segera mengusapi tubuh Linda dengan sabun yang dipegangnya.<br />
<br />
Tangan Mardi mulai nakal dan menjamahi susu Linda, mengusap-usap dan menekan nekan. Meski kegelian, Linda nggak berani melawan, takut dimarah pak guru. Eh tangan Mardi lebih berani lagi mengusap di pangkal paha Linda berkali-kali. Setelah puas menjamahi tubuh Linda, Mardi menyuruh Linda menyelesaikan mandi, dan menyuruhnya melilitkan handuk saja setelah selesai. Mardi menunggu diruang tamu.<br />
<br />
"<i>Saya sudah selesai mandi pak,</i>" Linda keluar kamar mandi dengan tubuh terbungkus handuk.<br />
<br />
"<i>Itu baru pintar. Sekarang ikut bapak,</i>" kata Mardi dengan mata berbinar, lalu mengamit tangan Linda dan menuntutnya masuk kekamar.<br />
<br />
"<i>Sekarang bobo'an disitu ya, biar bapak kasih ilmunya,</i>" suruh Mardi pada Linda, lagi-lagi Linda nurut saja.<br />
<br />
Setelah Linda berbaring di ranjangnya, Mardi mendekat dan duduk disamping kanan ranjang itu. Tangan Mardi dengan terampil menghempaskan handuk yang dikenakan Linda sehingga tubuh putih Linda yang baru mekar itu langsung terpampang tanpa halangan dihadapan Mardi. Linda sedikit bingung melihat perlakuan gurunya, tetapi gadis cilik itu tak berani protes. Jakun leher Mardi naik turun memandangi susu ranum Linda yang putingnya masih kecil dan tonjolannya pun belum sempurna. Lidah Mardi segera menyapu bibirnya sendiri begitu matanya membentur selangkangan Linda yang ranum belum ditumbuhi bulu.<br />
<br />
Tangan Mardi menggerayangi tubuh Linda, sementara Linda tak berkutik menahan geli. Kemudian Mardi naik keranjang dan mulai menciumi tubuh telanjang Linda.<br />
<br />
"<i>Pakhh.. Geli pakhh,</i>" Linda menolak kepala Mardi saat lidah Mardi menjilati susunya.<br />
<br />
"<i>Uh.. Kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak? Nilai kamu nanti bapak kasih merah semua lho,</i>" Mardi mengancam dengan mata melotot.<br />
<br />
"<i>Iya deh pak, saya mau pintar.. Tapi geli pak,</i>" Linda pasrah akhirnya.<br />
<br />
"<i>Nah gitu donk, geli dikit ya ditahan..,</i>" ketus Mardi dan kembali mencumbui gadis bau kencur itu.<br />
<br />
Linda bukan main kegelian, apalagi selama ini belum pernah dijilatin susunya, berpikir untuk itu pun belum karena usianya masih kecil. Tapi untuk melawan ia tak mampu, selain takut sama Mardi, ia juga ingin mendapat ilmu pintar dari gurunya itu. Jadi, Linda hanya bisa menggeliat sambil terpekik kecil menahan perlakukan Mardi, hal itu membuat Mardi tambah bernafsu melumati tiap jengkal tubuh Linda.<br />
<br />
Ciuman dan jilatan Mardi terus turun keperut dan selanjutnya turun lagi menuju selangkangan Linda. Mardi berhenti sejenak, disingkapnya paha Linda agar lebih mengangkang. Mata Mardi hampir loncat melihat vagina Linda yang sangat indah. Gadis berusia 12 tahun itu memiliki vagina yang sip, bibirnya tipis dan bersih tanpa bulu.<br />
<br />
"<i>Nah.. Linda, sekarang saatnya pak guru menambah ilmu tadi biar kamu lebih pintar lagi,</i>" kata Mardi. Linda tetap pasrah menerima perlakuan gurunya, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa banyak tanya.<br />
<br />
"<i>Ahh pakhh..,</i>" Linda terpekik tapi tak berani melawan saat lidah Mardi menjalari permukaan vaginanya. Pinggulnya hanya bisa bergerak kecil menahan geli yang sangat dijilati Mardi.<br />
<br />
"<i>Sakit ya Lin?</i>" tanya Mardi ditengah jilatannya.<br />
<br />
"<i>Engghaak Pakhh.. Cuma gelii..,</i>" jawab Linda.<br />
<br />
Jilatan Mardi diteruskan, dan lama-lama Linda merasakan perasaan yang selama ini belum pernah dirasanya. Geli itu berubah menjadi rasa nikmat yang sensasional bagi Linda. Cairan kental mulai merembes dari vagina Linda, lidah Mardi menerima cairan itu dan melanjutkannya, cairan itu ditelan Mardi. Sore itu Mardi benar-benar mempraktekan fore play yang ditontonnya di VCD porno, kepada Linda muridnya. Lidahnya makin berani menelusup dibelahan bibir vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Ahh.. Pakk Ghuuruu.. Linda pingin pipisshh pakhh..,</i>" Linda merasakan seluruh sendi dibokongnya kejang dan terasa enak, tanda-tanda orgasmenya mulai muncul. Mardi tak menyia-nyiakan kesempatan itu, vagina Linda semakin dilumat dan disedot-sedot dengan bibirnya.<br />
<br />
"<i>Mmmphhff.. Ahh hayoo.. Pipiss aja Linn.. Mmffphh,</i>" Mardi menambah jilatannya divagina Linda, sampai tubuh Linda tersentak-sentak menahan geli.<br />
<br />
"<i>Ahh.. Iyaa.. Linndaa piipisss Pakhhh... Uhhh.. Pipiss.. Tuhhh.. Aahhh,</i>" Linda kejang beberapa kali. Orgasme pertama yang dirasakannya membuat Linda melambung kenikmatan. Mardi pun menghentikan aksi jilatnya.<br />
<br />
"<i>Sakit ya Linn?</i>" tanyanya memandangi wajah Linda yang semakin ayu dilihat.<br />
<br />
"<i>Eh.. Enggak paakk.. Bapak jangan marah ya, Linda pipis dimulutnya bapak.. Habis Linda nggak tahan geli sekali sih,</i>" Linda takut kalau Mardi marah, cairan nikmatnya itu disangka air kencing.<br />
<br />
"<i>Bapak nggak marah, tapi apa yang kau rasakan tadi?</i>" Mardi memancing Linda.<br />
<br />
"<i>Enggh.. Geli pak,</i>"<br />
<br />
"<i>Enak nggak,</i>"<br />
<br />
"<i>Iya.. Geli tapi enak pak,</i>" jawab Linda malu<br />
<br />
Mardi kini berdiri dan membuka seluruh pakaiannya, telanjang bulat dihadapan muridnya yang bugil.<br />
<br />
"<i>Nah Linda, sekarang penutupannya. Kamu akan dapatkan ilmu pintar itu setelah melakukan tugas ini,</i>" kata Mardi sambil memegangi penisnya yang tegang.<br />
<br />
Linda sangat malu melihat gurunya telanjang, soalnya belum pernah lihat burung kecuali burungnya Anto, adiknya. Tapi Linda nggak berani melawan. Mardi kemudian menyuruh Linda berdiri berhadapan dengannya, lalu Mardi meminta Linda mengisapi burungnya.<br />
<br />
"<i>Kamu sekarang isap burung bapak ini ya.., sama seperti tapi bapak jilatin pepek kamu, ayo cepat gih,</i>" kata Mardi sambil menuntut kepala Linda merunduk mendekat ke penisnya.<br />
<br />
"<i>I... ii.. ya pak,</i>" Linda menurut. Bibir mungilnya mengecup penis Mardi dan lidahnya menjilat.<br />
<br />
Begitu Linda memasukan penis Mardi kemulutnya, Mardi langsung mencengkeram rambut Linda dan menggerakan kepala Linda maju mundur sehingga mulut Linda bergerak mengoral penis gurunya.<br />
<br />
"<i>Ohh nikmaatnya Lin.., ahh.. Ayo teruskan muridku.. Ohhh,</i>" Mardi merasakan nikmat luar biasa. Baru kali ini ia merasakan sensasi dioral anunya. Hal itu berjalan sepuluh menit, sampai akhirnya tubuh Mardi mengejang dan penisnya menyemburkan sperma perjakanya menyemprot kewajah Linda.<br />
<br />
"<i>Ouhh.. Linndaa.. Ohhh.. Enghh.. Ohhh,</i>" Mardi agak berteriak menahan nikmat itu.<br />
<br />
Sementara Linda bingung memandangi muncratnya air kental yang sebagain mengenai wajahnya. Setelah itu Mardi membersihkan wajah Linda pakai handuk yang tadi dipakai Linda. Mardi pun menciumi wajah Linda, sambil memeluk gadis cilik itu, sementara Linda bingung harus berbuat apa.<br />
<br />
"<i>Terima kasih ya muridku..,</i>" kata Mardi.<br />
<br />
"<i>Kok bapak yang terima kasih? Kan saya yang dapat ilmu pintar, saya yang harus terima kasih pak,</i>" Linda memang lugu, tangan Mardi diamit dan diciumnyua penuh hormat.<br />
<br />
"<i>Oh iya ya.. Sekarang kamu sudah pintar, nah pakai lagi gih bajunya dan kamu boleh pulang. Tapi ingat, jangan bilang ke orang lain ya kalau kamu dapat ilmu dari bapak,</i>" perintah Mardi.<br />
<br />
Sebenarnya saat itu Mardi ingin sekali menyetubuhi Linda, tetapi ia takut jika ketahuan orang. Apalagi Linda masih kecil dan pasti akan kesakitan jika disetubuhi paksa. Setelah Linda pulang, Mardi kembali memikirkan cara agar bisa menyetubuhi anak itu dilain kesempatan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>*****</b></div>
<br />
Dua hari setelah kejadian itu, Mardi kembali dapat jadwal mengajar Matematika di kelas 1A, kelasnya Linda.<br />
<br />
"<i>Ayo Linda, sekarang kamu kerjakan tugas ini dipapan,</i>" lagi-lagi Mardi menyuruh Linda maju. Hari itu, Mardi sengaja memberi tugas yang mudah agar bisa terjawab oleh Linda.<br />
<br />
"<i>Sudah selesai pak,</i>" kata Linda setelah menyelesaikan tugas dipapan tulis. Mardi bangkit dan memeriksa tugas yang dikerjakan Linda.<br />
<br />
"<i>Ya.. Benar, dan ini juga betul. Wah, kamu pintar sekali Linda,</i>" Mardi sengaja memuji, murid yang lain bertepuk tangan disuruh Mardi.<br />
<br />
"<i>Nah karena pintar sekarang bapak kasih hadiah, ayo sini bapak gendong,</i>" Mardi segera menggendong Linda. Tapi tangan Mardi yang menopang bokong Linda bergerak-gerak nakal mengusapi vital Linda, selama Linda digendongnya.<br />
<br />
"<i>Anak-anak, kalau kalian sepintar Linda, maka pak guru pun akan gendong kalian seperti ini. Makanya belajar ya anak-anak,</i>" kata Mardi.<br />
<br />
"<i>Yaaa.. Pakk,</i>" sahut muridnya serempak. Setelah itu Mardi menurunkan tubuh Linda dan pelajaran kembali dilanjutkan di kelas itu.<br />
<br />
Hari itu pelajaran Matematika adalah pelajaran terakhir di kelas 1A, dan setelah itu mereka boleh pulang.<br />
<br />
"<i>Pak.., saya mau berterima kasih sekali lagi dikasih ilmu sama bapak,</i>" Linda menghampiri Mardi setelah semua murid kelas 1A keluar kelas.<br />
<br />
"<i>Oh, iya.. Iya.. Yang penting kamu harus jaga rahasia ya supaya cuma kamu yang pintar,</i>" Mardi tersenyum melihat kebodohan dan keluguan muridnya itu.<br />
<br />
"<i>Emm.. Anu pak, PR yang bapak kasih tadi agak sulit buat saya. Bagaimana supaya saya bisa menjawab PR itu pak..?</i>" tanya Linda lagi.<br />
<br />
"<i>Duh Linda, kamu kan sudah pintar.. Atau begini saja, nanti sore kamu datang lagi kerumah bapak biar bapak bantu kerjain PR itu ya,</i>" pinta Mardi, Mardi mulai berakal bulus untuk bisa menikmati tubuh Linda lagi. Linda yang lugu, mengangguk lalu pulang.<br />
<br />
Sore harinya, Linda datang menemui Mardi di kompleks pengajar. Seperti sebelumnya dengan sikap manis Mardi memperlakukan Linda bagai murid kesayangan, ia pun membantu Linda mengerjakan PR yang diberinya sendiri.<br />
<br />
"<i>Wah. Ternyata gampang caranya ya pak,</i>" kata Linda senang setelah tugasnya selesai.<br />
<br />
"<i>Nah Lin.. Sekarang kan masih sore, gimana kalau bapak kasih ilmu tambahan lagi supaya kamu tambah pintar, mau nggak,</i>" Mardi mulai menjebak Linda.<br />
<br />
"<i>Mau.. Pak.. Mau,</i>" jawab Linda cepat, tanpa curiga.<br />
<br />
"<i>Kalau begitu kamu mandi lagi, kayak kemarin itu caranya kok,</i>" perintah Mardi.<br />
<br />
Linda menurut, dan kejadian sebelumnya terulang lagi, Linda mandi disabuni Mardi, lalu mengenakan handuk berbaring diranjang kamar Mardi. Tubuh Linda mengelinjang dijilati Mardi. Bedanya, kali ini Mardi pun telanjang bulat, siap menyenggamai Linda.<br />
<br />
"<i>Ahhh pakhh.. Geli pakhh..,</i>" Linda menggelinjang menahan geli dijilati Mardi dibagian vaginanya.<br />
<br />
"<i>Geli sakit apa geli enak Lin..?</i>" Mardi menanyakan itu sambil terus menjilati vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Engghh ahh.. Gelii ehh.. Geli ennakkh pakhh,</i>" Linda meringis menahan kenikmatan itu.<br />
<br />
Mardi berusaha memperlakukan Linda dengan baik seperti di VCD yang ditontonnya. Tangan Mardi menyibak bibir vagina Linda dan lidahnya menyasar klitoris Linda yang masih kecil dan kencang. Saat klitorisnya dipermainkan lidah pak guru, Linda merasakan nikmat sekali, geli dan nikmat tepatnya. Betul juga perkiraan Mardi, wanita seusia Linda memang sudah bisa menerima rangsangan seksual. Bukankah wanita jaman dulu kawin diusia belasan seperti Linda? begitu pikir Mardi. Sambil mempermainkan klitoris Linda, Mardi mengamit tangan Linda dan menuntunnya memegang rambut Mardi.<br />
<br />
"<i>Uhh pakhh.. Linnda pinginn pipisss.. Ouhh,</i>" tangan Linda yang sudah samapi dikepala Mardi langsung meremasi rambut Mardi, pinggulnya bergoyang dengan paha mengapit kepala Mardi.<br />
<br />
Mardi tak ingin ketinggalan Linda, saat Linda berkata ingin pipis, Mardi segera menghentikan aktifitasnya. Pertimbangan Mardi tepat, saat itu Linda sudah terbakar birahi pula, dan cairan yang keluar dari vagina Linda menunjukan kegatalan yang sangat pada vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Lin.. Pipisnya nanti aja ya, ditahan dulu. Sekarang bapak kasih ilmu lainnya,</i>" Mardi kemudian menindih tubuh Linda, tetapi tangannya menopang agar Linda tak sesak napas.<br />
<br />
"<i>Ohh.. Pak, saya mau diapain lagi?</i>" Linda bingung apa mau gurunya itu.<br />
<br />
"<i>Bapak mau kasih ilmunya lagi, tapi Linda tahan dikit ya,</i>" kata Mardi, tangannya menggenggam penisnya yang sudah tegang dan menepatkan ujungnya ke bibir vagina Linda, lalu menggesek-gesekan ujung penis itu ke bibir vagina Linda. Linda tak merasakan sakit pada vitalnya karena Mardi hanya mengesekan dipermukaan saja.<br />
<br />
"<i>Ahh.. Geli Pakk,</i>" Linda malah merasa geli dan nikmat digesek anunya Mardi.<br />
<br />
"<i>Enak nggak Lin?</i>" Mardi mulai menciumi susu Linda bergantian kanan-kiri.<br />
<br />
"<i>Ohh iyyah, enak pak..,</i>" Linda mulai tersengal.<br />
<br />
Merasa Linda sudah dipenuhi birahi, Mardi kemudian menekan pinggulnya perlahan, setahap demi setahap sambil terus menggesekan penis itu kepermukaan vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Auhh.. Sakit pakhh.. Ouhh,</i>" Linda terpekik saat Mardi sedikit menekan pinngulnya. Ujung penis Mardi tepat terjepit dibibir vagina Linda yang sempit.<br />
<br />
"<i>Sakit ya Lin.., kalau begini gimana,</i>" Mardi menghentikan tekanannya dan kembali menggesekan penisnya dipermukaan vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Nah.. Itu nggak pak.. Kok tadi sakit ya.., ouhh sakit lagi pakk,</i>" Linda kembali meringis saat Mardi kembali menekan penisnya berusaha menerobos perawan Linda. Kepala penis Mardi sudah berhasil masuk kebelahan vagina Linda, tetapi untuk menekan lebih jauh Mardi takut Linda kesakitan.<br />
<br />
"<i>Masih sakit sayang..?</i>" Mardi sudah tak tahan ingin menggenjot Linda, tetapi masih ragu dan takut. Mardi hanya memompa kepala penisnya masuk keluar ke permukaan liang nikmat Linda.<br />
<br />
"<i>Iya pak agak sakit, tapi sekarang enak.., ahhh.. Sakit sekalii pakhhh ouhh,</i>" Linda meringis sejadinya, saat itu Mardi tak bisa lagi menahan nafsunya, penisnya ditekan lagi menerobos vagina Linda yang masih sempit. Penis Mardi masuk sampai separuh mengoyak selaput dara Linda, kini cairan bening kental bercampur bercak darah dari vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Ahh.. Ampuunn sakitt pakk..,</i>" Linda berusaha mendorong tubuh Mardi, tetapi Mardi justru menekan lebih kuat, membuat penisnya terbenam separuh di vagina Linda.<br />
<br />
"<i>Tahan dikit Lin.. Hampir selesai, gini sakit nggak,</i>" penis yang terbenam separuh dibiarkan Mardi tak digerakan.<br />
<br />
"<i>Ouhh.. Iya Pakk.. Sekarang nggak sakit, kalau pelan nggak sakit pak,</i>" Linda merasa sakit divaginanya mulai hilang, dan Mardi mulai menggerakan pinggulnya naik turun perlahan.<br />
<br />
"<i>Sakit Lin..?.. Ouhh enak sekali pepeknya Lin..,</i>" Mardi kenikmatan poenisnya dijepiti vagina Linda yang rapat.<br />
<br />
"<i>Ouh.. Pelan saja pak.. Ohh.. Linda enakk pakkk,</i>" Linda tak lagi merasa sakit, Mardi lebih berani menghujamkan penisnya lebih dalam. Tapi setiap Linda meringis sakit, Mardi menghentikan sejenak, lalu lanjut lagi. Lima belas menit setelah itu, Linda tak lagi merasakan sakit, sakit itu kini berubah total menjadi nikmat yang belum pernah diterima Linda selama ini, juga Mardi yang masih ngejomblo.<br />
<br />
"<i>Gimana Linda.. Enak sekarang.. Ouhh.. Enakk sekali pepekmu Linn..,</i>" Mardi menggenjot Linda dengan gerakan pelan.<br />
<br />
"<i>Ouhh pakkhh.. Enakk pakhh, sekarang kok enakhh ahh,</i>" Linda dan Mardi merasakan nikmat yang sama.<br />
<br />
"<i>Pakhh Lindaa.. Mau pipisshh.. Ouhh.. Pakhhh uhhh.. Pipis Linda tuhh... Ahhh,</i>" beberapa menit kemudian Linda mencapai orgasme, tubuhnya sampai menggelinjang dan kejang-kejang.<br />
<br />
"<i>Ouhh Linnn.. Ouhhh... Ohhh.. Nikmatnyahh... Oh.. Ouhh,</i>" Mardi pun klimaks, semburan spermanya membasahi vagina Linda. Begitulah, Mardi akhirnya bisa memerawani Linda sekaligus menyerahkan perjakannya pada Linda. Setelah beristirahat sejenak, Mardi menyuruh Linda mengenakan pakaiannya lagi dan menyuruhnya pulang.<br />
<br />
Dengan alasan memberikan ilmu pintar, guru bejad Mardi berhasil memetik belasan perawan bocah ingusan, yang rata-rata muridnya. Selama dua tahun Mardi sukses menjalankan aksi bejadnya itu. Sial bagi Mardi, kelakuannya membobol perawan belasan muridnya terungkap saat ia berniat mengerjai Putri, anak bu Wasti yang juga guru disana. Putri berceloteh pada ibunya, dan Wasti pun melaporkan Mardi ke Polisi. Setelah Mardi ditangkap, orang tua belasan murid yang menjadi korban termasuk Linda turut melaporkan Mardi. Mardi pun diproses dan kini mendekam di Lapas sebagai terpidana 8 tahun penjara. Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-74784258830970761342013-01-15T08:37:00.004+07:002013-01-15T08:37:47.139+07:00Cerita Hot Dewasa - Janjian Di Toilet Dengan Kak SermaCerita ini baru terjadi 2 minggu yang lalu ketika gue menjahili supervisor gue yang cantik.<br />
<br />
Nama gue galan karyawan call center bank swasta terkemuka di di indonesia. Jabatan gue hanya sbgai agent biasa yg kerjanya dimaki-maki nasabah setiap harinya, tapi beruntungnya gue dapet supervisor yang cantik dan seksi bernama Serma. Cewek putih,langsing dan berdada montok ditambah bongkahan pantat yang sangat sensual ini sungguh menggoda. Dengan tinggi 168 cm dan berdada 34 B ditambah kemeja ketat dan rok pendeknya selalu membuat hancur konstrasi gue.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOeijsbUCAbB6G7BeW4riR8CV0w1TIFT0DWkK_4SK8eAFp40XfYV8qjpj995zzEjpCNaWX-xEOPl_jmzY586G4GYu9c2i8T0T_oww2a5Z9WIIogTqSvCEdoG5PAPQwpwm8Kpb_Gd-ThKc/s1600/cerita+panas.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Janjian Di Toilet Dengan Kak Serma" border="0" class="gambar" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOeijsbUCAbB6G7BeW4riR8CV0w1TIFT0DWkK_4SK8eAFp40XfYV8qjpj995zzEjpCNaWX-xEOPl_jmzY586G4GYu9c2i8T0T_oww2a5Z9WIIogTqSvCEdoG5PAPQwpwm8Kpb_Gd-ThKc/s1600/cerita+panas.jpg" width="320" /></a></div>
To the point aja, bos gue si serma yang cantik itu tiba-tiba memanggil gue untuk ke mejanya, gue kira gue bakal kena omelan karena kerjaan gue yang berantakan tetapi ternyata hanya untuk dicekin smartphone nya yang katanya sering ngeheng.<br />
<br />
"<i>Lan lo bisa bantu liatin HP gue ga? Ko sering ngehang ya? Trus sinyalnya sering ilang?</i>" tanyanya dengan raut wajah bingung, sungguh ekspresi kebingungannya bikin gue gemes,seolah-olah pengen gue jilat itu muka dengan lidah gue.<br />
<br />
"<i>Ya udh sini gue liatin tapi HPnya gue bawa dulu ya nanti pas makan siang klo udah bener gue kasih lagi.</i>" balas gue untuk permintaan dia.<br />
<br />
Smartphonenya gue bawa ke meja gue, gue coba otak-atik dikit padahal gue juga ga ngerto-ngerti bgt soal beginian bingung juga gue kenapa si serma tiba-tiba minta tolong ke gue.<br />
<br />
Setelah lama gue oprek HPnya akhirnya gue ga nemu penyakit dr smartphonenya, selintas muncul pemikiran jelek gue, mumpung HPnya ada di gue, gue cek aja foto2 dalam galerinya. Dan apa yang gue dapet, gue liat ada beberapa foto hotnya. Ada pose saat dia lagi tiduran dengan BHnya aja,ada foto di kaca kamar mandi dengan toketnya yang putingnya yang coklat mengagumkan dan 1 lagi yang paling mantep ada 1 pose dimana ada foto Serma lagi tiduran di kasur dengan hanya menggunakan g-string hitam dan tanpa BH.<br />
<br />
Niat jahat gue timbul, foto-foto ini bisa jadi modal buat gue untuk merasakan tubuh nya yang sensual itu. Dengan cepat gue kirim foto-foto itu ke smartphone gue. Setelah selesai gue balikin smartphonenya.<br />
<br />
"<i>Ka serma gue ga ngerti nih,dari tadi gue oprek tapi masih lemot aja, coba lo bawa ke counter aja deh.</i>" sapa gue dengan pemikiran sebentr lagi gue akan dapetin tubuh moleknya.<br />
<br />
"<i>Yahh lu gimana sih kirain gue lu ngerti. Ya udah deh gapapa nnti gue bawa. Makasih ya.</i>".dengan wajah kecewa.<br />
<br />
Sehari berselang tepatnya pukul 8 malam saat suanasana kantor mulai sepi, hanya ada beberapa orang shift malam, tanpa pikir panjang gue kirim balik foto2 hotnya dia ke smartphonenya dia dengan fasilitas messanger. gue liat dia lagi duduk sambil menatap serius PC dan kaget setelah mendapat pesan gue.<br />
<br />
Dan dengan cepat dia balas pesan gue, dengan mata yang melotor ke arah gue. "<i>KURANG AJAAAARRRRR APA-APAAN INI??BERANINYA LO NGAMBIL FOTO2 gue. gue LAPORIN LO KE KABAG….</i>" Balasnya denga emosi.<br />
<br />
"<i>Silahkan, dengan senang hati palingan klo kaka bilang efek ke gue cuma di pecat, untuk ngelapor ke polisi kayanya ga bakal, apa mau Perusahaan membuka aib karyawannya??? Dan klo kaka lapor apa kaka ga malu?</i>" dengan perasaan penuh kemenangan.<br />
<br />
"<i>Hapus sekarang juga, dan jangan bikin gue marah. Inget gue supervisor lo.</i>" ancamnya sambil tetap menatap tajam ke arah gue, gue pun hanya senyum sinis.<br />
<br />
"<i>gue akan hapus setelah gue bisa menjamah tubuh seksi lu.</i>" ancam gue.<br />
<br />
"<i>Bajingan, jadi lu ancem gue</i>" balasnya dengan cepat di mesangger.<br />
<br />
"<i>Ya terserah apa penilaian kaka..mau saya jamah sedikit atau kaka malu dan ga mungkin kaka pun akan di pecat.</i>"<br />
<br />
Keadaan gue udah diatas angin sekarang dan ka serma membalas.<br />
<br />
"<i>Apa mau lo sekarang?</i>" Balasan dengan kata-kata menyerah.<br />
<br />
"<i>Saya tunggu kaka di toilet wanita sekarang, jangan lapor siapa pun atau kita hancur bersama.</i>" balas gue dengan kontol yang sudah menegak membayangkan sesaat lagi menatap tubuh seksi ka serma.<br />
<br />
Gue pun segera meninggalkan meja gue dan beranjak ke toilet wanita, mengapa gue pilih disana krna gue tau jam segitu toilet itu sudah sepi karna hanya ada beberapa wanita saja yang tersisa di kantor.<br />
<br />
Gue pun membuka pintu kamar mandi secara mengendap-endap, lalu gue pilih bilik kamar mandi yang paling ujung.<br />
<br />
Gue kirim pesan ka serma "g<i>ue udah dikamar mandi dan gue ada dibilik ujung, cepet kesini kontol gue udah tegang </i>" kiriman pesan gue semakin cabul.<br />
<br />
5 menit berselang tidak ada balasan dan gue makin panik, jangan jangan dia lapor satpam atau panggil karyawan lain untuk grebek gue.<br />
<br />
Dan tiba-tiba pintu kamar mandi kebuka, jantung gue bedegup kencang, siapa kah yang membuka pintu itu.<br />
<br />
Dan tak lama ketukan bilik kamar mandi berbunyi,gue buka pintunya ka Serma udah ada di depan bilik.<br />
<br />
Gue: "<i>silahkan masuk kaka cantik.</i>"<br />
<br />
Dia pun mengikuti bagai kerbau yang ditusuk hidungnya, dengan muka yang sangat marah dia masuk. Bilik kamar mandi yang sempit membuat jarak kamu sangat dekat. gue liat dia menggunakan kemeja putih yang ketat sehingga toketnya menonjol dengan menantang. Ditambah rok mininya yang sejengkal diatas lutut membuat bokongnya semakin terlihat besar.<br />
<br />
Serma : "<i>apa yang lu mau?</i>"<br />
<br />
Gue : "<i>tubuh lu ka serma, puasin gue sekarang dan gue persilahkan lu hapus foto2 lu sendiri di hp gue.</i>"<br />
<br />
Serma : "<i>gue supervisor lo, gue atasan lo, sampai hati lu kaya gini?</i>"<br />
<br />
Kedua tangan gue langsung gue tempelin ke toketnya, luar biasa sintalnya toket dia, dia kaget dengan apa yang gue lakuin.<br />
<br />
Gue : "<i>gue ga peduli, gue cuma butuh tubuh lu skrg aja, setelah itu gue akan lupain kejadian.</i>"<br />
<br />
Secara perlahan tapi pasti gue raba toketnya secara perlahan, matanya menatap dendam ke gue. Semakin lama rabaan gue semakin cepat dan memjurus brulat. gue pun membuka kancing kemejanya dan langsung melucuti bajunya.<br />
<br />
Gue liat toketnya luar biasa menantang dengan bh berwarna hitam berenda sedikit di tepiannya. gue buka kaitan di belakang dan gue cantelkan di pintu bilik. Dua buah bukit kembar dan puting yang coklat sungguh membuat kontol gue makin membesar. Segera saja gue jilati puting kanan dan toket kiri gue raba dengan tangan gue.<br />
<br />
Gue isep terus toketnya, gue jilat dengan rakus dan sesakli gue digigit. Puting satunta pun gue pilin sampai akhirnya nafasnya mulai tak beraturan. gue tukar posisi sekarang toket kirinya yang gue jilat dan ise, toket kanan yang sudah basah gue raba secara keras dan gue puter-puter putingnya.<br />
<br />
Keluarlah suara dari mulutnya. "<i>Aaaaaahhhhhhhh….</i>", gak gue sangka dia menikmati juga apa yang gue lakukan.<br />
<br />
Sambil terus menmenjelajahi toketnya yang ranum dengan jilatan,hisapan dan pelitiran puting. Kaitan rok belakng perlahan gue buka dan seletingnya pun gue turunkan. Secara otomatis turun lah rok kak serma.<br />
<br />
Oh my god ternyata dia sedang menggunakan g-string hitamyang hanya menutupi memeknya dengan bentuk segitiga dan tali tipis menyelip di balahan pantatnya.<br />
<br />
Toketnya semakin brutal gue jilat dan sering kali gue gigit kecil yang membuat dia mendesah kenikmatan. Tanganku sekarang keduanya ada di pantatnya, kuraba pantat semoknya dengan tangan kiri dan tangan kananku kuraba memeknya yang mulai basah dengan cairan kewanitaannya, ternyata ka serma terangsang juga..<br />
<br />
Setelah puas merasakan toketnya kusuruh ka serma duduk diatas toilet yang terlebih dahulu aku tutup agar dia bs duduk.<br />
<br />
Kubuka g-stringnya, mukanya gamang antara menuruti tetapi disisi lain dia tidak ikhlas. Dan setelah kubuka kulihat memeknya yang dihiasi bulu sedikit dan tertata rapih.<br />
<br />
Aku langsung bertjongkok dihadapnya, ku jilati memeknya yang basah, kumainkan klirotisnya dengan lidah ku dan sesekali aku sapu memeknya. Tangan ku tak mau diam,ku maikan jariku di anusnya, keluar lah desahan kembali dari mulutnya, "<i>ahh galan, lu jahat, lu bikin gue sange, lu harus tanggung jwab puasin gue sekarang…ahhhhh…terus lan…enakkk…ooohhhhh…</i>"<br />
<br />
Ternyata dia sambil memilin kedua putingnya sendiri.<br />
<br />
gue masukin lidah gue ke memknya dan jari yang kiri memaikan itilnya, dia kelojotan dengan apa yang gue lakuin. Ga bertahan lama pahanya menjepit kepala gue dan membuat gue sulit bernafas. gue tau di mau orgasme dan gue isep itilnya dengan kuat dan secra bersamaan dia melungguh panjang "ooohhhhhh galannnnn gue keluaarrrr, "keluarlah cairan hangat secara perlahan yang menandakan dia orgasme, dia bersandar di toilet dengan kaki mengakang dengan wajah lemas.<br />
<br />
"<i>Bangsat lu lan, lu bikin gue orgasme.</i>".<br />
<br />
Gue: "<i>tapi lu suka kan????sekarang giliran gue ya.</i>"<br />
<br />
Gue buka celana gue, cd dan kemeja gue secara cepat dan menyembulah kontol gue yang standar dengan panjang 14 cm ini.<br />
<br />
Gue jambak rambutnya dan mengarahkan mulutnya ke kontol gue.<br />
<br />
"<i>Jangan kasar dong, pake jenggut segala, gue tau kok apa yang harus gue lakuin</i>" sanggah ka serma.<br />
<br />
Gue hanya tersenyum dengan responya.<br />
<br />
Dia mulai memegang kontol gue dengan tangan kirinya dan mulai mencium kepala kontol gue, tangan kirinya mengocok-ngocok pelir gue yang membuat gue terbang ke enakan.<br />
<br />
"<i>Kontol lo boleh juga, kapan-kapan klo gue mau lagi boleh ya?</i>". pinta kak serma.<br />
<br />
Gue kaget dengan permintaannya dan gue hanya berkata.<br />
<br />
"<i>Ga usah bawel ka, sepong gue sekarang gue udah sange. Masa’ yang ngecrot lu doank. gue juga mau.</i>" Tandas gue.<br />
<br />
Dengan cekatan dia mulai memasukan kontol gue kemulutnya secara beraturan, dia jilatin lubang kebcing gue, dia jilatin semua bagian kontol gue tanpa ada basa-basi lagi. Mulutnya sudah penuh dengan kontol gue, dia keluar masukan kontol gue dari mulutnya. Gak sangaka jago dia nyepong. Setelah 5 menit dia sepong gue, akhirnya gue mau ngecrot juga dan gue gak rela klo harus ngecrot dengan cara ini.<br />
<br />
Gue tarik kontol gue dari mulutnya, dia pun protes. "<i>Apa-apaan sih gue lagi enak ini.</i>"<br />
<br />
Gue: "<i>gue akan kasih yang lebi enak, nungging lu sekarang.</i>"<br />
<br />
Dia pun menurutinya, gak sangka gue betapa mudahnya gue menyuruh supervisor gue ini bertindak cabul.<br />
<br />
Sekarang dia udah nungging dan gue bisa liat anus dan memeknya dr belakang, pantatnya gue cubit dan dia marah, "<i>brengsek, sakit tau cepet masukin kontol lu, kerjaan gue masih banyak.</i>"<br />
<br />
Tanpa berpikir panjang gue arah kontol gue ke memeknya secara perlaha, dan ternyata dia udah ga perawan, memeknya cukup mudah dimasukin tapi tetep pijatan daging memeknya cuku lumayan.<br />
<br />
Kontol gue udah masuk semua dan gue dieimin sebentar, setelah itu mulai gue genjot maju mundur dengan ritma perlahan.<br />
<br />
"<i>Ooohhhh lan terus entotin gue, masukin semua kontol lo, puasin gue.</i>" Pintanya.<br />
<br />
Gue ketawa dalam hati, ga gue sangka bahasa pelacur juga klo udah sange. Ritme mulai gue tingkat kan genjotannya. Sambil toketnya gue raba dari belakang. Dia semakin mendesah, "<i>oooohhhhhh galan bangsattt, cepet lan…cepet……enak sayang…..perkosa gue….sekarang gue pnya lo sayang….pake gue sesuka lu…aaaaaaahhhhhhh…terussssss….bangsaattt…. " </i>Celoteh ka serma terdengar cabul tapi semakin membuat gue terngsang.<br />
<br />
Bosen dengan gaja blowjob,sekarang gue cabut kontol gue, sekarang gue duduk diatas toilet dan gue minta ka serma berdiri diatas gue, tanpa diminta dia mengerti dan mengarahkan kontol gue memeknya.<br />
<br />
Bleeeessssssssss…..masuklah semua kontol gue di memeknya, dia diam menikmati kontol gue berada di memeknya. gue cium bibirnya secara brutal dan dia mulai menaik turunkan pinggulnya. Ciuman gue beralih ek toket, gue emut putingnya dan gue grebek toket satunya, "<i>ahhhhh galaannnnnnn lu gilaaaaa gue nikmat banget, ooohhhhhhhhhhh isep terus lann….teruuuuuusssss…</i>."<br />
<br />
Genjotannya semakin mengiila sehingaa keluar suara keceplaaakkk…..kecplaaakkk…kecplaaaakkkkk,, suara campuran lendir kewanitaan dia yang mulai membasahi paha kami.<br />
<br />
Dia sangat buas, genjotannya semokin meningkat.<br />
<br />
"<i>Galaaaaannn….galannnn….gue mau keluarrrrr gue ga kuat….ooooohhhhhh…."</i> Pintanya.<br />
<br />
"<i>Sebentar ka kita keluarin bareng. Sebentar lagiiiiiiii, ohhhhhhhh lo pelacur gue malem ini…</i>" Balas gue..<br />
<br />
Dia tidak merespon perkataan bejat gue dan tak lama, "<i>galaaaannn gue keluaaaaaaaaarrrr.n…. aaaargghhtttttttttttttt…. …"</i> dia orgasme, cairan hangat keluar dari memeknya.<br />
<br />
Dan tak sempat bertanya kontolku pun ngecrot di dalam rahimnya.<br />
<br />
"<i>Ka sermaaaa gue keluaaaaarrrrr ooooooohhhhhhhhhhh….</i>"<br />
<br />
Kami pun orgasme bersama dan dia memeluk tubuh gue yang terkulai lemas diatas tolilet.<br />
<br />
2 menit keheningan terjadi, kontol gue masih di memeknya sampai mengkerut. Dia mulai mengeluarkan perkataan dengan nafas terengah<br />
<br />
Ka serma : "<i>hapus fotonya sekarang dan gue ikhlas klo lo minta hal ini kapan pun itu.</i>"<br />
<br />
Gue : "<i>serius lo?</i>"<br />
<br />
Ka serma : "<i>gue seriusss…selama ini gue hanya bisa puasin diri gue dengan jari, tapi sekarang gue pnya kontol lo yang bisa puasin gue. Tapi inget ini rahasia kita berdua.</i>"<br />
<br />
Gue: "<i>siaaapppp,, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik ka.</i>" Sahut gue dengan bercanda.<br />
<br />
Dan dia tak membalas dan mencium bibir gue. setelah itu kita berpakaian dan keluar secara bergantian dan bekerja kembali seolah tidak ada yang terjadi.<br />
<br />
Setelah kejadian itu kamu sering bertemu di kosan ku untuk bercinta dan saling memuaskan.<br />
<br />
Sumber : <a href="http://kisahterlarang.wordpress.com/2012/03/07/saya-tunggu-di-toilet-ya-ka-serma/" rel="nofollow" target="_blank">Kisah Terlarang</a>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-91065966392165955612013-01-12T02:26:00.001+07:002013-01-12T02:26:11.795+07:00Cerita Hot Dewasa - Nafsu Birahi Gadis SMU<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/01/CeritaHD-Nafsu-Birahi--Gadis-SMU.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Nafsu Birahi Gadis SMU Dan Seorang Gigolo.</b></a> Awal kisah cerita Dewasa ini bermula karena kenakalan Gadis SMA anak majikanku. Ia gadis ranum, Siswi SMA. Namun rupanya telah memiliki fantasi dan pengalaman cukup. Sekali kupenuhi permintaannya untuk menyetubuhi dirinya, ia malah ketagihan, dan aku bak dijadikan gigolo. Digilir bersama sesama Siswi SMA lainnya. Tapi yang jelas, aku senang, dapat memek gadis dan dapat uang untuk kuliah.<br />
<br />
"<i>Biar saya yang buka mas</i>", katanya.<br />
<br />
Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang sudah tegak, bergelantung ke luar.<br />
<br />
"<i>Ih, wowww...!!!</i>", desis Non Juliet, sambil tangannya mengelus-elus penisku.<br />
<br />
Aku bekerja sebagai seorang sopir di Malang. Namaku Sony, umurku 24 tahun, dan berasal dari Jember. Aku sudah bekerja selama 2 tahun pada juraganku ini, dan aku sedang menabung untuk melanjutkan kuliahku yang terpaksa berhenti karena kurang biaya. Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dengan tubuh lumayan atletis. Banyak teman SMA-ku yang dulu bilang, seandainya aku anak orang kaya, pasti sudah jadi playboy kelas super berat. Memang ada beberapa teman cewekku yang dulu naksir padaku, tetapi tidak aku tanggapi.<br />
<br />
Mereka bukan tipeku.<br />
<div class="separator" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;">
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/01/CeritaHD-Nafsu-Birahi--Gadis-SMU.html"><img alt="CeritaHD - Nafsu Birahi Gadis SMU" border="0" class="gambar" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv4fwAhoRVe9NH95cjM4zXFDWCfcK7-BZXAx5J4fePTFncTCepDBuockWYCzg8wZU2iCNoXxJi2Svr2wLWhqN1Hx4D23UsTIjShV_YHejUJDp-Nb-PpXUC2NJGnUBDt4U7rDyRo0wv1vw/s1600/Reon-Kadena-japanese-gravure-busty-idol-1%5B8%5D.jpg" height="320" width="189" /></a></div>
Juraganku punya seorang anak tunggal, gadis berumur 18 tahun, kelas 3 SMA favorit di Malang. Namanya Juliet. Tiap hari aku mengantarnya ke sekolah. Aku kadang hampir tidak tahan melihat tubuh Juliet yang seksi sekali. Tingginya kira-kira 168 cm, dan payudaranya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dengan penampilannya dengan rok mini dan baju seragamnya yang tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya.<br />
<br />
Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang aku melirik melihat pahanya yang putih mulus dengan bulu-bulu halus atau pada belahan payudaranya yang terlihat dari balik seragam tipisnya itu. Tapi aku selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aku macam-macam bisa dipecatnya aku nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa berantakan. Siang itu seperti biasa aku jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aku parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aku menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.<br />
<br />
Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.<br />
<br />
"<i>Siang, Non..., mari saya bawakan tasnya</i>".<br />
<br />
"<i>Eh..., Mas, udah lama nunggu?</i>", katanya sambil mengulurkan tasnya padaku.<br />
<br />
"<i>Barusan kok Non..</i>", jawabku.<br />
<br />
"<i>Jul..., ini toh supirmu yang kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih..., ha..., ha..</i>", salah satu temannya berkomentar. Aku jadi rikuh dibuatnya.<br />
<br />
"<i>Hus..</i>", sahut Non-ku sambil tersenyum. "<i>Jadi malu dia nanti..</i>".<br />
<br />
Segera aku bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga ikut dan duduk di kursi belakang.<br />
<br />
"<i>Kenalin nih mas, temanku</i>", Non-ku berkata sambil tersenyum. Aku segera mengulurkan tangan dan berkenalan.<br />
<br />
"<i>Sony</i>", kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.<br />
<br />
"<i>Niken</i>", balasnya sambil menatap dadaku yang bidang dan berbulu.<br />
<br />
"<i>Mas, antar kita dulu ke rumah Niken di Tidar</i>", instruksi Non Juliet sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang putih mulus.<br />
<br />
"<i>Baik Non</i>", jawabku. Tak terasa penisku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu. <br />
<br />
Ingin rasanya aku menjilati paha itu, dan kemudian mengulum payudaranya yang padat berisi, kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta..., ahh.<br />
<br />
Tak lama kitapun sampai di rumah Niken yang sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Juliet ke luar dan menyuruhku ikut masuk.<br />
<br />
"<i>Saya di luar saja Non</i>".<br />
<br />
"<i>Masuk saja mas..., sambil minum dulu..., baru kita pulang</i>".<br />
<br />
Akupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.<br />
<br />
"<i>Duduk di sini aja mas</i>", kata Niken menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.<br />
<br />
"<i>Ayo jangan ragu-ragu...</i>", perintah Non Juliet melihat aku agak ragu.<br />
<br />
"<i>Mulai disetel aja Nik...</i>", Non Juliet kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.<br />
<br />
Tak lama kemudian..., film pun dimulai..., Woww..., ternyata film porno. Di layar tampak seorang pria negro (Senegal) sedang menyetubuhi dua perempuan bule (Prancis & Spanyol) secara bergantian. Napas Non Juliet di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas tanganku. Akupun sudah tidak tahan lagi dengan segala macam cobaan ini. Aku meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aku tarik rambutnya, dan kemudian dengan gemas aku cium bibirnya yang mungil itu.<br />
<br />
"<i>Hmm... Eh</i>", Suara itu yang terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih meremas-remas payudaranya.<br />
<br />
Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga tampak bongkahan daging kenyal yang putih mulus punya Non-ku itu. Aku singkap BH-nya ke bawah sehingga tampaklah putingnya yang merah muda dan kelihatan sudah menegang.<br />
<br />
"<i>Ayo..., hisap dong mas..., ahh</i>". Tak perlu dikomando lagi, langsung aku jilat putingnya, sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri. Aku tidak memperhatikan apa yang dilakukan temannya di sebelah, karena aku sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Juliet. Setelah puas menikmati payudaranya, akupun berpindah posisi sehingga aku jongkok tepat di depan selangkangannya. Langsung aku singkap rok seragam SMA-nya, dan aku jilat CD-nya yang berwarna pink. Tampak bulu vaginanya yang masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.<br />
<br />
"<i>Ayo, jilatin memekku mas</i>", Non Juliet mendesah sambil mendorong kepalaku. Langsung aku sibak CD-nya yang berenda itu, dan kujilati kemaluannya.<br />
<br />
"<i>Ohh..., nikmat sekali...</i>", erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yang sedang aku kerjai. Benar-benar beruntung aku bisa menjilati kemaluan seorang gadis kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas payudaranya yang besar dan kenyal itu.<br />
<br />
"<i>Aduh, cepetan dong, yang keras..., aku mau keluar.., ehhmm ohh.</i>.". Tangan Non Juliet meremas rambutku sambil badannya menegang. Bersamaan dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung aku jilat habis. Akupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaku. Tapi sebelum sempat aku buka celanaku, Non Juliet telah ambil alih.<br />
<br />
"<i>Biar saya yang buka mas</i>", katanya.<br />
<br />
Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang sudah tegak, bergelantung ke luar.<br />
<br />
"<i>Ih, wowww...!!!</i>", desis Non Juliet, sambil tangannya mengelus-elus penisku. Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala penisku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aku remas rambutnya yang berbando itu, dan aku gerakkan pantatku maju mundur, sehingga aku seperti menyetubuhi mulut anak juraganku ini. Rasanya luar biasa..., bayangkan..., penisku berwarna hitam sedang dikulum oleh mulut seorang gadis manis. Pipinya yang putih tampak menggelembung terkena batang kemaluanku.<br />
<br />
"<i>Punyamu besar sekali mas Son..., Jul suka.., ehmm.</i>.", katanya sambil kemudian kembali mengulum kemaluanku.<br />
<br />
Setelah kurang lebih 15 menit Non Juliet menikmati penisku, dia suruh aku duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sambil membuka seluruh pakaiannya sehingga dia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, dan diarahkannya penisku ke liang vaginanya.<br />
<br />
"<i>Ayo.., masukkin dong mas... Jul udah nggak tahan nih...</i>", katanya memberi instruksi, aku tahu dia ingin merasakan nikmatnya penisku. Diturunkannya pantatnya, dan peniskupun masuk perlahan ke dalam liang vaginanya.<br />
<br />
Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi penisku untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separuh dari penisku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.<br />
<br />
"<i>Ahh..., yeah..., sekarang masukin deh penis mas yang besar itu di memekku</i>", katanya sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya putingnya untukku.<br />
<br />
"<i>Yah, begitu dong mas</i>", Tak perlu aku tunggu lebih lama lagi langsung aku lahap payudaranya yang montok itu. Sementara itu Non Juliet masih terus naik turun sambil kadang-kadang memutar-mutar pantatnya, menikmati penis besar sopirnya ini.<br />
<br />
"<i>Sekarang setubuhi Jul dalam posisi nungging... ya mas Son...?</i>", instruksinya. Diapun turun dan menungging menghadap ke sofa.<br />
<br />
"<i>Ayo dong mas..., masukkin dari belakang</i>", Non Juliet menjelaskan maksudnya padaku. Akupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus pantatnya yang padat.<br />
<br />
Kemudian kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut yang mengelus penisku dan membantu memasukkannya ke liang vagina Non Juliet. Aku lihat ke samping, ternyata Niken, yang membantuku menyetubuhi temannya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus pantat dan pahaku.<br />
<br />
Aku langsung menyetubuhi Non Juliet dari belakang. Kugerakkan pantatku maju mundur, sambil memegang pinggul Nonku.<br />
<br />
"<i>Ahh..., Mas..., Mas..., Terus dong..., nikmat sekali</i>", Non Juliet mengerang nikmat. Tubuhnya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Juliet makin hebat.<br />
<br />
Niken sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat.<br />
<br />
"<i>Ohh.., terus dong mas... yang cepat dong ahhh... Jul keluar mas... ohhh...</i>", Non Juliet mengerang makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi penisku.<br />
<br />
"<i>Non..., saya juga hampir keluar..</i>", kataku.<br />
<br />
"<i>Tahan sebentar mas..., keluarin dimulutku...</i>", kata Non Juliet.<br />
<br />
Non Juliet dan Niken berlutut di depanku, dan Niken yang sejak tadi tampak tak tahan melihat kami bersetubuh di depannya, langsung mengulum penisku di mulutnya. Sementara itu Non Juliet menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat penisku dengan penuh nafsu. Akupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yang sedang memuaskan nafsu birahi mereka.<br />
<br />
"<i>Ayo, goyang yang keras dong mas...</i>", Non Juliet memberiku instruksi sambil menelentangkan tubuhnya di atas karpet ruang keluarga.<br />
<br />
"<i>Ayo penisnya taruh di sini mas...</i>", kata Non Juliet lagi. Akupun segera menaruh berlutut di atas dada Non-ku dan menjepit penisku di antara dua bukit kembarnya. Segera aku maju mundurkan pantatku, sambil tanganku mengapitkan buah dadanya.<br />
<br />
"<i>Oh, nikmat sekali...</i>".<br />
<br />
Sementara Niken sibuk mengelap tubuhku yang basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, akupun tak tahan lagi. Kuarahkan penisku ke dalam mulut Non Juliet, dan dikulumnya sambil meremas-remas buah pelirku.<br />
<br />
"<i>Ahh..., Non..., ahh</i>", jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Juliet. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Juliet dan Niken sibuk menjilati bersih batang kemaluanku.<br />
<br />
Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua Juliet termasuk orang tua yang strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam perjalanan pulang, Juliet memberiku uang Rp 1.000.000,-.<br />
<br />
"<i>Ambil mas, buat uang lelah, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi ya</i>", katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk senang.<br />
<br />
"<i>Besok kita ulangi lagi ya mas..., soalnya Niken minta bagian</i>".<br />
<br />
Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Juliet akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yang terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga teman-temannya, Niken, Linda, Nina, Mimi, Etik, dll.<br />
<br />
Tapi akupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Juliet, akupun dapat menikmati tubuh remaja mereka yang putih mulus.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-37947278533708791892013-01-12T01:55:00.006+07:002013-01-12T02:16:56.593+07:00Cerita Hot Dewasa - Dewi dan Dokter KandunganMalam itu terlihat Dewi sedang berada disebuah tempat praktek Dokter Kandungan, setelah kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Andi dan Sugito (baca: Dewi-Andi & Dewi-Sugito). Dewi takut suatu saat nanti dirinya hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai hamil pasti suaminya akan mengetahui perbuatannya bersenggama dengan orang lain.<br />
<br />
Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota selama 2minggu, Dewi yang memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk dia, karena Dewi ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih dari 2 minggu, Dewi tidak dapat menikmati sodokan-sodokan ******-****** perkasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya, karena ia takut akan hamil.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://putratunggaldayak1.files.wordpress.com/2011/04/sandradewi.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Dewi dan Dokter Kandungan" border="0" class="gambar" src="http://putratunggaldayak1.files.wordpress.com/2011/04/sandradewi.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
“bu Dewi,”<br />
<br />
Dewi mendengar namanya dipanggil.<br />
<br />
“<i>Yach, betul,</i>” Dewi menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yang ternyata suster di tempat praktek ini.<br />
<br />
“<i>Sekarang giliran ibu,</i>” kata suster tersebut, “<i>mari ikut saya, bu.!!</i>”<br />
<br />
“<i>Oh..yach</i>,” jawab Dewi, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.<br />
<br />
Dewi baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yang tadi lumayan penuh dengan pasien, sekarang telah kosong, Dewi menyadari bahwa ia adalah pasien terakhir.<br />
<br />
“<i>Dok, ini ibu Dewi pasien terakhir kita malam ini,</i>” Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam ruangan praktek itu.<br />
<br />
Dalam hati Dewi membatin, ”<i>masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,</i>” Dewi memperkirakan dokter ini seumuran dia.<br />
<br />
“<i>Malam, dok,</i>” Dewi menyapa si dokter.<br />
<br />
“<i>Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang bisa saya bantu??,</i>” si dokter menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Dewi duduk.<br />
<br />
Sebelum sempat Dewi menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster berkata,” <i>Dok, ibu Dewikan pasien terakhir, dan saya kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,</i>”<br />
<br />
“<i>Oh..ok, </i>“ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.<br />
<br />
“<i>Sebentar yach bu,</i>” kata si dokter ke Dewi, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.<br />
<br />
Tak lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Dewi, ”<i>maaf yach bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang datang lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Dewi-kan pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang</i>”<br />
<br />
“<i>Oh..gak apa-apa kok,</i>” balas Dewi<br />
<br />
“<i>Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,</i>” tanya si dokter.<br />
<br />
“<i>Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau suami saya itu memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yang bagus untuk saya,</i>” Dewi menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.<br />
<br />
“<i>Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya berapa anak?</i>” tanya sang dokter lagi.<br />
<br />
“<i>yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu anak, </i>“ jawab Dewi sedikit berbohong, karena tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam menikmati ******-****** perkasa tanpa takut akan hamil.<br />
<br />
“<i>Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??</i>” si dokter memastikan.<br />
<br />
“<i>Hmmhh…betul</i>,” Dewi menjawab sambil tersenyum.<br />
<br />
“<i>Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,</i>” tanya sidokter.<br />
<br />
“<i>maksudnya??</i>” Dewi balik bertanya.<br />
<br />
“<i>Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan dengan suami, sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung telur ibu yang dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,</i>” jelas sang dokter panjang lebar.<br />
<br />
“<i>Ooohhh…begitu,</i>” gumam Dewi,” <i>Kalau gitu saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak</i>”<br />
<br />
“<i>Ibu mengambil keputusan yang tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,</i>” kata si dokter sambil menunjuk kearah ranjang.<br />
<br />
“<i>Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini</i>” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.<br />
<br />
“<i>wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,</i>” dokter itu berkata sambil tersenyum saat melihat Dewi mengenakan jubah itu dengan bagian yang terbukanya berada didepan.<br />
<br />
“<i>Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya, karena mata saya akan melihat kedada ibu terus,</i>” lanjut sidokter sambil bercanda ke Dewi.<br />
<br />
“<i>Ohhh…he..he..dokter bisa aja,</i>” Dewi tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.<br />
<br />
Dewi bingung melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Dewipun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.<br />
<br />
Setelah selesaimempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Dewi diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,<br />
<br />
“<i>Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??</i>,” tanya sidokter tersenyum.<br />
<br />
Tanpa menunggu jawaban Dewi, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Dewi satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri kanan kaki Dewi itu, perbuatan sidokter membuat Dewi terhenyak, Dewi tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini, kemaluannya akan Nampak jelas didepan sidokter, mukanyapun menjadi merah karena menahan malu, melihat Dewi yang tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, sidokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Dewi ke dokter kandungan.<br />
<br />
“<i>Maaf, yach, Bu,</i>” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Dewi.<br />
<br />
“<i>Hhmmmhh….,</i>” Dewi hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.<br />
<br />
Kedua jari tangan kiri sidokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Dewi dari sebelah atas, sehingga kelentit Dewi tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan sidokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Dewi, sementara Dewi merasakan geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Dewi mulai bangkit, memeknya mulai basah.<br />
<br />
“<i>Ouugghhh…..ssshhhh,</i>” Dewi menjerit lirih saat merasakan alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.<br />
<br />
“<i>Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,</i>” kata sidokter.<br />
<br />
Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Dewi yang masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “<i>gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,</i>”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir vagina Dewi dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Dewi, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang vagina Dewi yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Dewi jarang dipakai oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek Dewi sudah basah.<br />
<br />
“<i>Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..</i>” Dewi merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.<br />
<br />
Mendengar lirihan Dewi, sidokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,”<i>kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..</i>”<br />
<br />
Setelah melihat cengkraman dinding vagina Dewi dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Dewi, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir vagina Dewi, sidokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina Dewi, gesekan yang ditimbulkannya membuat Dewi mengerang lirih.<br />
<br />
Setelah terlepas, sidokter kembali memijat-mijat vagina Dewi, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Dewi, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Dewi sendiri yang dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.<br />
<br />
“<i>Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,</i>” Dewi berkata dalam hatinya.<br />
<br />
Tangan Dewi yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Dewi kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Dewi telanjang bulat didepan sang dokter, tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya mendesis-desis menandakan Dewi sedang menikmati semua itu.<br />
<br />
Sang Dokter yang melihat aksi Dewi melucuti jubah dan Bhnya serta aksi remasan tangan Dewi dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Dewi yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Dewi yang membuat Dewi semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah sidokter, aksi sidokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Dewi, dengan gerakan perlahan-lahan sidokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang vagina Dewi semakin basah, erangan-erangan Dewipun semakin sering terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan sidokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Dewi betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.<br />
<br />
“<i>Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..</i>” Dewi merintih-rintih kenikmatan.<br />
<br />
Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Dewi memuntahkan lahar kenikmatannya.<br />
<br />
Tubuh Dewi mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Dewi yang membasahi jari tangannya.<br />
<br />
“<i>Enak, Bu!!,</i>” tanya sidokter.<br />
<br />
“<i>Iyaachh…</i>” Dewi menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh.<br />
<br />
Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Dewi, membuat Dewi menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kontolnya di lubang memek Dewi, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Dewi, setahap demi setahap.<br />
<br />
Sleeepp….bleeessss….bleessss…..<br />
<br />
****** sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Dewi, Dewi yang merasakan ****** dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya membatin,”<i>lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak sebesar punyanya pak Sugito</i>”.<br />
<br />
“<i>Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh…</i>” desis Dewi.<br />
<br />
Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang senggama Dewi, kedua tangannya berpegangan dipaha Dewi, lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Dewi dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka.<br />
<br />
“<i>Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk .memekkuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…</i>” Dewi mengerang kenikmatan menikmati sodokan ****** sang dokter di lubang senggamanya.<br />
<br />
“<i>Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll… </i>“ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Dewi dibatang kontolnya..<br />
<br />
“<i>Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,</i>” rintih Dewi meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya.<br />
<br />
Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Dewipun semakin sering terlihat melenting dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan ****** sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.<br />
<br />
“<i>Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,</i>” Dewi mengerang tubuhnya melenting.<br />
<br />
“<i>Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh.</i>.” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang senggama Dewi, lalu terdiam.<br />
<br />
Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..<br />
<br />
Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Dewi dan ia juga merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut meremas-remas batang kontolnya, Dewi sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Dewi sendiri merasakan pada dinding vaginanya batang ****** sang dokter berdenyut-denyut.<br />
<br />
Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya dari jepitan vagina Dewi setelah ia merasakan remasan-remasan dinding vagina Dewi berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan Dewi, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lendir kenikmatan Dewi mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai.<br />
<br />
Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Dewi bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Dewi mengangguk tanda mengerti dalam hati Dewi berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”<br />
<br />
Sebelumpulang Dewi bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Dewi, gratis!!! bisiknya<br />
<br />
Dewipun pulang dengan tersenyum simpul, dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi ****** yang bisa membuat puasku, yang bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>TAMAT</b></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-71003210795571709882013-01-01T19:25:00.000+07:002013-01-01T19:25:00.316+07:00Cerita Hot Dewasa - Keperawananku Hilang Saat Pesta Sex<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/01/CeritaHD-Keperawananku-Hilang-Saat-Pesta-Sex.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Keperawananku Hilang Saat Pesta Sex Bareng Teman Sekolah.</b></a> Para pembaca setia…. Perkenalkan namaku Vita, disitus ini aku pengen menceritakan pengalaman seks pertamaku kepada kalian semua. Pengalaman yang tak pernah kulupakan, keperawananku terenggut saat pesta seks dengan teman-teman sekolah waktu SMA.<br />
<br />
Sebelumnya aku akan ceritakan dulu siapa diriku kepada kalian. Hmm…menurut banyak orang, wajahku cantik sekali dengan kulit putih mulus dan tubuh seksi. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Aku sendiri tidak GR tapi aku merasa pria banyak yang ingin ngeseks denganku. Aku senang ja karena pada dasarnya aku juga senang ngeseks.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/01/CeritaHD-Keperawananku-Hilang-Saat-Pesta-Sex.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="Cerita Hot Dewasa - Keperawananku Hilang" border="0" class="gambar" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-4ZGGR5nO5Co/UOJdVQjqthI/AAAAAAAABRw/YKV9rJM9li8/s320/CeritaHD-Keperawananku-Hilang-Saat-Pesta-Sex.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Keperawananku Hilang" width="320" /></a></div>
Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.<br />
<br />
Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera. Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.<br />
<br />
Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..<br />
<br />
"<i>Gile, jembut Vita lebat banget</i>"<br />
<br />
Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.<br />
<br />
"<i>Dicukur dong Vita, enggak malu tuh sama celana dalam?</i>" kata Angki.<br />
<br />
"<i>Gue belum pernah cukur jembut</i>" jawabku.<br />
<br />
"<i>Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau</i>" kata Vera.<br />
<br />
Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.<br />
<br />
"<i>Kurang pendek, Vita. Abisin aja</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Nggak berani, takut lecet</i>" jawabku.<br />
<br />
"<i>Sini gue bantuin</i>" kata Vera.<br />
<br />
Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.<br />
<br />
"<i>Bagus kan?</i>" kata Vera.<br />
<br />
Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.<br />
<br />
"<i>Vita, elo masih perawan ya?</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Iya, kok tau?</i>"<br />
<br />
"<i>Vagina elo rapat banget</i>" kata Vera.<br />
<br />
Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.<br />
<br />
"<i>Ooh, Vera, geli ah</i>"<br />
<br />
Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.<br />
<br />
"<i>Memek kamu wangi</i>"<br />
<br />
"<i>Jangan Vera</i>" pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.<br />
<br />
Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya.<br />
<br />
Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera. Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..<br />
<br />
"<i>Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?</i>"<br />
<br />
Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang.<br />
<br />
Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.<br />
<br />
"<i>Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6</i>" kata Nia.<br />
<br />
"<i>Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya gede deh</i>" kata Angky.<br />
<br />
"<i>Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin kontol dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo</i>" kata saya sambil tersenyum.<br />
<br />
"<i>Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny</i>" kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.<br />
<br />
Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.<br />
<br />
"<i>Eh Vita, beneran nih elo sering mikirin Alex?</i>"<br />
<br />
"<i>Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?</i>" tanya saya.<br />
<br />
"<i>Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Pernah kepikiran enggak mau ML?</i>" Vera kembali bertanya.<br />
<br />
"<i>Hah? Dengan siapa?</i>" tanya saya terheran-heran.<br />
<br />
"<i>Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu</i>"<br />
<br />
"<i>Ah gila loe Vera</i>" jawab saya.<br />
<br />
"<i>Mau enggak?</i>" desak Vera.<br />
<br />
"<i>Terus kamu sendiri gimana?</i>" tanya saya dengan heran.<br />
<br />
"<i>Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?</i>" kata Vera.<br />
<br />
<br />
"<i>Ya boleh aja deh</i>" kata saya dengan deg-degan.<br />
<br />
"<i>Mau sekarang di rumahku?</i>" kata Vera.<br />
<br />
"<i>Boleh</i>"<br />
<br />
Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.<br />
<br />
"<i>Halo Vita</i>" kata Alex sambil tersenyum.<br />
<br />
Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.<br />
<br />
"<i>Hayo, langsung aja. Jangan grogi</i>" kata Vera bagaikan germo.<br />
<br />
Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C.<br />
<br />
Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan. Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur.<br />
<br />
Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kontol Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kontol Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kontol Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kontol itu.<br />
<br />
Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.<br />
<br />
Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.<br />
<br />
Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ngentot dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kontol Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.<br />
<br />
Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kontol Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kontol Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.<br />
<br />
"<i>Aduh, tunggu dong, sakit nih</i>" keluh saya.<br />
<br />
Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. Kontol Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.<br />
<br />
"<i>Kamu diam aja, enggak usah bergerak</i>" katanya dengan galak.<br />
<br />
"<i>Jangan galak-galak dong, takut nih Vita</i>" kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.<br />
<br />
Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.<br />
<br />
Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari kontol Alex.<br />
<br />
Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kontol Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.<br />
<br />
Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ngentot dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.<br />
<br />
Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi ngentot, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.<br />
<br />
Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kontolnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kontol Alex.<br />
<br />
Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kontol Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ngentot dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kontol Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.<br />
<br />
Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera. Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-3608351554747206082013-01-01T10:38:00.001+07:002013-01-01T10:38:05.400+07:00Cerita Hot Dewasa - Irma<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2013/01/cerita-hot-dewasa-irma.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Irma.</b></a> Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, Irma, seorang karyawati yang terlahir 23 tahun yang lalu dan saat ini bekerja di perusahaan perkebunan terkemuka di kawasan Sudirman, sedang melangkah agak tergesa-gesa menuju kos-kosannya di kawasan Bendungan Hilir. Irma agak letih setelah seharian bekerja plus lembur sampai malam tiba untuk memenuhi laporan penjualan CPO pada bulan itu. Karena letih, yang ia pikirkan hanya bagaimana cepat-cepat sampai kos-kosanya, kemudian tidur melepas penatnya setelah seharian bekerja. Sehingga tanpa ia sadari, 6 pasang mata sedang melihatnya dari kejauhan.<br />
<br />
6 pasang mata yang terlihat merah karena bir pletok yang mereka beli hasil mengamen itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur membayangkan kemolekan tubuh Irma yang pada saat itu mengenakan rok selutut dan kemeja warna putih, yang menerawangkan bra hitamnya. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata "<i>eh, ada cewek lewat tuh</i>". "<i>oke juga tuh tete</i>" timpal yang lain. "<i>kita isep yuk ha ha ha</i>" mereka tertawa bersama-sama. Setelah kurang lebih jarak antara mereka dengan Irma 100 meter, tiba-tiba salah satu dari mereka mengikuti langkah Irma, kemudian mereka membekap mulut Irma, dan menyeretnya ke arah bedeng proyek yang ada di dekat mereka. Bedeng tersebut kosong, karena ditinggal pekerja proyeknya selama beberapa hari.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-oFKveDSMuu0/UOJZr8lbxfI/AAAAAAAABRc/S6LeZ5i_0CI/s1600/Cerita-Hot-Dewasa-Irma.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="Cerita Hot Dewasa - Irma" border="0" class="gambar" height="400" src="http://3.bp.blogspot.com/-oFKveDSMuu0/UOJZr8lbxfI/AAAAAAAABRc/S6LeZ5i_0CI/s400/Cerita-Hot-Dewasa-Irma.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Irma" width="285" /></a></div>
Mereka berenam kemudian menyekap Irma yang meronta-ronta di dalam bedeng tersebut, sambil tertawa-tawa dengan mulut yang bau alkohol menyengat. Salah seorang dari mereka memegangi tangan kanan Irma, yang lainnya memegangi tangan kiri dan menyekap mulut Irma dengan tangannya yang kekar. Irma meronta-ronta takut apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian salah seorang dari mereka berdiri tepat dihadapan Irma, sambil memandang Irma yang ketakutan dengan senyum kemenangan.<br />
<br />
"<i>Akhirnya malem ini gue bisa ngerasain badan lo</i>", katanya sambil mengelus leher Irma yang mulai sesenggukan menahan tangis. Tangannya mengelus leher Irma yang putih mulus dengan beberapa tahi lalat yang ada disana, sambil kemudian tangannya bergerak menuju payudara kanan milik Irma. "<i>ah..</i>", teriak Irma tertahan ketika tangan tersebut meremas dengan kencang payudara tersebut.<br />
<br />
"<i>Gile man, kenceng juga nih tete</i>" kata pria tersebut diiringi sahutan tawa yang lainnya. Tak lama, pria tersebut sudah asik meremas-remas kedua payudara Irma yang memang berukuran besar apabila dibandingkan dengan tubuhnya. Irma orangnya tidak terlalu tinggi. Dia orangnya sedang saja, berbody tidak gemuk, namun memiliki payudara yang indah dengan perut yang rata. Kakinya pun putih mulus, sehingga membuat orang-orang di dalam bedeng itu menahan nafas ketika menyaksikan Irma merintih-rintih karena payudaranya diremas-remas oleh temannya.<br />
<br />
Kemudian salah seorang diantara mereka lagi ikut mendekat, sehingga keenamnya berada sangat dekat dengan Irma. Irma semakin ketakutan. Tetapi dia terus berusaha berfikir positif bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan dirinya. Tiba-tiba, masih dengan tangan yang terus dipegangi oleh 2 orang, dan mulut disumpal dengan tangan, dia merasakan tangan-tangan nakal mulai menjelajahi betis dan pahanya. Dia berusaha untuk berontak dengan menendang-nendangkan kakinya. Namun usahanya sia-sia. Terdengar suara tawa puas dari orang-orang yang ada di bawah Irma, yang saat ini sedang mengelus-elus paha dan betis yang putih mulus milik Irma. Rok Irma tersingkap ke atas, sementara pahanya sedang dielus-elus oleh 2 orang. Sedangkan di bagian atas, payudara Irma sedang diremas-remas oleh 2 orang. Hal ini membuat Irma semakin sesenggukan menahan perasaan yang bercampur baur.<br />
<br />
"<i>Udah man telanjangin aja</i>", kata salah seorang diantara mereka, diiringi anggukan yang lainnya. Irma semakin ketakutan. Dia membayangkan akan digilir oleh 6 orang tidak beradab ini. Sedangkan selama ini dia hanya berhubungan badan dengan pacarnya. Maklum saja, jarak yang memisahkan antara dia dan pacarnya ini, membuat pertemuan mereka yang jarang itu menjadi sesuatu yang berharga untuk dihabiskan begitu saja. Maka terjadilah gaya pacaran yang semakin lazim di jaman sekarang ini. Irma semakin meronta-ronta ketika mereka membuka kancing atas kemejanya, dan orang-orang di bawah berusaha menelanjangi rok dan celana dalam Irma.<br />
<br />
Pria-pria yang di bagian atas melucuti kancing kemeja Irma satu persatu. Setelah itu menarik kemejanya ke belakang, sehingga menampakkan payudara Irma yang dibungkus bra warna hitam yang semakin terlihat menantang. Kemudian kemeja itu pun terlepas dan terjatuh di lantai. Irma saat ini hanya menggunakan bra dan rok saja. Kemudian pria-pria yang ada di bagian bawah pun gak lama sudah melepas habis rok Irma sehingga terjatuh pula ke lantai. Irma hanya menggunakan bra dan celana dalam yang senada berwarna hitam. Pria-pria tersebut pun tertawa puas sambil melecehkan seluruh tubuh Irma. Irma semakin menangis menjadi-jadi. Kemudian tidak lama, bra dan celana dalam Irma pun terlepas oleh mereka.<br />
<br />
Irma pun telanjang bulat dikelilingi oleh 6 pria yang tidak dikenalnya. Hal ini membuat Irma semakin ketakutan dan menangis.<br />
<br />
"<i>Jangan nangis, nanti juga keenakan, hahahaha</i>", kata salah seorang dari mereka mengejek. Irma berdiri pasrah dipegangi oleh 2 orang dan dibekap mulutnya. Pria-pria tersebut sedang melumat habis tubuh Irma yang terlihat molek tersebut. Payudaranya putih dengan beberapa hiasan tahi lalat, dan puting yang tidak terlalu besar berwarna coklat. Kemudian bentuk pinggul yang tidak terlalu besar serta kemaluan yang bulu-bulunya tercukur halus dan lembut. Paha sampai betis berwarna putih bersih. Membuat semua pria yang melihatnya, walau pun memakai rok, tidak berkedip. Di kantornya pun, Irma dikenal sebagai idola. Banyak pria yang mendekatinya, namun ia tidak menanggapinya. Kalau pun menanggapi, itu pun hanya sekedar untuk main-main saja sambil memenuhi hasratnya karena cowonya berada jauh disana. Hal itu dia lakukan karena ia lebih memilih cowoknya yang bekerja di luar kota. Ia lebih memilih cowoknya karena ia telah terlanjur menyerahkan segalanya kepada laki-laki tersebut.<br />
<br />
Kemudian 2 orang diantara mereka menyiapkan ranjang darurat dari kardus yang biasa dibuat tidur oleh kuli-kuli proyek pemilik sah bedeng tersebut. Irma pun diseret ke ranjang tersebut, dan tetap dipegangi oleh 4 orang dari mereka. Masing-masing memegangi 2 tangan dan 2 kaki dari Irma, sekaligus membekap mulut Irma supaya tidak berisik. Sesekali Irma meronta-ronta minta dilepaskan. Tetapi siapa yang mau melepaskan tubuh mulus begitu saja? Kemudian salah seorang dari mereka, mendekati Irma dari sela-sela paha Irma, kemudian meremas-remas payudaranya dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus-elus kemaluan Irma. Irma berusaha mengelak. <br />
<br />
Tetapi tangan kiri pria tersebut tetap mengelus-elus sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Irma. Keadaan ini membuat Irma semakin terdesak. Irma semakin menjadi-jadi mengeluarkan tangisnya. Irma begitu takut akan disetubuhi oleh pria-pria ini. Walau pun ia sudah tidak perawan, tetapi ia hanya ingin berhubungan badan dengan pacarnya saja. Tidak dengan berandalan semacam orang-orang ini. Kemudian pria tersebut tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh karyawati ini.<br />
<br />
Ia segera membuka baju dan celananya. Tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Irma seperti berhenti bernafas. Irma sangat takut melihatnya. Milik cowoknya tidak sebesar itu. Irma pun memejamkan mata dengan ketakutan. Tak lama, pria tersebut sudah meletakkan penisnya di pintu masuk kemaluan Irma. Irma semakin ketakutan. Tak lama, pria tersebut mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Irma. "<i>Ah....</i>" Irma pun menjerit tertahan. Pria tersebut malah keenakan. Ia merasa seperti dipijit-pijit oleh kemaluan Irma.<br />
<br />
"<i>Wah, kayanya udah ga perawan nih doi. Tapi tetep peret kok hahaha</i>", kata pria tersebut.<br />
<br />
Tak lama, seluruh bagian penis pria tersebut masuk ke dalam vagina Irma dengan sukses. Kemudian, pria tersebut menggenjot Irma yang semakin kesakitan. Kepala Irma menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. Tubuhnya pun mengejang. Tapi hal itu malah membuat payudaranya terlihat semakin menarik. Tangan-tangan jahil pun meremas-remas payudara tersebut. Sementara yang satu memperkosa Irma, yang lain memegangi tangan dan kaki Irma, serta membekap mulut Irma. <br />
<br />
Pria yang sekarang sedang berada di atas Irma semakin memperlaju genjotannya. Irma-pun terlihat memejamkan matanya sambil terus menangis. Sementara pria-pria yang lainnya meremas-remas payudara Irma dan meraba-raba bagian tubuh lainnya. Irma pun membayangkan dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Dosa kepada pacarnya karena sering berbohong, dan dosa kepada orang-orang yang dia permainkan perasaannya selama ini. Ia menyesal sekali telah melakukan itu semua. Mungkin ini balasannya. Pria yang sedang berada di atasnya tampaknya sudah mulai ingin orgasme. Pria tersebut mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Irma sambil meremas-remasnya.<br />
<br />
Tak lama kemudian, pria tersebut mengejan dengan menyemprotkan spermanya yang banyak ke dalam vagina Irma. Irma ketakutan. Ia takut hamil. Kemudian ia pun menangis sejadi-jadinya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Pria yang lain maju mendekatinya.<br />
<br />
"<i>Tunggingin dong man</i>", katanya pada teman-temannya yang sedang memegangi Irma.<br />
<br />
Mereka pun membalik tubuh Irma menjadi tengkurap, lalu memaksa Irma untuk menungging sambil tetap memegangi mereka. Posisi ini membuat payudara Irma menjadi terlihat lebih besar dan menantang. Hal ini membuat mereka meremas-remas kembali payudara Irma. Payudara Irma terlihat memerah karena remasan-remasan tersebut. Pacar Irma juga paling senang melakukan adegan remasan-remasan ini. Akan tetapi malam ini Irma harus rela diremas-remas oleh orang-orang yang ia sama sekali tidak kenal. Dalam posisi menungging, orang kedua yang akan memperkosa Irma mendekati Irma dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Irma lewat belakang. Irma kembali meronta-ronta kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika orang tersebut memasukkan penisnya dan memompanya. Kekuatan pompanya makin lama makin kuat. <br />
<br />
Ia memperkosa Irma sambil meremas-remas payudara dan putingnya, yang lain ada yang mencium-ciumi pipinya, dan termasuk mencium-ciumi bibirnya. Irma sangat tidak berdaya malam itu. Dalam posisi menungging itu ia menangis dan berharap semuanya cepat selesai dan mereka membebaskannya. Namun untuk orang-orang itu, tidaklah segampang itu. Jarang-jarang mereka dapat mangsa seperti ini. Tak lama kemudian, orang yang memperkosa Irma pun mengalami ejakulasi. Dan seluruh spermanya dia masukkan ke vagina Irma. Irma kembali sesenggukan. Sudah 2 orang menggilirnya. Tinggal 4 lagi. Pikirnya seperti itu. Irma sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka. Terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Irma hanya bisa pasrah. Ia rasakan kemaluannya sakit sekali. Dan Irma merasakan keluar darah dari kemaluannya. Walau pun ia sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan-gesekan yang terjadi sebelumnya antar penis pria-pria tersebut dan kemaluannya.<br />
<br />
Kemudian salah seorang dari mereka, kembali maju untuk memperkosa Irma. Kali ini Irma dipaksa untuk menghisap kemaluan si pria tersebut. Irma berontak. Ia hanya mau beroral sex dengan pacarnya. Kali ini dia lakukan untuk orang lain. Irma mati-matian menolak. Akan tetapi, apalah daya dari seorang wanita. Irma pun pasrah menghisap kemaluan orang tersebut. Irma hampir tersedak. Penis pria tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya.<br />
<br />
Irma semakin menangis. Kepalanya maju mundur menghisap kemaluan pria tersebut. Sampai tak lama kemudian, pria tersebut meringis dan mengejan. Irma berusaha menarik kepalanya dari kemaluan pria tersebut. Tetapi teman-teman pria tersebut menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Irma. Irma terbatuk-batuk tersedak. Sementara pria-pria tersebut tertawa puas. Kemudian Irma pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. Selain digilir, Irma pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya. Irma dipangku oleh orang-orang tersebut sambil diremas-remas payudaranya secara bergiliran. Kemudian ia disetubuhi sambil berdiri. <br />
<br />
Dan setiap orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Irma mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Irma semaunya. meremas-remas, menghisap-hisap putingnya, menggigit-gigit, dan perlakuan-perlakuan lain yang diterima Irma sepanjang malam itu sampai pagi. Irma pun lemas kecapekan. Sampai paginya Irma tersadar setelah pingsan di dalam bedeng proyek tersebut. Irma merasa badannya sakit-sakit semua, terutama bagian selangkangannya yang mengeluarkan darah. Walau pun itu bukan darah perawan, tapi ia merasa sakit yang teramat sangat di selangkangannya. Tubuhnya pun penuh cupang dimana-mana. Payudaranya pun demikian. Banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran. Irmapun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan tertatih-tatih menuju kos-kosannya.<br />
<br />
Demikian peristiwa yang terjadi dengan Irma. Dia tidak bisa melupakan hari itu. Tapi ia tidak akan menceritakannya kepada siapa-siapa, termasuk cowoknya. Biar lah hal itu menjadi rahasia pribadinya. Dan ia pun tidak akan melewati jalan tersebut kembali.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-27942297809720952012012-12-25T06:42:00.001+07:002012-12-25T06:43:04.619+07:00Cerita Hot Dewasa - Adikku Kekasihku<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Adikku-Kekasihku.html" target="_blank"><b>Cerita Hot Dewasa - Adikku Kekasihku.</b></a> Namaku Ani, saat kejadian ini berlangsung aku masih berstatus mahasiswi tingkat tiga di sebuah perguruan tinggi negri di Bandung. Aku empat bersaudara, aku anak nomor tiga, kakakku paling besar mbak Ine sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Jakarta, kakakku nomor Mas Doni dua bekerja di Batam dan adikku Toni yang paling bungsu masih kelas satu SMU negri di Bandung.<br />
<br />
Pertama kali aku melakukan hubungan sex dengan kakakku nomor dua saat aku masih kelas dua SMU. Saat itu kakaku sedang cuti dan pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami bertiga pergi ke Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam harinya saat aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada sesuatu di vaginaku mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang membelai dan menghisapnya tapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti ada yang menekan dan berusaha masuk dan kurasakan juga seperti ada yang sedang menindihku. Saat aku membuka mataku aku melihat kakakku sedang menindihku dan berusaha memasukan penisnya, aku mencoba berontak tapi tenagaku kalah kuat,<br />
<br />
"<i>Mas Doni jangan, aduh sakit mas sakit</i>"<br />
<br />
"<i>Ah diem aja dan jangan coba teriak</i>"<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-_x-3T8H-uy0/UNjniZUPhsI/AAAAAAAABFQ/b8HepRecB4g/s1600/CeritaHD-Adikku-Kekasihku.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Adikku Kekasihku" border="0" class="gambar" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-_x-3T8H-uy0/UNjniZUPhsI/AAAAAAAABFQ/b8HepRecB4g/s320/CeritaHD-Adikku-Kekasihku.jpg" width="240" /></a></div>
Dan malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang aku baca dibuku tapi rasanya sakit sekali. Aku cuma bisa pasrah dan menahan sakit di vaginaku saat kakakku bergerak diatas tubuhku, gerakannya kasar seperti ingin mencabik-cabik tubuhku. Aku cuma bisa menangis sesenggukan dan saat kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot dalam vaginaku makin shoklah diriku.<br />
<br />
Pagi harinya aku cuma bisa diam di kamar karena tubuhku rasanya lemas dan sakit, saat kakaku mengajakku pergi aku cuma memalingkan wajahku dan menangis. Sore harinya kakaku masuk ke kamarku dia minta maaf atas kejadian semalam dan berusaha untuk memperbaikinya tapi aku cuma diam saja. Malam harinya kakaku datang lagi kekamarku aku sangat ketakutan tapi dia cuma tersenyum dan mencoba mencium bibirku tapi aku kembali berontak. <br />
<br />
Aku memaki-maki kakaku tapi dia tidak perduli dan kembali mencium bibirku sambil meremas payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang karenanya. Dan malam itu kembali aku dan kakakku melakukannya tapi lain dari malam yang kemarin, malam ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan kami melakukannya dua kali. Sebelum kakakku kembali bekerja di Batam saat mengantar kakakku di Bandara kami aku minta kado perpisahan darinya dan di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi,<br />
<br />
"<i>Ah mas Doni terus mas akh</i>"<br />
<br />
"<i>Akh Ani kamu cantik sekali akh... Ani mas Doni mau keluar akh..</i>"<br />
<br />
"<i>Ani juga mas akh... mas ani keluar mas akhh...</i>"<br />
<br />
Mas Doni memelukku erat-erat begitu juga diriku, setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku cuma bisa menangis saatmas Doni pergi tapi aku juga sangat bahagia dengan kado yang diberikannya.<br />
<br />
Sejak saat itu aku seperti ketagihan dengan sex dan untuk melampiaskannya aku cuma bisa melakukan mastrubasi di kamar mandi. Aku sudah punya pacar dan kami melakukannya sampai sekarang tapi aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari kakakku. Dan saat adikku mulai beranjak dewasa aku melihat sosok kakakku tapi adikku lebih tampan dan gagah bila dibandingkan dengan kakakku. Aku sering merasa terangsang tapi hanya bisa kutahan dan lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan mastrubasi. Entah berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk melakukannya dengan adikku.<br />
<br />
Sampai suatu hari saat orang tuaku sedang tidak ada di rumah, adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan makan siang untuknya. Karena hari itu terasa panas aku cuma pakai celana pendek dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku kusuruh makan Toni menolak karena sudah makan diluar bersama teman-temannya, dan akhirnya aku makan sendiri sedang asik adikku berenang. Selesai makan aku buatkan jus jeruk dan aku antarkan di kolam renang. Sambil meminum jus jeruk aku melihat adikku berenang dan saat Toni keluar dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus jeruk dan berjemur jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat tidak tahan untuk memeluknya.<br />
<br />
Tidak kusangka adikku yang dulunya culun sekarang sudah berubah menjadi seoarng cowok yang gagah dan tampan terlebih lagi hobinya adalah berenang. Dadany terlihat bidang dengan bentuk yang menggairahkan tubuhnya taletis dan bisa kutebak kalau penisnya juga lumayan besar. aku cuma bisa memandangnya, mukanya ditutupi oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan tubuhnya. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang bakal terjadi. aku membelai dada adikku dan Toni cuma menggelinjang kegelian,<br />
<br />
"<i>Mbak Ani apaan sih geli tau, kurang kerjaan mendingan bikinin aku roti bakar kek</i>"<br />
<br />
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya Toni cuma tertawa.<br />
<br />
"<i>Emang aku pembantu mu, enak aja</i>".<br />
<br />
Aku sudah benar-benar nggak tahan, tanpa pikir panjang lagi aku tindih tubuh adikku dan kulempar handuk di mukanya.<br />
<br />
"<i>Mbak Ani mau ngapain sih</i>"<br />
<br />
Tanpa sepatah katapun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan, dan mendorong tubuhku, dan aku tidak peduli kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya, dan aku tau kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar. Kuciumi terus bibir dan lehernya adikku sedikit kewalahan tapi Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.<br />
<br />
"<i>Baru pertama dicium cewek ya</i>"<br />
<br />
"<i>Ah mbak banyak omong terusin aja mbak</i>"<br />
<br />
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku cuma bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.<br />
<br />
"<i>Wah susu mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek</i>"<br />
<br />
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya,<br />
<br />
"<i>Aduh jangan keras-keras sakit, coba sekarang kamu isep susu mbak</i>"<br />
<br />
lalu aku sodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku.<br />
<br />
"<i>Akh enak sekali ton sshs... akhh terus ton enak sekali</i>"<br />
<br />
Aku suruh Toni berhenti lalu kuciumi lagi bibir dan lehernya, kemudian aku turun kedadanya dan kuciumi dan kugigit pelan putingnya, Toni cuma bisa mendesah lirih.<br />
<br />
"<i>Akh..enak mbak akhh</i>"<br />
<br />
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat penisnya yang gagah sudah sedikit tercetak dan nongol kepalanya di celana renang adikku dan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.<br />
<br />
<br />
"<i>wah Ton punya kamu OK juga nih lebih bagus dari punya mas Doni</i>"<br />
<br />
Adikku cuma tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan aku lakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang, Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba vaginaku, kemudian kusuruh Toni menjilati vaginaku, Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya kearah vaginaku, dan Toni mulai menjilati permukaan vaginaku.<br />
<br />
"<i>Akh Ton enak sekali terus akh... yaa disitu ton enak akhh... terus ton terus akkhh...</i>"<br />
<br />
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati vaginaku. Aku sudah nggak tahan, kudorong tubuh adikku kekursi lagi, kemudian kupegang penisnya dan kuarahkan ke vaginaku, Toni kelihatannya sedikit tegang, saat kepala penisnya menyentuh permukaan vaginaku Toni menahan nafas dan mengerag saat aku menekan tubuhku kebawah dan penisnya masuk seluruhnya ke vaginaku,<br />
<br />
"<i>Akh... mbak... enak sekali... hangat.. yeah... ayo mbak terusin...</i>"<br />
<br />
Aku lalu bergerak, menggoyangkan pantatku ke atas dan kebawah dan kadang kuputar-putar, tangan adikku kusuruh meremas-remas payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku bergerak semakin lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk tumpuan dan beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan gerakannya mulai nggak karuan kadang memegang pantaku, kadang meremas payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir samapi dan berusaha menahannya,<br />
<br />
"<i>Akh.. mbak aduh... Toni mau keluar mbak...</i>"<br />
<br />
"<i>Tahan Ton mbak sebentar lagi akhh...</i>"<br />
<br />
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu aku menekan tubuh adikku dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku,<br />
<br />
"<i>Toni nggak tahan lagi mbak... akh... mbak toni keluar mbak akhh...</i>"<br />
<br />
Pantatnya terangkat keatas seperti ingin menusuk vaginaku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga dengan aku otot vaginaku menekan penisnya dan kurasakan vaginaku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani addikku yang menyemprot sangat banyak di vaginaku.<br />
<br />
Tubuh kami basah oleh keringat dan kemudain kupelul tubuh adikku menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas adikku mulai teratur dan kurasakan penisnya mulai mnegecil divaginaku namun pantatku masih tetap bergoyang di atas tubuhnya,<br />
<br />
"<i>Mbak enak sekali makasih ya mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan</i>"<br />
<br />
"<i>Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik mbak cukup hebat walau baru pertama kali tapi mbak sangat puas sekali dan mbak pengen sekali lagi bolehkan Ton</i>"<br />
<br />
"<i>Wah Toni juga mau mbak</i>"<br />
<br />
Kucabut penisnya dari vaginaku dan kembali kurasakan orgasme saat mencabutnya. Penis adikku sudah mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni lalu duduk dipinggir kursi dan aku kemudian menjilati penisnya, Toni kembali mendesah<br />
<br />
"<i>Ssshhh enak mbak</i>"<br />
<br />
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku, aku kembali terangsang dan penis Toni dengat cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal dilututnya. Dikolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.<br />
<br />
Kemudian kurasakan Toni berusaha memasukan penisnya tapi selalu meleset, aku cuma tertawa keci, lau kubantu dia kupegang penisnya dan kuarahkan ke vaginaku. Toni cuman nyengir dan kemudian dia menekan penisnya kevaginaku. Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa penisnya keluar masuk vaginaku, nafasnya juga mulai memburu, aku menikmati tekenan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.<br />
<br />
"<i>Akh enak sekali Ton, yang keras ton akh...</i>"<br />
<br />
"<i>Akhh mbak kita pindah di kursi ya disini nggak enak</i>"<br />
<br />
Toni lalu mengangkat tubuhu, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi. Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai memompa penisnya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku mengimbangi gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku kekiri dan kekanan dan kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai tidak teratur<br />
<br />
"<i>Lebih cepat Ton akh..</i>"<br />
<br />
"<i>Mbak Toni mau keluar mbak akh..</i>"<br />
<br />
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat aku lihat tubuh Toni mulai mengejang kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan penisnya lebih dalam lagi,<br />
<br />
"<i>Akh mbak Toni keluar mbak akhh mbak.. ngeakhh...</i>"<br />
<br />
Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku, tanpa mengeluarkan penisnya kususruh Toni berbalik dan aku mulai menggerakkan pantatku di atas tubuhnya. Penis Toni memang mengecil tapi lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak nggak karuan di atas tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme, kupeluk erat-erat tubuh Toni dan setalh agak tenang, karena aku tahu kalau Toni belum keluar kemudian aku turun dan mengulum penisnya. Toni menggerakkan pantanya kekiri dan kekanan dan kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian penisnya seperti mengembang didalam mulutku,<br />
<br />
"<i>Akh Toni keluar mbak akhh...</i>"<br />
<br />
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman, dan tanpa sadar kami tertidur di kursi kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku diatas tubuhnya.<br />
<br />
Sore hari kami dikejutkan oleh suara klakson mobil dan kami buru-buru bangun aku memakai bajuku yang berserakan di pingir kolam dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya dan berlari ke kamarnya. Saat makan malam kakiku mengeranyangi kakinya dan jari kakiku menekan penisnya yang mulai mengembang. Kedua orang tuaku sedikit keheranan dengan kelakuan kami tapi mereka tidak pernah tahu dengan apa yang telah terjadi diantara kami. Malamnya seusai makan malam aku langsung masuk kamar begitu juga Toni dan tengah malam aku terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami melakukannya lagi. <br />
<br />
Sejak saat itu secara sembunyi-sembunyi kami melakukannya, bahkan setelah aku menikah dengan pacarku kamipun masih sering melakukannya terutama saat suamiku sedang dinas keluar kota. Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang dan bahkan cinta gelap kami ini membuahkan putra pertamaku yang sekarang sudah berusia 9 tahun. Saat pernikahan Toni aku memberikan sebuah kado dan setelah malam pengantinnya kami melakukannya di gudang belakang rumah saat semua orang sudah terlelap. Toni bilang biarpun istrinya sekarang masih gadis tapi tidak ada yang menyaingi aku. Makanya suamiku sangat betah di rumah karena servisku yang sangat memuaskan, tanpa tahu kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.<br />
<br />
<center>
<b>E N D</b></center>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-17500899312986986152012-12-08T22:25:00.000+07:002012-12-08T22:25:00.275+07:00Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 2)<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya-1.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya</b></a> sebelumnya <i>"Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi," Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.</i><br />
<br />
Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.<br />
<br />
"<i>Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?</i>" ledeknya sambil berbisik.<br />
<br />
"<i>Kan lain jurusan,</i>" aku membela diri. "<i>Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … </i>" Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">***</div><br />
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.<br />
<br />
"<i>Kok bengong, ayo masuk,</i>" Mbak Indah mencubit lenganku. "<i>Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.</i>"<br />
<br />
Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.<br />
<br />
"<i>Nih, minum dulu, habis itu mandi,</i>" kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.<br />
<br />
"<i>Kan tadi udah mandi Mbak,</i>" kataku.<br />
<br />
"<i>Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,</i>" Mbak Indah tampak cemberut. "<i>Kalau gitu, aku duluan mandi,</i>" katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.<br />
<br />
"<i>Mbak,</i>" Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. "<i>Aku mau mandi, tapi bareng ya?</i>"<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-TwarC9JpaBA/UMNNCxUhESI/AAAAAAAAAzc/XPkLuWpiewI/s1600/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya" border="0" class="gambar" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-TwarC9JpaBA/UMNNCxUhESI/AAAAAAAAAzc/XPkLuWpiewI/s320/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya.jpg" title="CeritaHD - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya" width="320" /></a></div>"<i>Ih, maunya .. </i>" Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.<br />
<br />
"<i>Katanya mau mandi?</i>" setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.<br />
<br />
"<i>Ih, nakal,</i>" kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.<br />
<br />
"<i>Sakit Mbak,</i>" aku meringis.<br />
<br />
"<i>Biarin,</i>" kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.<br />
<br />
Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.<br />
<br />
"<i>Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,</i>" lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.<br />
<br />
Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.<br />
<br />
Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.<br />
<br />
Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu.<br />
<br />
Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …<br />
<br />
"<i>mmmmhhhh …. </i>" bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, "<i>Aaaaaahhh,</i>" nikmat luar biasa.<br />
<br />
Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.<br />
<br />
Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya.<br />
<br />
Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian.<br />
<br />
Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.<br />
<br />
"<i>Oooooooooooohh ,</i>" Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku.<br />
<br />
Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku.<br />
<br />
"<i>Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,</i>" desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.<br />
<br />
Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.<br />
<br />
"<i>Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,</i>" aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.<br />
<br />
"<i>Aaaah… Hoooohh,</i>" aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.<br />
<br />
"<i>Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,</i>" beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.<br />
<br />
"<i>Hampir lupa ya?</i>" lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">***</div>Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.<br />
<br />
"<i>Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.</i>"<br />
<br />
Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.<br />
<br />
"<i>Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!</i>" Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal. <br />
<br />
<center><b>T A M A T</b></center>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-66504258649099322052012-12-08T21:29:00.008+07:002012-12-08T21:29:49.849+07:00Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 1)<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya-1.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya.</b></a> Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan "<i>naik pangkat</i>" jadi penasihat.<br />
<br />
Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.<br />
<br />
"<i>Didik .. </i>" aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. "<i>Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,</i>" kata Sarah setelah aku mendekat.<br />
<br />
"<i>Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,</i>" jawabku.<br />
<br />
"<i>Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,</i>" Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-TwarC9JpaBA/UMNNCxUhESI/AAAAAAAAAzc/XPkLuWpiewI/s1600/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya" border="0" class="gambar" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-TwarC9JpaBA/UMNNCxUhESI/AAAAAAAAAzc/XPkLuWpiewI/s320/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya.jpg" title="CeritaHD - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya" width="320" /></a></div>
"<i>Dik, kamu pacaran sama Nita ya?</i>" tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.<br />
<br />
"<i>Emangnya, ada apa sih?</i>" aku balik bertanya.<br />
<br />
"<i>Enggak ada apa-apa sih .. </i>" Sarah berhenti sejenak. "<i>Emmm, pengin nanya aja.</i>"<br />
<br />
"<i>Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,</i>" jawabku datar.<br />
<br />
"<i>Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,</i>" kata Sarah lagi.<br />
<br />
"<i>Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,</i>" bantahku.<br />
<br />
"<i>Paling juga pakai alasan kuno <b>‘Cuma temenan’</b>,</i>" Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. "<i>Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.</i>"<br />
<br />
"<i>Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.</i>"<br />
<br />
Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.<br />
<br />
"<i>Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?</i>" tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.<br />
<br />
"<i>Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,</i>" jawabku.<br />
<br />
"<i>Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?</i>" tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.<br />
<br />
"<i>Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?</i>" aku gantian bertanya.<br />
<br />
"<i>Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,</i>" elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
*****</div>
<br />
Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’.<br />
<br />
Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.<br />
<br />
Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.<br />
<br />
Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita.<br />
<br />
Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.<br />
<br />
"<i>Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!</i>" katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.<br />
<br />
"<i>Maksud Mbak, apa?</i>" aku bertanya tidak mengerti.<br />
<br />
"<i>Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!</i>" katanya lagi.<br />
<br />
"<i>Ini ada apa sih Mbak?</i>" aku makin bingung.<br />
<br />
"<i>Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,</i>" aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul.<br />
<br />
"<i>Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?</i>" aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.<br />
<br />
"<i>Eh, malah senyam-senyum,</i>" hardiknya sambil melotot.<br />
<br />
"<i>Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,</i>" kataku.<br />
<br />
"<i>Lucu kepalamu,</i>" Mbak Indah sewot.<br />
<br />
"<i>Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!</i>" Aku tersenyum menggodanya.<br />
<br />
"<i>Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!</i>" Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.<br />
<br />
"<i>Mbak cakep deh kalau marah-marah,</i>" makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.<br />
<br />
"<i>Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!</i>" kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.<br />
<br />
Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu.<br />
<br />
"<i>Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,</i>" kataku mengakhiri penjelasanku.<br />
<br />
"<i>Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?</i>" Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.<br />
<br />
"<i>Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,</i>" kataku lagi.<br />
<br />
"<i>Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?</i>"<br />
<br />
Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.<br />
<br />
"<i>Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,</i>" kataku sambil garuk-garuk kepala.<br />
<br />
Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.<br />
<br />
Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.<br />
<br />
"<i>Baca di rumah,</i>" bisiknya.<br />
<br />
<center>
***</center>
<br />
Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.<br />
<br />
"<i>Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,</i>" Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.<br />
<br />
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Dari-Adiknya-Dapat-Kakaknya-2.html"><b>Bersambung .. Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 2)</b></a>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-45524475490632538792012-12-02T08:23:00.001+07:002012-12-02T08:23:56.666+07:00Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA (Part 2)<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Pengalaman-Sex-Pertamaku-Waktu-SMA-1.html">Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA</a> sebelumnya <i>Melihat suasana yang mendukung, Andi segera melancarkan jurus baru yang membuatku semakin terlena. Dia menciumi pantatku dengan lembut. Mulainya perlahan, dari pantat yang kiri kemudian yang kanan. Setelah mencium seluruh permukaan pantatku, Andi mulai menjilati keduanya. Aku sampai memejamkan mata karena asyiknya. Geli sekali tapi enak. Membuat bulu kudukku berdiri. Pantatku sampai tegang dan merapat. Suaraku masih menyuruh Andi keluar, tapi hatiku masih menginginkan dia meneruskan aksinya.</i><br />
<br />
Saat itu perasaanku campur aduk. Otakku sudah lepas kontrol. Karena Andi merasa aku hanya setengah hati menyuruhnya keluar, dia semakin berani. Dia berpindah ke depan dan menempelkan mulutnya di daerah kemaluanku. Dengusan napasnya yang hangat sampai di antara pahaku. Aku bergetar dan mulai menyukainya. Aku diam saja waktu dia menciumi dan menjilati daerah itu sampai celana dalamku basah. Aku merasa otot-otot di sekitar kemaluanku mengejang. Rasanya seperti merapat terus.<br />
<br />
Dia terus menjilati dan menyedot sambil tangannya meremas-remas pantatku.<br />
<br />
"<i>Aahh..!</i>" hanya desahan tertahan itu yang keluar dari mulutku.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA" border="0" class="gambar" height="350" src="http://1.bp.blogspot.com/-XpCam4WN1gg/ULqrQL4E4sI/AAAAAAAAAtY/GAKPkRUc6rY/s320/CeritaHD-Pengalaman-Sex-Pertamaku-Waktu-SMA.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku" width="300" /></a></div>
Pantatku menegang terus karena geli dan nikmat. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan, karena ini pengalaman baru bagiku. Aku hanya merasakan dan merasakan. Suaraku tenggelam dalam suara keras house music yang berdebam-debam.<br />
<br />
Kemudian Andi melakukan suatu hal yang paling mengejutkan seumur hidupku. Dengan beraninya dia menurunkan celana dalamku sampai ke paha. Aku malu sekali. Dia melihat hal yang tidak boleh dilihat. Dia melihat kemaluanku. Matanya tepat di depan kemaluanku. Sesuatu yang tidak pernah dilihat pria manapun sejak ditumbuhi bulu. Aku malu sekali dan menyuruhnya menghentikan perbuatannya. Tapi dia malah melepaskan celana dalamku sampai ke bawah.<br />
<br />
Aku hampir marah padanya sampai tiba-tiba aku merasa ada benda lembut dan hangat lewat di antara paha yang kurapatkan menyentuh permukaan kemaluanku.<br />
<br />
"<i>Aahh..!</i>" aku menjerit tertahan.<br />
<br />
Antara kaget dan geli, kusadari dia menjilati kemaluanku. Lembut sekali. Mendadak kemarahanku hilang tidak berbekas, bahkan ingin dia tetap meneruskan. Aku memejamkan mata dan mengerang. Aku berpegangan pada sisi tangga dan meja minuman. Lidahnya bermain ke sana kemari. Benar-benar nikmat. Tanpa terasa aku semakin melebarkan kakiku.<br />
<br />
"<i>Ahh..!</i>" jilatannya semakin terasa.<br />
<br />
Seakan tahu keinginanku, Andi memasukkan wajahnya di antara pahaku dan menjilati kemaluanku sepuas-puasnya. Seluruh kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. Kemudian dengan kuat dia menghisap kemaluanku. Rasanya seluruh cairanku terhisap keluar. Badanku menegang seperti orang kesetrum.<br />
<br />
Setelah itu, lidahnya menjulur keluar masuk secara terus menerus namun lembut. Terbersit perasaan malu, namun nafsuku mengalahkannya. Pikiranku sudah terbang ke khayangan.<br />
<br />
Uuhh..! Apalagi aku merasakan lidahnya bermain di antara belahan bibir kemaluanku. Dihisap, dikulum, dijilat dan diciumi. Sampai pada tahap lidahnya memainkan klitorisku.<br />
<br />
Uuahh… Sensasinya, benar-benar membuatku terlena. Dengan ujung lidahnya dia menjilati klitorisku. Ke atas ke bawah, berputar dan kadang dengan seluruh permukaan lidahnya yang lebar, melewati klitorisku ke depan dan ke belakang.<br />
<br />
Aku sudah tidak perduli pada sekeliling. Toh suasana gelap. Aku membiarkan Andi menjilati dan memainkan kemaluanku. Celana dalamku terasa mengganggu sehingga aku membiarkan Andi melepaskannya dari kakiku. Kemudian salah satu kakiku dinaikkan ke pundaknya. Aahh… Semakin nikmat. Aku membiarkan dia menghisap sambil kedua tangannya menyibak bibir kemaluanku. Aku merasa kemaluanku terbuka lebar dan bagian dalamnya dijilati oleh lidahnya yang lembut.<br />
<br />
Luar biasa..! Benar-benar nikmat tidak terkira. Aku seperti orang gila yang menahan erangan. Ingin rasanya aku berteriak merasakan aksinya sepuas-puasnya.<br />
<br />
Dalam waktu kira-kira sepuluh menit dia mengerjai kemaluanku, aku merasa ada dorongan aneh. Seluruh otot di daerah kemaluanku mengejang dan rasanya seperti ada sesuatu yang mau keluar dari kemaluanku. Aku tidak dapat menahan dan mencengkram pinggiran meja dengan kuat. Andi tetap menjilati klitorisku dengan cepat. Dan akhirnya, setelah perasaan yang tidak dapat kugambarkan karena nikmatnya, aku menjadi lemas, lemas sekali. Seakan-akan seluruh tulangku lepas. Aku sempoyongan. Untungnya Andi sigap dan menyangga kedua kakiku.<br />
<br />
Dengan susah payah aku berpegangan pada tangga dan Andi keluar dari rokku dan memapah pundakku. Kemudian kami menyadarkan diri di tangga dan dia mengambil minuman segar dan menawarkan padaku. Aku mengangguk malu. Setelah kami berdua minum, dia segera mencium pipiku seperti biasa dan menanyakan padaku apa aku suka dengan tindakannya tadi. Ciumannya terasa lain. Lebih lembut. Aku pura-pura marah dan mengatakan aku tidak suka. Tapi Andi kembali mencium pipiku dan menggodaku dengan bertanya enak mana dihisap, dijilat atau dikulum? Aku memukul bahunya sambil menyembunyikan wajahku yang tersipu.<br />
<br />
Aku masih malu sekali mengingatnya. Mungkin kalau lampunya terang dia dapat tertawa melihat wajahku yang tidak karuan. Sambil mengantongi celana dalamku yang jatuh di lantai dia berkata kalau pernah lihat BF dan ingin mempraktekkan apa yang dilihat. Terutama dia penasaran dengan kemaluan cewek. Penasaran apakah cewek memang bereaksi seperti itu atau hanya acting saja. Karena itu waktu melihat celana dalamku yang seksi itu dia penasaran ingin mencobanya.<br />
<br />
Sialan, terus aku yang dijadikan kelinci percobaan pikirku.<br />
<br />
"<i>Tapi itu nggak akan membuatku hamil kan..?</i>" aku bertanya polos.<br />
<br />
Dia tertawa dan berkata, "<i>Gile kamu Cin, nggak ada yang masuk ke kemaluanmu kok. Kamu masih perawan, bagaimana bisa hamil..? Lagipula aku nggak akan merusak masa depanmu. Aku sayang banget sama kamu.</i>"<br />
<br />
Lega juga mendengar perkataannya.<br />
<br />
Aku sudah berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana kalau aku hamil..? Bagaimana kalau aku sudah tidak perawan..? Bagaimana kalau aku tidak kawin dengannya..? Namun aku lega semuanya tidak akan terjadi.<br />
<br />
Malam itu aku meneruskan pesta sampai pulang tanpa menggunakan celana dalam, rasanya aneh, dingin. Sedang otot-otot kemaluanku masih berdenyut-denyut nikmat seperti perasaan mau pipis. Soalnya ini pertama kali aku orgasme. Ternyata asyik dan menegangkan juga berada di antara teman-teman tidak memakai celana dalam. Dan mereka tidak tahu. Celana dalamku yang basah dimasukkan tasnya Andi bersama pakaian gantinya. Dia janji akan mengantarkan lewat pos. Sialan dia.<br />
<br />
Sejak saat itu aku semakin akrab dengan Andi. Aku terkadang masih suka membayangkan perbuatannya pada kemaluanku. Kenikmatannya yang mengasyikkan. Andi juga semakin dekat padaku. Kemana-mana makin sering berdua. Sampai teman-teman mengira kami jadian. Kalau di rumah tidak ada orang, kami sering mandi bersama. Dan Andi masih sering melakukan kesukaannya mengerjai kemaluanku sampai aku orgasme, kali ini sambil meremas-remas payudaraku.<br />
<br />
Aku juga mulai belajar menghisap burungnya Andi. Lewat BF, aku belajar merangsang burung agar mencapai orgasme. Soalnya aku kasihan melihat dia selalu onani setelah memuaskan aku. Andi baik juga, dia tidak memaksaku melakukan itu. Dia hanya senang kalau aku orgasme. Aku jadi semakin tidak enak mendengarnya. Maka itu aku cari kesempatan mempraktekkan ‘ilmuku’ saat rumahku kosong.<br />
<br />
Di siang hari, di rumah aku sering sendirian. Kakak perempuanku sekolah di luar negeri, sedang ayahku kerja sampai sore. Kalau ibuku sering aktif di beberapa organisasi sejak aku SMA. Tinggal pembantuku yang agak-agak lugu.<br />
<br />
Ketika kesempatan itu tiba, aku segera mengontak Andi agar datang ke rumahku. Segera setelah Andi masuk ke kamarku, aku menyampaikan maksudku. Andi hanya tertawa dan segera meremas-remas lembut kedua payudaraku. Aku bilang kalau aku serius. Tapi dia tidak perduli, malah tangannya meraba-raba kemaluanku.<br />
<br />
Kemudian dia membuka dasterku sehingga aku hanya pakai celana dalam saja. Kemudian tangannya masuk ke celana dalamku. Dia meremas kemaluanku. Kudorong dia ke ranjangku, kemudian kukunci pintu dan kunyalakan BF di bagian yang sudah kupelajari. Kemudian kubuka celananya.<br />
<br />
Pertama kalinya, sambil melihat BF di kamarku, aku mulai dengan memegang seluruh bagian burung. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi saat menggenggam burungnya secara langsung. Mulai kepalanya, batangnya dan telurnya. Kemudian kuusap-usap. Andi memejamkan mata dan mendesah.<br />
<br />
Kupikir, "<i>Wah.., bisa nih..!</i>"<br />
<br />
Terus aku mulai dengan mengurutnya seperti cara dia onani. Perlahahan-lahan, kemudian makin cepat. Andi bergetar seperti orang kedinginan. Kepala burungnya mulai basah. Aku semakin hanyut oleh perasaan. Senang rasanya kalau dapat membuatnya orgasme. Lalu kulihat di BF, si cewek mulai memasukkan burung lawan mainnya ke mulut dan memainkannya dengan lidah. Perlahan kucoba mendekatkan mulutku ke burungnya. Dengan jelas kulihat kepala burungnya yang merah dan basah. Aku terhenti sejenak.<br />
<br />
Kemudian Andi berkata kalau aku tidak siap tidak usah. Justru perkataannya semakin membuatku merasa egois. Dia tidak jijik kok aku merasa jijik. Dengan cepat kumasukkan kepala burungnya ke mulutku. Andi mengerang dengan keras. Rasanya aneh. Seperti rasa besi. Hihihi… Aku melirik ke arah TV melihat apa saja yang dilakukan si cewek dan bagaimana reaksi si cowok. Soalnya aku penasaran.<br />
<br />
Kuhisap perlahan naik turun sambil tanganku mengelus-elus telurnya. Konon katanya telur itu kalau diusap-usap nikmatnya sebanding dengan kalau puting payudaraku diusap-usap. Perasaan aneh karena bau dan rasa burung yang asing segera hilang melihat Andi mengerang-erang dan memejamkan matanya karena nikmat. Aku ingat perasaanku saat itu. Aku segera meneruskan aksiku.<br />
<br />
Kulihat di TV si cewek meneteskan ludahnya ke kepala burung dan menjilatinya. Aku menirunya. Woow.., si Andi tampak menikmatinya. Lalu kujilati batang burungnya dari pangkal sampai ujung kepalanya. Lalu kuhisap lagi sedalam-dalamnya, terus keluar masuk sambil tanganku mengelus-elus telurnya.<br />
<br />
Setelah berbagai gaya mengerjai burung kulancarkan, Andi terlihat akan mencapai klimaks. Sambil merintih dia memintaku mengocoknya. Aku mengocoknya dengan kecepatan tinggi sehingga dia makin kejang-kejang tidak karuan. Aku tidak mengerti kecepatan yang sesuai bagaimana. Tiba-tiba dari kepala burungnya menyemprot cairan putih banyak sekali ke atas, kemudian jatuh. Sebagian mengenai rambutku, sebagian jatuh lagi ke pahanya.<br />
<br />
Di TV kulihat si cewek cepat-cepat memasukkan burung cowoknya ke mulut begitu orgasme. Aku menirunya. Kumasukkan burungnya ke mulutku dan kuhisap perlahan naik turun. Andi berkata sesuatu tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas karena dia bergetar hebat. Seluruh otot perut dan pantatnya mengejang. Kuhisap terus burungnya sampai mulutku penuh cairan putih itu. Tiba-tiba burung Andi menjadi loyo tidak bertenaga. Aku sempat bingung. Terus terlihat Andi yang terkapar tidak berdaya.<br />
<br />
Dia berkata lagi bahwa spermanya jangan diminum. Aku baru sadar bahwa mulutku penuh sperma sampai menetes ke badanku. Rasanya aneh, hangat dan agak asin. Aku memuntahkan sperma Andi ke wastafel, kemudian kumur. Rasa burung dan sperma seakan-akan mendominasi mulutku sampai agak lama.<br />
<br />
Kata pertama yang diucapkan Andi waktu aku kembali adalah, "<i>Hebatnya kocokanmu, sampai burungku mau lepas..!</i>"<br />
<br />
Aku agak bingung pertamanya. Baru setelah itu kusadari kalau kocokanku terlalu cepat. Hihihi. Maklum baru pertama. Saat itu perasaanku senang sekali dapat membalas ‘jasa’ Andi memuaskanku. Jadi kini aku dapat juga memuaskan Andi.<br />
<br />
Kadang kala timbul keinginan memasukkan burungnya ke dalam kemaluanku, tapi Andi selalu menolak. Aku sendiri kalau sedang nafsu tidak mampu mengontrol diriku sendiri.<br />
<br />
Sampai saat ini, setelah sekian lama berlalu, pengalaman itu tidak akan pernah kulupakan. Pengalaman peramaku mencapai orgasme tanpa kehilangan keperawanan dan pelajaran memuaskan pria tanpa berhubungan. <br />
<br />
<center>
<b>T A M A T</b></center>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-50663202095487160212012-12-02T08:20:00.003+07:002012-12-02T08:20:58.837+07:00Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA (Part 1)<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Pengalaman-Sex-Pertamaku-Waktu-SMA-1.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA.</b></a> Cerita sex panas ini bener-bener ga bisa kulupakan. Pengalaman sex yang menggelikan tiap kali aku mengingatnya. Hanya disini dan pertama kali ini aku akan menceritakan pengalaman sex pertamaku ini. Siap-siap saja kalian tersenyum geli waktu membacanya, cerita sex pengalaman pertama yang aneh, seru dan menggelikan… hihihi… tapi ini bener-bener terjadi lohhh.<br />
<br />
OK.. sebelumnya perkenalkan, sebut saja namaku Cindy umur 20 tahun. Aku akan menceritakan kisah seruku waktu masih duduk di bangku kelas 2 SMA di Surabaya. Aku sekolah di SMA swasta Katolik terkenal. Aku termasuk anak yang pandai di kelas namun tidak kuper. Temanku banyak, karena aku orangnya seru dan gokil. Dan aku juga suka pesta, bukan pesta sex lho he2… Beberapa waktu sekali aku dan teman teman ’se-gank’ suka mengadakan pesta di berbagai tempat. Kalau lagi ada uang kami bahkan menyewa restoran hotel untuk pesta. Dengan mengundang teman-teman seangkatan, kami patungan untuk menyewa tempat. Kadang di Westin, Sheraton, Shangri-la atau Majapahit.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://ceritahd.blogspot.com/" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA" border="0" class="gambar" height="350" src="http://1.bp.blogspot.com/-XpCam4WN1gg/ULqrQL4E4sI/AAAAAAAAAtY/GAKPkRUc6rY/s320/CeritaHD-Pengalaman-Sex-Pertamaku-Waktu-SMA.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku" width="300" /></a></div>Aku sangat menikmati masa-masa SMA dulu, berkumpul dengan teman-teman. Meskipun aku anak yang pandai tidak berarti aku anak yang belajar melulu. Aku juga pernah ikut teman-teman bolos pelajaran atau eskul. Malah pernah aku terlibat ngerjai guru. Lucu sekali. Untung dengan wajahku yang polos ini aku dapat lolos dari hukuman. Aku bilang kalau aku tidak ikut-ikut. Dan para guru percaya. Yang kena ya teman-teman pria.<br />
<br />
Selain teman wanita, aku juga punya banyak teman pria. Tapi aku selalu memegang prinsip, bahwa selama belum kuliah aku tidak akan pacaran. Soalnya rugi. Aku tidak akan mendapatkan teman yang banyak. Beberapa dari mereka pernah berusaha menjadikanku pacar. Menurut mereka aku cukup keren dan asyik. Tapi aku ya menolak dengan halus sehingga tidak menyakiti perasaan mereka. Soalnya mereka juga teman sendiri. Kalau sakit hati kan persahabatan bisa bubar.<br />
<br />
Kupikir-pikir aku memang keren kok. Hihihi… Yang jelas aku rutin aerobic seminggu tiga kali. Postur tubuhku juga lumayan, tapi beberapa teman mengatakan aku agak kurus. Dengan tinggi 163 cm, beratku hanya 46 kg. Tapi biarlah tidak pa-pa. Yang penting kan sexy.<br />
<br />
Kejadian mendebarkan dan tidak akan terlupa kualami waktu pesta Valentine bulan Februari. Seperti biasa, kami segera mempersiapkan event besar ini dengan pesta yang heboh. Bahkan kami menentukan tema pesta kali ini. Seluruh undangan harus pakai kostum aneh. Asyik juga meskipun akhirnya tidak ada yang sewa kostum, hanya kostum bikinan sendiri hasil modifikasi bersama.<br />
<br />
Aku sendiri memakai gaunku yang model jaman kerajaan. Seperti gaun Cinderella dengan rok menggembung disumpal jalinan kain dan sejenis kawat lentur seperti kandang ayam. Payah juga. Agak mengganggu waktu duduk. Tapi saat aku memakainya aku seperti melihat wanita anggun tempo dulu. Hanya kurang payung kecil dan wig pirang. Aku mempersiapkan kostum ini semalaman dibantu Mamaku. Aku rasa ini akan jadi pesta Valentine terheboh sepanjang SMA.<br />
<br />
Karena pada saat itu semua hotel tidak menyewakan restorannya (karena masing-masing sudah punya pesta Valentine), maka kami sepakat untuk menggunakan villa salah satu teman kami di Trawas. Villa ini besar sekali dan full fasilitas. Kami sudah sering menginap beramai-ramai di tempat ini.<br />
<br />
Kami mengundang banyak sekali anak kelas 2. Maka saat kami memulai pestanya kami benar-benar seperti dalam acara besar. Ada yang berkaraoke, ada yang joget dan ada yang main billyard. Pokoknya kami menikmati seluruh fasilitas di villa.<br />
<br />
Mendekati puncak acara, yaitu disko ramai-ramai, aku pergi ke meja minuman untuk mengambil minum lagi. David temanku yang anak orang kaya itu mensponsori berbagai macam minuman, dari yang beralkohol sampai juice buah-buahan. Aku tertarik dengan minuman berwarna hijau daun yang entah sampai saat ini aku tidak tahu namanya. Mungkin Fanta, hihihi.<br />
<br />
Tiba-tiba dari bawah meja yang ditutupi taplak besar muncul salah satu temanku Andi.<br />
<br />
Aku kaget dan bertanya, "<i>Ngapain kamu?</i>"<br />
<br />
Dia bilang kalau mau bikin kejutan di tengah arena disko dengan muncul tiba-tiba pakai kostum Zorro. Aku hanya tertawa mendengarnya. Soalnya dari tadi Andi tidak muncul. Baru muncul sekarang dengan kostum Zorro-nya yang kacau balau.<br />
<br />
Sekedar informasi, Andi adalah sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan. Dari kecil kami selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju kembaran. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek perumahanku sekitar tahun 1980an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama Andi. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi ya kusimpan baik-baik saja. Yang tahu hanya sahabatku Rosa.<br />
<br />
Aku menyetujui usulnya. Kemudian dia bilang kalau dia butuh bantuanku. Dia mau sembunyi di dalam rokku yang besar, terus aku disuruh jalan ke tengah arena, dan dia segera muncul. Kemudian berlagak menyandera salah satu cewek. Jelas saja aku tidak mau. Kesenangan dia dong. Terus dia bilang kalau dia kan sudah sering lihat aku berenang. Buat apa malu. Lagipula ini kan teman-teman sendiri.<br />
<br />
Setelah kupikir-pikir, oke lah. Dia toh sudah sering melihatku pakai baju renang maupun baju senam kok. Dan aku tidak malu. Selama ini Andi juga tidak pernah kurang ajar padaku. Malah cenderung memperhatikan dan menyayangiku.<br />
<br />
Kemudian setelah mendapat persetujuanku, dia segera mempersiapkan topengnya dan masuk ke dalam rokku. Tidak ada yang melihatnya masuk ke dalam rokku, karena meja minuman ini ada di sudut samping tangga, agak jauh dari kerumunan. Jadi semua berjalan lancar. Aku senyum-senyum saja membayangkan rencana si Andi. Sebenarnya risih juga ada seorang pria, meskipun si Andi, berada dekat sekali dengan daerah pinggulku. Tapi kupikir toh dia sudah sering lihat. Aku merasa dia sedang membetulkan posisinya di dalam rokku. Memang rokku besar juga dan Andi orangnya kurus. Tapi pasti cukup sulit bagi orang setinggi kira-kira 175 cm untuk bergerak.<br />
<br />
Tiba-tiba bagai disambar petir, aku baru ingat kalau aku ternyata hanya pakai celana dalam terbaruku yang model G-string. Model celana dalam yang bagian depannya kecil sekali dan bagian belakangnya masuk di antara pantatku. Selain itu aku hanya pakai stocking warna coklat. Wajahku mendadak bersemu merah. Jantungku berdebar. Andi belum pernah melihat pantatku terbuka sedemikian rupa. Dia pasti melihat pantatku. Aku segera panik dan berusaha memanggil Andi.<br />
<br />
Aku baru sadar kalau Andi diam saja di dalam rokku. Aku hanya merasakan hembusan napasnya di pahaku. Berarti dia sedang melihat daerah kemaluanku. Aku menepuk-nepuk rokku dan berusaha memanggilnya. Tapi dia diam saja. Kemudian kulihat Rosa dan Dewi menghampiriku. Mereka mengambil minum dan menanyakan kenapa aku berdiri di pojok terus. Kok tidak bersama teman yang lain.<br />
<br />
Sementara aku bercakap-cakap dengan Rosa dan Dewi, aku merasa kalau Andi berpindah ke belakang. Sial. Dia pasti sedang menikmati pantatku yang montok. Aku merasa hembusan napasnya yang dekat sekali. Sedetik kemudian dia mulai meraba pantatku. Aku tersentak, sehingga Rosa bertanya. Aku berusaha menjelaskan kalau aku hanya kaget karena minuman yang kuambil ternyata tidak enak. Aku segera berlagak mengganti dengan minuman yang lain.<br />
<br />
Dalam hatiku berkata, "<i>Awas kamu Ndi..!</i>"<br />
<br />
Sebenarnya aku bisa saja menolak dengan mengangkat rokku atau bergerak ke samping, sehingga Andi keluar. Tapi ada perasaan aneh dan mendebarkan kala Andi meraba pantatku. Aku merasakan sensasi yang aneh yang belum pernah kurasakan.<br />
<br />
Tahu kalau aku tidak marah, Andi semakin berani. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut, dari batas pinggul ke bawah terus hingga daerah selangkangan. Kemudian dia mengusap-usap perlahan dengan gerakan tidak beraturan. Kadang berputar lebar, kemudian makin ke tengah. Aku begitu menikmatinya walau aku terus berbicara dengan Rosa dan Dewi. Entah rona wajahku berubah atau tidak.<br />
<br />
Kemudian Rosa mengajakku karaoke. Aku bilang kalau aku masih mau mencobai minuman yang ada. Setelah Rosa dan Dewi pergi dengan keheranan, aku setengah berbisik memanggil Andi. Kutepuk kepalanya (kira-kira) dan kusuruh segera keluar meskipun sebenarnya aku penasaran.<br />
<br />
Andi hanya berkata, "<i>Sebentar..!</i>" sambil tetap meneruskan aksinya.<br />
<br />
Kemudian disco time mulai. Lampu mulai dipadamkan, hanya lampu disko mini punya Samuel yang dinyalakan. Sehingga suasana cenderung gelap. Hanya arena disko yang agak terang dengan lampu warna warni. Kulihat beberapa pasangan mulai larut dalam kegelapan. Ada yang asyik berciuman, ada yang berdansa mesra, bahkan kulihat pasangan yang asyik petting di sofa. Aku mengingatkan Andi untuk segera memulai aksinya. Namun dia diam saja. Aku jadi salah tingkah.<br />
<br />
Melihat suasana yang mendukung, Andi segera melancarkan jurus baru yang membuatku semakin terlena. Dia menciumi pantatku dengan lembut. Mulainya perlahan, dari pantat yang kiri kemudian yang kanan. Setelah mencium seluruh permukaan pantatku, Andi mulai menjilati keduanya. Aku sampai memejamkan mata karena asyiknya. Geli sekali tapi enak. Membuat bulu kudukku berdiri. Pantatku sampai tegang dan merapat. Suaraku masih menyuruh Andi keluar, tapi hatiku masih menginginkan dia meneruskan aksinya.<br />
<br />
<blink><b>Bersambung .. <a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Pengalaman-Sex-Pertamaku-Waktu-SMA-2.html">Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA (Part 2)</b></a></blink>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-60370205251866624752012-12-02T02:04:00.004+07:002012-12-02T02:04:54.271+07:00Cerita Hot Dewasa - Rosa, Adik Istriku<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/12/CeritaHD-Rosa-Adik-Istriku.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Rosa, Adik Istriku.</b></a> Usiaku sudah hampir mencapai tiga puluh lima, ya... sekitar 3 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 7 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.<br />
<br />
Jadi... begini nih ceritanya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-U2dd6_hj9xU/ULpS_fUexcI/AAAAAAAAAtE/xU15TlQRvPM/s1600/CeritaHD-Rosa-Adik-Istriku.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Rosa, Adik Istriku" border="0" class="gambar" height="150" src="http://4.bp.blogspot.com/-U2dd6_hj9xU/ULpS_fUexcI/AAAAAAAAAtE/xU15TlQRvPM/s200/CeritaHD-Rosa-Adik-Istriku.jpg" title="Cerita Hot Dewasa - Rosa, Adik Istriku" width="200" /></a></div>
Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.<br />
<br />
Pagi sekitar pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Rosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Rosa mengganti celana anakku, "<i>Kemana mamanya, Sa...?</i>" tanyaku. "<i>Lagi ke pasar Bang</i>" jawabnya "<i>Emang gak diberi tau, ya?</i>" timpalnya lagi. Aku melihat Rosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia melihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku.<br />
<br />
"<i>Kenapa kamu?</i>" tanyaku heran "<i>hmm Anu bang...</i>" sambil melihat kembali ke bawah.<br />
<br />
"<i>Oh... maaf ya, Sa?</i>" terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe....<br />
<br />
Anehnya, Rosa hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "<i>Abis tempur ya, Bang. Mau dong...</i>" Katanya tanpa ragu "<i>Haaa...</i>" Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.<br />
<br />
Dua hari setelah mengingat pernyataan Rosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Rosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan "<i>saluran air</i>", aku berpapasan dengan Rosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.<br />
<br />
Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.<br />
<br />
"<i>Siapa?</i>" tanyaku<br />
<br />
"<i>Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang</i>" jawabnya.<br />
<br />
"<i>Oh iya, ada apa, Sa...?</i>" tanyaku lagi<br />
<br />
"<i>Bang, lampu di kamar aku mati tuh</i>"<br />
<br />
"<i>Cepatan dong!!</i>"<br />
<br />
"<i>Oo... iya, bentar ya</i>" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Rosa.<br />
<br />
Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.<br />
<br />
"<i>Sa, kamu pegangin nih kursi ya?</i>" perintahku "<i>OK, bang</i>" balasnya.<br />
<br />
"<i>Kok kamu belum pake baju?</i>" tanyaku heran.<br />
<br />
"<i>Abisnya agak gelap, bang?</i>"<br />
<br />
"<i>ooo...!?</i>"<br />
<br />
Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Rosa. Dan... braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Rosa..<br />
<br />
"<i>Ou...ou...</i>" apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.<br />
<br />
"<i>Maaf, Sa</i>"<br />
<br />
"<i>Gak apa-apa bang</i>"<br />
<br />
Anehnya Rosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.<br />
<br />
Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami, dengan berani kucium bibirnya, Rosa hanya terdiam dan tidak membalas.<br />
<br />
"<i>Kok kamu diam?</i>"<br />
<br />
"<i>Ehmm... malu, Bang</i>"<br />
<br />
Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Rosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.<br />
<br />
"<i>Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok</i>"<br />
<br />
"<i>Sa... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm</i>" Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Rosa tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.<br />
<br />
Sungguh indah dan harum memeknya Rosa, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.<br />
<br />
"<i>Adauuu.... sakiiit</i>" tentu saja ia melonjak kesakitan.<br />
<br />
"<i>Oh, maaf Sa</i>"<br />
<br />
"<i>Jangan seperti itu dong</i>" merintih ia<br />
<br />
"<i>Ayo lanjutin lagi</i>" pintanya<br />
<br />
"<i>Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang</i>" aturnya kemudian<br />
<br />
Tubuhku kini terlentang pasrah. Rosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.<br />
<br />
"<i>Ohhh... Sa, enak kali sayang, ah...?</i>" kalau yang ini entah ia pelajari dari mana, masa bodo ahh...!!<br />
<br />
"<i>Duh, gede amat barang mu, Bang</i>"<br />
<br />
"<i>Ohhh....</i>"<br />
<br />
"<i>Bang, Rosa sudah tidak tahan, nih... masukin punya mu, ya Bang</i>"<br />
<br />
"<i>Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan</i>" Rosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.<br />
<br />
"<i>Ouuu...ahhhhh....</i>" seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Rosa.<br />
<br />
"<i>Awwwh, Baaaang..... akhhhhh</i>" Rosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya.<br />
<br />
Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Rosa semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.<br />
<br />
"<i>Akhhhh... aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Awwwhhh??</i>"<br />
<br />
"<i>Jangan dulu Sa, tahan ya bentar</i>" hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Rosa genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Rosa terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.<br />
<br />
"<i>Ampuuuun...... ahhhh... trus, Bang</i>"<br />
<br />
"<i>Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih</i>"<br />
<br />
Rosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.<br />
<br />
"<i>Oughhhhh... abang juga mau keluar, Zzhaa</i>" kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Rosa membahana di ruang kamar.<br />
<br />
Erangan panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.<br />
<br />
"<i>Ouughhhhh.... ouhhhhhh</i>"<br />
<br />
"<i>Enak, Baaaangg....</i>"<br />
<br />
"<i>Iya sayang.... ehmmmmmm</i>" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Rosa dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.<br />
<br />
"<i>mmmmmmuaaachhhhh...</i>" dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.<br />
<br />
Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendong anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Rosa siap dan dimanapun aku siap. Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-83747066578838466962012-11-30T06:53:00.007+07:002012-11-30T06:53:53.915+07:00Cerita Hot Dewasa - Membaur Di Kampung (Part 2)<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/11/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung-1.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Membaur Di Kampung</b></a> sebelumnya <i>Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih karena sendirian di rumah. Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.</i><br />
<br />
"<i>E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke belakang saya unjukin tempatnya.</i>" kata mak Karta.<br />
<br />
Aku segera mengorek isi tas ku mengambil sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus oblong, juga sikat gigi.<br />
<br />
Makanya Nani juga kelihatannya bawa perlengkapan mandi nani juga. mereka masing masing menjinjing ember kecil. Mereka mau mandi juga nampaknya.<br />
<br />
Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah ditengah kebun singkong. Di situ hanya ada ponpa tangan dan ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga sama sekali terbuka. Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan apa pun. Ternyata kamar mandinya ya di pompa itu. Di situ hanya ada dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat. Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju mereka.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung-2.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Membaur Di Kampung" border="0" class="gambar" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-t8iJrnbjgpE/ULf0DQcHyDI/AAAAAAAAAp4/h96Vs8L_hz0/s320/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung.jpg" width="195" /></a></div>
Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja sambil pura-pura terlihat biasa sambil menyampirkan baju-bajuku dan membuka semua pakaianku kecuali celanda dalam yang memang bentuknya boxer.<br />
<br />
Si mak giat sekali memompa. Aku segera mengambil alih memompa. Astaga mereka berdua membuka semua bajunya sampai telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di pinggir ember. Dengan gayung bekas kaleng susu mereka membasahi semua badannya lalu menyabuni tubuhnya Aku terus memompa sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai mengembang.<br />
<br />
"<i>Udah itu mas air juga udah penuh masnya juga mandi sini, kata si mak,</i>"<br />
<br />
Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku berbalik dan segera melepaskan celana dalam, dan kugantungkan dengan bajuku. Kututup burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan mereka. Pembatas kami hanya ember.<br />
<br />
"<i>Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi masih malu ya mas,</i>" kata Mak karta.<br />
<br />
Aku hanya nyengir, "<i>Ah nggak mbak, Cuma burungku susah diatur,</i>" kataku berkilah.<br />
<br />
"<i>Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali,</i>" kata bu Karta.<br />
<br />
Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup montok mungkin ukuran 38, perutnya agak gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan ramping untuk seumuran dia, pantatnya buset gede banget, begitu juga pahanya. Badannya putih mulus pula.<br />
<br />
Nani badan gadis remaja Teteknya masih mancung menantang dengan putting kecil yang belum berkembang, jembutnya masih jarang sekali, berbeda sama jembut ibunya.<br />
<br />
Karena mereka cuek, aku juga cuek aja, meski pun barangku ngacung terus. Ah normal aja pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula pastilah on. Gitu dong mas jangan malu-malu, Komentar ibunya sambil dia mengambil semacam sabut untuk menggosokkan badannya. Aku diberinya satu sabut yang kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti gambas atau oyong. Aku tenang saja menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas sini aku gosok punggungnya dan mas gosok punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling menggosok. <br />
<br />
Mulanya aku menggosok punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak tertahan meremas pula tetek si Nani. Tapi dia diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku. Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh dia malah lama sekali berputar-putar menyabuni dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu kucium. Nani membalas. Aku udah kehilangan akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air. Tapi aduh ternyata burungku dilomot sama si ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini.<br />
<br />
Aku tidak bertahan lama segera muncrat di dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku. Aku segera menempelkan barang ku ke pantat si nani yang kupeluk dari belakang sementera tanganku sudah dari tadi mengorek-korek itil si Nani sampai dia muncak juga nampaknya. Aku kemudian berbalik ke si emak dan kurangkul dia lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan ganas. Tangan ku tak hanya meremas teteknya yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus mekinya. <br />
<br />
Aku mau balas dendam. Perlahan-lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya aku berlutut dan di depanku terpampang memek berjembut lebat. Lidahku mencari sendiri belahan memek sambil tanganku menyibak hutan rimba. Memeknya tidak ada baunya, malah cenderung bau sabun. Mulutku kubekap ke memeknya dan kaki kirinya kupanggul dipundakku. Si emak berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis. Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan sambil mengerang. Barangku jadi keras lagi aku segera berdiri dan kusuruh si emak membungkuk dengan sekali tusuk masuklah si dede ke meki emaknya dari belakang.<br />
<br />
Aku sungguh terpesona dengan pemandangan pantat yang demikian besar membulat aku tabrak-tabakkan badan ku ke pantat si emak dan si emak mengimbanginya dengan mendesis-desis. Nani yang jongkok sambil mengguyur badannya memperhatikan kelakuan kami. Kupanggil dia agar mendekat. Nani menurut lalu aku sambil memompa emaknya aku gerayangi badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah bilang "<i>udah-udah mas ampun mas saya lemes banget,</i>" katanya setelah dia meregang puncak orgasme.<br />
<br />
Sementara aku masih nanggung. Kini nani ku minta nungging dan segera dedeku kuarahkan ke memeknya dari belakang. Beda banget memek sianak dengan si Mak, Si Emak tadi mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak pake rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk. Aku kembali memompa dan karena ketatnya liang nani aku tidak mampu bertahan lama baru sekitar 5 menit aku sudah merasa akan meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu ku tembakkan ke udara bebas.<br />
<br />
Si emak lagi di duduk dilantai lemes. "<i>Si emas jago banget maennya,</i>" kata emak.<br />
<br />
Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera dibawanya masuk ke ruang tidur. Kamar tidur itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu. Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan namun dengan dua sprei yang berbeda corak. Aku disuruhnya istirahat tiduran. Dan mereka berdua juga ikut tidur mengapit aku.<br />
<br />
Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-sebentar nyium pipiku. "<i>Aku gemes sama si emas abis cakep sih,</i>" katanya.<br />
<br />
Karena matahari masih mencorong dan kami di dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan birahi tinggi maka badanku cepat sekali berkuah alias berkeringat. "<i>Panas banget boleh gak kita buka baju,</i>" kata ku menyebut diriku dengan kita menyesuaikan bahasa mereka.<br />
<br />
Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku segera bangkit dan melepas tidak hanya baju tetapi semua busana ku sampai aku telanjang bulat. "<i>Kok dibuka semuanya,</i>" kata si Nani.<br />
<br />
"<i>Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di sumur, jadi malunya udah ilang,</i>" kata ku.<br />
<br />
"<i>Idih,</i>" kata Nani.<br />
<br />
Aku kembali mengambil posisi di antara mereka dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung meremas kontolku sambil menciumi pipiku. Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani gerakannya masih canggung, tapi aku diam saja. Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan anaknya untuk menciumi seluruh badan ku.<br />
<br />
Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri membuka semua bajunya dan dia juga menyuruh anaknya untuk membuka semua bajunya juga.<br />
<br />
Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana caranya menyenangkan laki-laki, sampai akhirnya anaknya disuruh ngemut kontol-ku. Jangan sampai kena giginya, nanti masnya ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi kemudian ibunya memberi contoh dengan cara mempraktekkannya langsung lengkap menjilat kedua kantong zakarku sampai ke lubang matahari.<br />
<br />
Aku yang menjadi bahan praktikum, mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya berbakat, karena dalam waktu relatif singkat dia sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah sekitar 10 menit kutarik tubuhnya ke atas lalu kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku. Kukuak memeknya yang masih gundul dan baru berambut sedikit. Benjolan kecil nampak menonjol di ujung atas bibir dalamnya. Itu tanda dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku menggapai clitoris sambil kedua tanganku menahan pinggulnya yang kalau kulepas gerakannya terlalu liar. Nani mendesis sambil mengerang.<br />
<br />
Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya. Ibunya yang dari tadi duduk saja memperhatikan permainan kami tiba-tiba bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku merasa dia duduk mengangkangi badanku sambil menuntun kontolku yang lagi siaga ke dalam mekinya. Blebesss, masuk semua barang ku kedalam mekinya dan dia segera memaju mundurkan pinggulnya. Kontolku seperti diulek atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah. Tapi aku berusaha memuatkan serangan lidahku secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani makin hot terlihat dari gerakannya yang melawan tahanan tanganku.<br />
<br />
Aku semakin keras menahan pinggul nani agar dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani sampai dan dia menjerit. Aku lalu membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani sehingga dia pun lalu mempercepat gerakkannya dan semakin liar sampai akhirnya dia juga berhenti dengan liang vaginanya berkedut. Dia memeluk anaknya .<br />
<br />
Keduanya aku minta tidur telentang untuk istirahat. Aku mengambil alih dengan mencolokkan jari tengah kanan ke Nani dan jari tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot mereka. Keduanya akhirnya teraba. Lalu ku usap halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak sekencang-kencangnya gak sampai semenit Emaknya juga ikut teriak panjang..<br />
<br />
Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk memuaskan diriku. Pertama kupilih meki emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit, kemudian aku pindah ke nani dan kugenjot terus sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih jauh di dalam meki si Nany.<br />
<br />
Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil..<br />
<br />
Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai kudengar suara samar-samar emak si nani bangun .dia mencari lampu untuk dihidupkan, karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang dinyalakan adalah lampu minyak. Aku pun lalu bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor menuju ke sumur untuk membersihkan diri.<br />
<br />
Aku merasa kayak punya dua istri dua di kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak dan ibu. Keduanya berlaku manja sekali dan sering menggelendot..<br />
<br />
"<i>Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak apaan</i>" kata si emak.<br />
<br />
"<i>Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek dulu sama garam, jangan terlalu alus baru tempenya di teken-teken ke sambelnya,</i>" kata ku.<br />
<br />
Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan malam dengan lahapnya. "<i>Enak banget ya padahal Cuma gitu aja bikinnya,</i>" kata si emak.<br />
<br />
Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus. Kami ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu kembali masuk rumah dan menutup pintu. Kami bertiga kembali berbaring dan aku selalu ditempatkan diantara mereka berdua.<br />
<br />
Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2. Sampai akhirnya bangun agak kesiangan. Jam 7 baru kami terjaga dari tidur nyenak. Lalu kami buru-buru berkemas dan kembali ke sumur untuk membersihkan diri. Di sumur tidak terjadi insiden.<br />
<br />
Jam 10 si Heri datang untuk menjemput aku. Si emak minta agar aku memperpanjang waktu dan minta Heri datang besok lagi.<br />
<br />
<center>
<b>T A M A T</b></center>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7735434800324841432.post-71116624281507806752012-11-30T06:52:00.001+07:002012-11-30T06:52:03.638+07:00Cerita Hot Dewasa - Membaur Di Kampung (Part 1)<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung-1.html"><b>Cerita Hot Dewasa - Membaur Di Kampung.</b></a> Petualanganku di dunia birahi sudah malang melintang. Dimana pun lokasi syur di Jakarta sudah pernah ku datangi. Ada satu tempat favoritku di daerah Jakarta Timur. Tempat itu memang untuk kelas bawah, tapi aku menemukan keunikan tersendiri di situ. Ceweknya banyak yang muda-muda dan masih polos seperti orang desa. Dandanannya pun masih seperti di kampungnya.<br />
<br />
Aku akhirnya punya langganan, namanya Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi aku panggil dia Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu hari dia bercerita ingin pulang kampung. Aku menawarkan diri mengantarnya sampai ke rumahnya. Dia dengan senangnya menyambut tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk berangkat bersama.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/01/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung-1.html" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="CeritaHD - Membaur Di Kampung" border="0" class="gambar" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-t8iJrnbjgpE/ULf0DQcHyDI/AAAAAAAAAp4/h96Vs8L_hz0/s320/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung.jpg" width="195" /></a></div>
Kami janjian ketemu di halte mikrolet di dekat pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk mengambil bus jurusan Cirebon.<br />
<br />
Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan bersama cewek. Sorry aku lupa menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya sekitar 15 tahun, mukanya manis, kulitnya agak gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa Indonesia, dia sekolah sampai kelas 4 SD.<br />
<br />
Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut saja KS, kami menyeberang jalan, dan di situ sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama kampungnya dan kami menyewa 2 ojek dengan ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya tempatnya jauh juga masuk kedalam.<br />
<br />
Di kampung-kampung Indramayu dan Karawang, cukup banyak orang tua yang menganjurkan anaknya jadi pelacur. Jadi mereka sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya tamu. Bagi ortunya tamu itu adalah rejeki dan ini masuk area bisnis jadinya. "<i>anak nginep disini aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-buru pulang,</i>" kata bapaknya. Jadi sebelum gue memohon sudah ditawari so ya why not kan. Lantas gue keluarin Rp 100.000 kasi langsung sama emaknya. "<i>Mak ini buat beli makanan, nanti malam saya makan disini.</i>"<br />
<br />
Wah itu emak langsung buru-buru pergi, pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya suruh motong tuh ayam. Malamnya hidangannya adalah ayam goreng, sambel dan lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus dengan banyak air. Yang makan berenam. Adik si cewek ada 2 soalnya. gue gak bisa makan banyak, tapi dipaksa juga. gue kurang selera, karena ayamnya masih keras dan masih bau amisnya ayam. gue telen-telenin aja, abis kepaksa. Mau makan indomienya. Biasanya dua bungkus gue makan sendiri, ini dua bungkus dimakan berenam. Wah gue jadi gak enak body.<br />
<br />
Abis makan gue keluarin 50rb kasi ke bapaknya untuk beli rokok dan 50rb lagi gue kasi ke dia juga dengan pesen untuk keamanan.<br />
<br />
Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2 hansip kampung semalaman. Buset deh, jadi raja minyak gue di kampung ini. Abis makan bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama bokapnya ke utara-selatan. Yah bisa-bisa gue menerka minat obrolan dia. Begitu gue tau dia tertarik ama pertanian. gue keluarin jurus-jurus dewa mabok gue untuk mengimbangi percakapannya. Bukan mau sombong sih diajak ngomong soal apa aja dari mulai menanam padi sampai nuklir korea utara gue bisa njabani. <br />
<br />
Kalo soal olah raga gue nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama gue, wakakakak. gue inget hari itu dia nanya-nanya nanem apa yang hasilnya lumayan. gue bilang semangka tanpa biji bagus tuh pasarnya. Dia bingung, semangka tanpa biji yang ditanam apanya. gue bilang ya biji, ada tuh bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada mahal. "mau dong" kata bapaknya. Yah nanti deh kalo saya kemari lagi.<br />
<br />
Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak nyadar juga dan nyuruh gue istirahat. "Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat dulu". Jam 10 malam di kampung, sunyinya kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi gue PD aja meski rada was-was juga, Gimana gak PD rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip kelurahan.<br />
<br />
Was-wasnya kalau ada apa-apa gue lari kemana. gue kan gak bawa kendaraan. Oh ya gue lupa. Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau nginep jangan bawa mobil, mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita. Kalo kita datang naik ojek, kita jadi membaur dan gak kelihatan mentang-mentang.<br />
<br />
Si bapak nunjuki kamar tidur untuk gue, dan anak perempuannya udah tiduran di situ. Kamarnya cuma diterangi lampu minyak dan yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu. buset dah seumur-umur gue baru pernah kali itu tidur pake kelambu.<br />
<br />
Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya nganjurin gue tidur ama anaknya, gue jadi bingung pengen malu ama siapa wakakakakak.<br />
<br />
Besok paginya gue rada kesiangan bangunnya, malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek walau udah bangun tapi dia belum keluar dari tempat tidur. Mungkin nunggu sampai gue juga bangun. Wah setia banget.<br />
<br />
Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng. Wuissh raja minyak diservice abis.<br />
<br />
gue salut ama diri gue sendiri, sebab petualangan itu gue jalani sendiri tanpa kawan. nekat abis. gue akhirnya nginep lagi semalem, mengingat dana dikantong masih mencukupi dan gue rasa aman-aman aja. Seharian di kampung gue ditemani tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-muter di kampung. Eh dia malah nunjuki potensi cewek di desanya. Jadi gue dikenali ama banyak cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok. Gilanya dia nawari perawan. Bukan satu, kalo gue nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke gue.<br />
<br />
Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih muda, mungkin usianya masih 13 – 14 tahun . Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja (melacur) di daerah Cilincing. Tempat yang dia sebutkan itu belum pernah aku datangi.<br />
<br />
Setelah nginap semalam aku kemudian pamit kepada orang tua si Mia. Diantar oleh tetangganya aku berangkat dari rumah Mia. Heri begitu nama tetangga Mia yang menjadi penunjuk jalan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>****</b></div>
<br />
Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi pindah nginap di kampung yang letaknya jauh lebih ke pelosok. Tujuannya adalah rumah Nani. Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya juga masih amat belia sekitar 15 tahun. Dia termasuk stok baru, karena belum pernah dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal mereka belum genap 3 bulan kawin. Seperti diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu banyak yang kawin singkat hanya untuk mengejar status janda. Dengan status janda, dia bisa punya KTP dan bisa kerja ke kota.<br />
<br />
Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding separuh tembok separuh bambu anyaman (gedek). Kami disambut seorang wanita usianya sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani.<br />
<br />
"<i>Mari mas masuk,</i>" katanya mempersilahkan kami.<br />
<br />
Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk bersama ibunya Nani, sepertinya ada yang mereka rembukkan.<br />
<br />
"<i>Dari mana mas,</i>" tanya ibu si Nani.<br />
<br />
"<i>Jakarta,</i>" jawabku singkat.<br />
<br />
Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali, sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa malu karena niatku akan menginap di rumah itu, kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia mengenalkan namanyam dia pintar sekali mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul niatku .<br />
<br />
"<i>Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi</i>", katanya.<br />
<br />
Kami mengobrol macam-macam sampai aku tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2 anak. Anak yang pertama laki-laki sekarang kerja di Jakarta. Jadi mereka hanya tinggal berdua.<br />
<br />
"<i>Masnya jadikan menginap di sini,</i>" tanya Bu Karta.<br />
<br />
"<i>Kalau ibu boleh, ya saya mau,</i>" kataku.<br />
<br />
"<i>Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya juga jelek, nggak kayak rumah di Jakarta, gedongan semua,</i>" katanya merendah.<br />
<br />
Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri memberi aku, bahwa semuanya oke dan ada juga uang keamanan. Dia mau pamit, dan aku minta dia datang lagi besok jam 10 pagi.<br />
<br />
Heri kemudian pamit kepada mak nya Nani dan segera ngacir.<br />
<br />
Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20 ribuan dan kuserahkan ke Bu Karta. "<i>Ini bu untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau ada sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih.</i>"<br />
<br />
Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama kemudian datang belanjaan. Rupanya Bu karta minta tetangganya untuk belanja, pantesan dia gak beranjak dari tadi.<br />
<br />
"<i>Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,</i>" katanya.<br />
<br />
"<i>Mau buat mi bu,</i>" kata ku.<br />
<br />
"<i>Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja, kayaknya kok jadi tua banget,</i>" katanya sambil matanya genit..<br />
<br />
"<i>Boleh saya masak mi nya di dapur bu,</i>"<br />
<br />
"<i>Eh masnya pinter masa yaa, tapi dapurnya jelek dan kotor</i>" katanya lalu membibimbingku ke bagian belakang rumahnya.<br />
<br />
Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-malu menundukkan muka, langsung masuk kamar.<br />
<br />
Aku meminta 3 bungkus indomi untuk digoreng .<br />
<br />
"<i>Sini mas kita saja yang goreng,</i>" kata bu karta. Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk aku.<br />
<br />
Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air dan pinjem mangkuk untuk mencampur air dengan tepung sagu. "<i>Segini cukup gak mas airnya.</i>"<br />
<br />
"<i>Kurangi dikit mbak.</i>"<br />
<br />
Setelah air menggelegak aku masukkan air campuran dengan kanji dan bumbu mi instannya. Setelah mendidih dan kuah agak mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain. Sekarang makanannya sudah siap.<br />
<br />
Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu kami pun mengelilingi meja makan yang posisinya ditempelkan ke tembok dengan 4 kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani, dan di kiriku Bu karta.<br />
<br />
"<i>Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak juga ya,</i>"<br />
<br />
"<i>Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso ikan, dan udang segala, tapi karena adanya ini ya begini aja lah,</i>" kata ku. "<i>Enak ya mak, kita jadi pengin nambah mi nya lagi,</i>" kata Nani yang makan sambil duduk kakinya diangkat satu (metingkrang).<br />
<br />
"<i>Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang ngerjain,</i>" kata mak Karta.<br />
<br />
"<i>Digoreng aja biasa mbak,</i>" kata ku.<br />
<br />
Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih karena sendirian di rumah. Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.<br />
<br />
<blink><b>Bersambung .. <a href="http://ceritahd.blogspot.com/2012/11/CeritaHD-Membaur-Di-Kampung-2.html">Cerita Hot Dewasa - Membaur Di Kampung (Part 2)</a></b></blink>Anonymousnoreply@blogger.com0